•20

358 67 10
                                    

        Tak ada alasan lagi untuknya terus murung, tak ada hal lagi yang akan membuat dia menangis, ya semoga saja kebahagiaan ini berlangsung selamanya.

       Perasaan bahagia dengan iringan candaan ringan yang terus terdengar membuat senyumnya tak lagi bersembunyi. Bahkan kerap kali gigi putih itu tampak saat kedua sudut bibirnya terangkat.

       Dia tengah bahagia, jangan sampai ada hal kecil yang kembali membuat hatinya tercubit. Bukankah selalu ada awan cerah setelah hujan? Jangan biarkan awan hitam kembali menyelimuti.

        "Tae, mau jalan-jalan tidak?"

       Merasa terpanggil, dia mengalihkan seluruh atensinya dari buku pada gerangan yang berujar. Dahinya berkerut samar, bertanda dia bingung. "Apa tidak apa-apa? Ini sudah sore, Christ melarang untuk jalan-jalan sore, Jim."

       Jimin berpikir sejenak, melihat langit jingga yang tampak indah diluar sana, sayang bila dilewatkan. "Mungkin tidak apa-apa, sesekali."

       Taehyung mengganguk, dia menyibakkan selimut yang menutupi kaki dinginnya. Walaupun kepala terasa berat, dia tetap akan berjalan-jalan untuk sahabatnya.

        "Ayo aku bantu."

        Membantu untuk Taehyung terduduk di kursi rodanya. Menyimpan selang infus pada tempatnya, dengan senyuman manis Jimin mendorong kursi roda pelan.

        Melawati koridor yang tak pernah sepi oleh para tenaga medis yang berlalu lalang, Taehyung sedikit meringis merasakan kepalanya yang terasa pusing dan berat.

        "Mau ke taman atau jalan-jalan di koridor saja?" Tanya Jimin, sesekali matanya menatap para suster cantik yang berlalu bahkan kerap kali bibirnya tersenyum manis. Sejak kapan pria sexy nan imut ini suka tebar pesona?

       "Taman saja, aku ingin melihat senja."

      Jimin mengangguk, dengan cepat namun hati-hati mendorong kursi roda Taehyung menuju taman. Mengurungkan niat untuk terus mencuci mata oleh para wanita cantik yang memanjakan penglihatan.

        "Jim,"

         "Hm?"

        "Di mana Yeonjun? Aku ingin berbincang dengannya."

         Jimin turut duduk di bangku taman, disebelah kursi roda. Atensinya terfokus pada cakrawala oranye yang terlukis indah. "Aku tak tahu. Hanya Christ dan Jungkook yang tahu Yeonjun dimana."

       Lagi, Taehyung mengerutkan dahinya. Dia bingung, kenapa orang-orang selalu membuatnya berpikir, terlebih rasa penasaran yang selalu bergejolak membuat sedikit semangatnya turun.

       Orang-orang selalu tahu keadaan adiknya, seolah-olah hanya dia yang tak tahu apa-apa. Dia merasa tak berguna.

       "Ini sudah sore, dan aku belum melihatnya. Aku khawatir, apa dia sudah makan atau belum, terlebih dia itu selalu telat makan dan sibuk bekerja."

       "Dia bukan anak-anak lagi Tae, tenang saja."

       Hanya anggukan kepala untuk respon yang diberikan.


•••••


       "Nah Yeonjun, aku senang kau kemari lagi setelah dua tahun yang lalu kau menghilang."

        Yang dipanggil hanya mencibir kecil. Menurutnya berlebih jika dikata menghilang, padahal jelas-jelas dia hanya malas untuk datang kembali berkunjung.

𝙱𝚘𝚐𝚘𝚜𝚑𝚒𝚙𝚍𝚊 | 𝚅𝚓𝚞𝚗 Where stories live. Discover now