•05

542 94 26
                                    

      Jarum jam menunjukkan pukul 04:25 PM. Detik jarum jam yang terdengar seolah menjadi alunan melodi yang mengalun untuk menemani pemuda dengan kursi roda itu.

     Seperti biasa, ia tengah menunggu seseorang pulang. Ia diam diruang tengah dengan secangkir coklat panas diatas meja juga buku ditangannya.

      Raut wajah serius nan fokus membaca, terlebih lagi kacamata yang bertengger apik di hidung bangirnya membuatnya berkali-kali lipat lebih tampan nan menawan dari biasanya.

      Sesekali atensinya beralih menatap jarum jam tak lupa tangannya yang mengambil cangkir coklat panas untuk ia sesap dengan kepulan asap yang masih mengepul. Bibir tebalnya membulat kala meniup kepulan asap dalam coklat panasnnya.

       Atensinya tiba-tiba terpaku pada pintu rumah saat suara deru mesin mobil tertangkap Indra pendengaran. Senyuman mengembang kala melihat sosok yang ia tunggu pulang. Adiknya, Kim Yeonjun.

        Pemuda tampan nan menggemaskan yang selalu membuat rindu berat akan nostalgia bersama. Manik indah mereka berdua bertemu, dengan senyuman hangat nan teduh dari Taehyung dan sorot mata dingin dari Yeonjun. Taehyung terus saja mengamati adiknya dengan senyuman hangatnya yang tak pernah luntur.

       Yeonjun berjalan mendekat kearah sofa. Iya, dia tidak lagi memaninkan jari-jarinya diatas tuts piano kesayangan. Taehyung mengerutkan keningnya bingung, menatap Yeonjun yang bersandar pada punggung sofa seraya memejamkan matanya. Dia tengah penat.

        Taehyung menggerakkan kursi rodanya, mendekat tak lupa tatapan hangatnya. Tangan bergerak pelan membuka jas kerja Yeonjun, membuka dua kancing teratas serta membuka sepatu fantopelnya.

       Taehyung mengusap lembut rambut biru itu, dengkuran halus mulai terdengar membuat Taehyung lagi-lagi tersenyum hangat. Jari-jarinya menyisir rambut biru nan halus adiknya, membiarkan Yeonjun semakin berkelana dalam mimpinya.

       Taehyung tersenyum teduh. Hatinya menghangat melihat wajah Yeonjun yang tengah tertidur pulas dengan damai. Jika Tuhan memberi izin, ia ingin sekali menentang takdir. Ia ingin bisa berjalan dengan normal, ia ingin bekerja membiarkan Yeonjun diam dirumah layaknya seorang adik. Namun takdir, sudah lupakan.

        "Parasmu amat sempurna Yeonjun, tetaplah menjadi adik Hyung yang dulu. Hyung merindukan mu."

         Chup

        Taehyung mengecup kening Yeonjun lalu melenggang pergi sebelum menyelimuti sang adik dengan selimut ringan.

.
.
..

       Yeonjun meremas rambut frustasi. Ia tak menemukan laki-laki yang berstatus Kakaknya itu didalam Rumah.

       Jarum jam menunjukkan pukul 07:00 PM. Yeonjun hanya ingat ia pulang kerja dan tertidur di sofa ruang tengah. Tangan putihnya mengambil vas diatas meja dan membantingnya ke lantai. Kaca-kaca dan suara bantingan begitu nyaring. Yeonjun benar-benar kalut saat ini.

       Tungkainya berjalan keluar rumah. Mencari-cari sosok yang menemaninya selama ini. Bahkan ia melupakan rasa penat nan dingin sebab angin malam yang begitu mudahnya mengusap tubuh bahkan sampai menusuk tulangnya.

       Yeonjun berjalan tunggang langgang mencari-cari dimana keberadaan Taehyung. Beberapa kalimat lelah nan umpatan sesekali keluar dari mulut manisnya. "Kim Taehyung kau dimana?"

        Gurat khawatir terpatri diwajah tampannya walaupun samar, dingin nan datar yang begitu ketara diparas indahnya. Hati khawatir namun sebagian besar direnggut rasa marah nan emosi.

𝙱𝚘𝚐𝚘𝚜𝚑𝚒𝚙𝚍𝚊 | 𝚅𝚓𝚞𝚗 Where stories live. Discover now