Jimin melamun sesaat. Rasanya cukup bingung, namun kesal lebih mendominasi, saat berpikir kenapa Taehyung bisa mempunyai ego yang teramat tinggi. Apa sebenarnya tujuan Taehyung tak perduli terhadap adiknya. Bila saja Jungkook tak menelpon, mungkin dia tak akan pernah tahu bahwa kini Yeonjun tengah berjuang di dalam sana.
Di dalam ruangan yang khas akan obat dan alat-alat asing yang menempel pada tubuh. Hanya sebuah doa yang dia lakukan, berharap bahwa adik dari sahabatnya itu dalam keadaan baik-baik saja. Dia kemudian menjadi tegang saat Bangchan tak kunjung keluar dari ruangan, tak biasanya dokter memeriksa terlalu lama.
Dia menoleh kesamping, tepat pada sahabat yang lebih muda darinya. "Jung," panggilan dengan suara lirih. Dia hanya lelah tak tahu kenapa hingga suaranya tak punya tenaga.
"Ya?" Pria tampan itu menyahut. Menatap balik dengan wajah datarnya. Suaranya terdengar malas, membuat Jimin sedikit berdecak kesal.
"Kau tahu, sebenarnya aku sudah lelah bila harus menghadapi hal seperti ini lagi. Rasanya-"
"Muak?" Jimin terdiam. Tebakan Jungkook tepat, namun ia juga masih bingung harus mengutarakannya seperti apa, hingga akhirnya Jungkook kembali berbicara. "Muak pada hal dimana kau kembali ada pada keadaan yang membuatmu lelah terus berpikir. Siapa yang salah dan kenapa bisa terjadi. Kau bahkan tak tahu cara untuk tak perduli pada hal ini, tapi itu sulit."
Tepat sekali, Jimin mengangguk samar. Ia akui, Jungkook memang ahli untuk mengutarakan sebuah perasaan lewat kata-kata ketimbang dirinya. Jimin senang dan sedikit lega ada orang yang mampu memahaminya.
"Hyung-nim!"
Panggilan di iringi suara derap langkah kaki yang begitu nyaring membuat Jimin sontak menoleh pada lorong rumah sakit. Tampak tiga pemuda tergesa-gesa mendekat dengan wajah cemasnya.
"Apa?" Jungkook menyahut dengan malas, menatap Soobin dengan wajah datarnya. Entah mengapa dan sejak kapan Jungkook menjadi orang dingin seperti sekarang.
"Bagaimana Yeonjun Hyung? Dia baik-baik saja kan? Pemeriksaannya sudah selesai? Apa katanya?" Secara berturut-turut Soobin bertanya, membuat Jungkook semakin dirundung rasa malas untuk berbicara.
"Pertanyaan hanya boleh diajukan satu persatu. Dan, duduklah bila ingin berbicara. Tak sopan bila kau mengobrol saat lawan bicaramu terduduk sedangkan kau berdiri tanpa ada niatan untuk basa basi terlebih dahulu."
Soobin menggaruk tengkuknya yang tak gatal, tersenyum kaku dan mengangguk samar, Jungkook terlihat sangat menyeramkan sekarang. "Iya iya maaf."
"Dan untuk apa kau membawa dua cebol kemari?"
"Yak!!"
Jimin sukses tertawa mendengar penuturan Jungkook, yang hanya Soobin lakukan hanya berbalik menatap Changbin dan Hyunsuk dibelakangnya. Memang sedikit lebih pendek, tapi tidak tepat bila harus dikata cebol. Soobin terkekeh kecil saat raut wajah kesal diselingi rasa pasrah kentara dia wajah mereka. "Maklumi saja, faktor pertumbuhan tinggi badan memang sulit untuk di tingkatkan."
Cepat menjauh Soobin, sebelum kedua orang di depanmu mengamuk dan melemparkan kepalan tangan padamu. "A-ah iya maaf!" Kata Soobin dengan cepat seraya berlari sedikit menjauh dengan tawa kecil yang mengalun diantara celah bibirnya.
Hingga akhirnya, mereka terus berdebat ringan persoalan tinggi badan yang menjadi perbedaan antara mereka. Hal sepele namun cukup membuat suasana tak lagi tegang, sedikit menurunkan dan mengalihkan rasa gugup akan informasi yang akan mereka terima beberapa saat lagi.
YOU ARE READING
𝙱𝚘𝚐𝚘𝚜𝚑𝚒𝚙𝚍𝚊 | 𝚅𝚓𝚞𝚗
Fanfiction𝚃𝚊𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚍𝚞𝚕𝚒 𝚊𝚙𝚊𝚙𝚞𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚊𝚍𝚒, 𝚃𝚊𝚎𝚑𝚢𝚞𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝙺𝚊𝚔𝚊𝚔 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚢𝚊𝚗𝚐𝚒 𝚊𝚍𝚒𝚔 𝚖𝚊𝚗𝚒𝚜𝚗𝚢𝚊, 𝚈𝚎𝚘𝚗𝚓𝚞𝚗. __________ 𝚃𝚊𝚎𝚑𝚢𝚞𝚗𝚐 & 𝚈𝚎𝚘𝚗𝚓𝚞𝚗 __________ ...