DUA PULUH TIGA - MEWARNAI RAMBUT

7.7K 1.2K 249
                                    

Makan malam telah usai dua jam yang lalu. Pun anak-anak sudah memasuki kamar dan tertidur sebab besok masih harus sekolah.

Sementara di dalam kamar utama, Jihye sedang bermain ponsel ketika Jungkook fokus menatap laptop untuk memantau trading-nya.

Yang Jihye lakukan adalah akun media sosial milik salah satu salon ternama yang sering ia, Jungkook, dan anak-anaknya kunjungi.

Melihat satu persatu hasil potong rambut atau hasil mewarna rambut yang terlihat begitu memuaskan. "Dad ..."

"Hm?"

"Aku 'kan sudah lama tidak mewarnai rambutku. Kalau aku mau warna rambut begini bagaimana?" Jihye menunjukkan foto rambut dengan warna ash grey di layar ponselnya. "Warna ini bagus untukku atau tidak?"

Jungkook melirik hanya dalam waktu singkat ke arah foto yang istrinya tunjukkan. Maniknya lekas kembali terfokus pada layar laptopnya. "Tidak usah macam-macam," jawabnya membuat Jihye mengerucutkan bibir.

"Bagaimana kalau warna ini?" Jihye kini menunjuk rambut dengan warna golden brown. "Yang ini mungkin jauh lebih cocok di rambutku."

"Tidak usah," jawab Jungkook sekali lagi membuat Jihye kecewa. "Sudah punya empat anak masih mau macam-macam."

Jihye lalu memeluk perut sang suami. Menyandarkan kepala di lengan Jungkook. "Memangnya mewarna rambut harus melihat umur? Justru semakin bertambah usia, aku harus semakin tampil beda!"

"Kalau tidak ya tidak."

Menghela napas panjang, Jihye kemudian mengusapkan telapak tangannya di dada telanjang Jungkook. "Kau tidak suka melihatku senang, ya, Daddy? Memangnya tidak senang kalau aku mempercantik diri?"

"Tidak suka," sahut Jungkook sontak membuat Jihye segera mencubit puting sang suami dengan jengkel. Jungkook terkekeh rendah, lantas segera melanjutkan ucapannya, "Fokus mengurus anak saja!"

Tangan Jungkook menepuk pantat Jihye berulang kali. Pun mata bulatnya menatap fokus pada laptopnya. Namun, Jungkook melirik ke wajah sang istri ketika mendengar Jihye berdecak kesal.

"Kenapa, sih, Mom? Tidak usah mewarnai rambut lagi. Shopping saja, aku akan mengizinkanmu."

Jihye mengembuskan napas kesal. "Aku maunya mewarnai rambut, bukan shopping, Dad," jelas Jihye. "Kau memang tidak pernah mau mengerti aku!"

Jungkook mencibir, membuat Jihye menarik bibir Jungkook sembari memasang wajah kesal.

Sejak dulu, Jungkook memang tidak suka Jihyr macam-macam pada rambutnya—apalagi mewarnai rambutnya dengan warna-warna terang. Bahkan Jungkook sempat kesal karena Jihye memotong poninya. Tentu saja Jungkook lebih suka Jihye berpenampilan seksi dengan rambut tanpa poninya.

Ditambah Jihye akan menghabiskan banyak waktu untuk mewarna rambut sementara Jungkook ditugaskan menjaga anak-anaknya seorang diri.

"Bilang lagi aku tidak pernah mengerti dirimu?" Jungkook meremas pantat Jihye. "Pernah aku menolak kemauanmu? Apa pun yang kau mau selalu aku turuti. Begitu masih kurang? Aku tidak suka kau mewarna rambut. Tidak usah mengeyel padaku. Tidur sana!"

"Ya sudah! Berarti kau memang tidak mau aku mempercantik diri!" sahut Jihye dengan nada ketusnya.

"Suka, Sayang. Tanpa mewarnai rambutmu, kau sudah cantik, 'kan?" Pintu kamar terbuka, lalu kembali tertutup sebelum Jungkook melihat anak sulungnya masuk dan menaiki ranjang. "Mommy cantik 'kan, Hyung?" Gukie mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan ayahnya.

"Mommy kenapa?" tanya Gukie saat menyadari air muka masam sang ibu. Anak itu tengkurap di dekat kaki sang ibu seraya memainkan ponselnya. "Mommy kenapa, sih? Jelek tahu kalau begitu!"

Euphoria IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang