TIGA PULUH SATU - MANJA

8K 1K 152
                                    

Selamat pagi!!! Enak nggak sih pagi-pagi disambut sama Keluarga Gula??? Kalian baca pas lagi ngapain nih?

Btw, aku mau kasih informasi nih buat Gulaly yang baru aja nemuin cerita ini dan telat ikut PO Fanbook. Jadi, bulan September mendatang aku akan open PO 2 Fanbook Euphoria ya. Yang belum beli, bisa ikut PO ini!

Follow aku dulu ya di Instagram @ymowrite biar tau informasi soal PO Euphoria ini. Mungkin aku cuma buka PO selama seminggu aja ^^

.

.

Hari ini adalah hari libur. Jadi, anak-anak berdiam diri di rumah—kecuali Jeon Gukie yang main sejak siang bersama sekumpulan temannya.

Park Jihye sudah dapat menebak bahwa rumahnya akan ramai. Akan tetapi, tidak sebising saat ada anak sulungnya karena jika ada Gukie, mungkin ketiga putranya akan saling beradu mulut dan berakhir membuat ayahnya pusing.

Mengenai Jeon Gukie, Jungkook dan Jihye tidak memberikan larangan kepada putra sulung mereka untuk main ke mana pun anak itu mau. Asalkan dengan dua syarat: Jungkook dan Jihye tahu tujuan Gukie pergi, juga Gukie yang tidak boleh lupa waktu.

Jungkook sedang sibuk membetulkan meja gaming Gukie yang miring setelah pria itu sejak siang—usai mengantar Gukie main—disibukkan dengan cermin rias milik Jihye sebab sang istri ingin cermin rias seperti milik Seolbi di mana cerminnya dikelilingi oleh lampu.

Padahal Jungkook sudah menyuruh Jihye untuk membeli di toko yang Seolbi rekomendasikan, tapi Jihye memang sengaja ingin agar Jungkook beraktivitas saat hari libur—bukan hanya sibuk bermain game.

Jihye duduk di atas sofa. Wanita itu baru saja selesai membuat sokupan untuk sarapan atau sandwich, serta membuat cemilan untuk anak-anaknya yang mengeluh bosan.

Hanya saja, ketiga anaknya justru kini bermanja pada Jihye setelah selesai berenang. Gail ada di sebelah kiri, Gyeom di sebelah kanan, sedangkan Chloe duduk di pangkuan Jihye. Ketiganya sama-sama memeluk sang ibu dan tak mau lepas. Bertahan selama setengah jam sementara Jihye tidak diizinkan untuk menyingkir.

"Mommy lelah. Biarkan Mommy pergi. Please ..." Jihye berakhir merengek. Akan tetapi, ketiga anaknya malah menggelengkan kepala. "Mommy harus masak untuk makan malam."

Tapi tetap saja, alasan Jihye tidak diterima oleh putra dan putrinya. "I miss you so much!" ujar Chloe.

Gail mengangguk. "Setiap hari kita sekolah, kadang juga les ... jarang peluk Mommy," jelas sang putra singkat—tapi bisa Jihye mengerti.

Wanita Park itu mengusap puncak kepala anak-anaknya secara bergantian. Kepalanya mengangguk sebelum mengecup pipi Gail, Gyeom, dan Chloe. "Baiklah, Mommy kalah." Jihye pasrah. Anak-anaknya tidak akan mau melepaskannya. "Tapi bagaimana cara Mommy masak?"

"Pesan," sahut Gyeom.

"Atau Bibi Han yang masak?" usul Gail.

Jihye terkekeh, kemudian berbisik, "Daddy tidak suka. Daddy pasti tahu mana masakan Mommy dan mana masakan Bibi Han."

"Pesan?" tanya Gyeom kini mengulangi.

"Coba tanya daddy. Apakah daddy mau pesan makanan?" Gail terpaksa menjauh dari sang ibu dan buru-buru naik ke lantai dua untuk masuk ke dalam kamar sang kakak.

Anak itu melihat ayahnya yang sedang duduk di atas lantai seraya fokus dengan kaki meja. Sejenak Jungkook menoleh. "Ada apa, Hyungie?"

"Daddy, makan malamnya lebih pilih pesan atau mommy yang masak?"

Euphoria IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang