t u j u h

1.2K 230 19
                                    

_ Aku tak sekuat yang kau kira, hanya saja aku tak ingin kesedihan ku diketahui orang banyak_
|
|
|
|
[HAPPY READING]

Cewek, mau sekuat apapun, mau segalak apapun, jangan sampai di bentak, sekuat apapun mereka, jika di bentak nangis pastinya.

Aca terus menunduk tak berani menatap wajah marah Leo, tapi tak sadar air mata Aca kembali mengalir.

"Maaf ca, gua ga sengaja sumpah, " ucap Leo yang merasa bersalah.

Aca mendongkak menghadap wajah Leo. "Gapapa kok kak, mungkin Aca aja, yang terlalu beperan, " ucap Aca memaksakan senyumnya.

"Gua gasuka senyuman penuh luka lo, gua janji ga bentak lo lagi, maaf, " ucap Leo yang sepertinya menyesal.

Aca mengangguk kecil mengiyakan perkataan Leo, ya walaupun ada rasa tidak yakin di dalam hatinya.

"Lo tau dari mana? " tanya Leo ketika melihat Aca yang sudah biasa saja dan sudah mulai tenang.

"Aca kadang bisa baca fikiran orang, " ucap Aca santai yang membuat Leo tak percaya.

Leo sebenarnya kaget, hanya saja dia lebih memilih untuk terlihat biasa saja.

"Kakak pacaran sama Clara? " tanya Aca melihat wajah Leo.

Sontak Leo langsung kembali ketus dan dingin ketika Aca menyebutkan nama Clara.

Clara salah satu ketua geng cabe yang ada di sekolah Leo, cewek yang berdandan seperti tante-tante dan memiliki beberapa dayang dayang itu, sangat terobsesi pada Leo.

Clara suka pada Leo semenjak awal masuk kelas sepuluh, hanya saja Leo yang tidak tertarik sedikitpun melihat Clara.

Bahkan saking obsesinya, Clara malah mengaku-ngaku sudah pacaran lama dengan Leo, dan membully siapa saja yang berani dekat dengan pujaan hatinya.

"Yakali, di depan gua ada bidadari, terus gua milih nenek sihir, " ucap Leo santai yang mampu membuat Aca menahan senyumannya sekarang.

Leo memang tak suka dengan Clara, disamping sifatnya yang suka mengaku-ngaku, Leo paling ilfel dengan dandanan Clara.

"Kakak? " panggil Aca dengan suara kecil, dan tak berani menatap Leo.

Panggilan Aca nyaris tak di dengar oleh Leo, tapi untungnya pendengaran yang tajam membuat Leo langsung mendengar  panggilan Aca.

"Iya? " tanya Leo.

"Kenapa nunduk hm? " tanya Leo yang langsung mensejajarkan tingginya dan Aca, karena posisinya sekarang sedang berdiri.

Aca mencoba mendongkak, menatap Leo, melihat Leo dengan senyuman manis, yang membuat Leo ikut tersenyum.

"Itu, "

Aca menunjuk mas-mas penjual gulali yang berada di sebrang jalan, Leo pun langsung mengikuti arah telunjuk Aca, dan tekekeh singkat setelah mengetahui mood gadis itu.

"Mau itu? " tanya Leo, yang langsung dibalas Aca dengan anggukan semangat.

Leo tersenyum manis, bahkan sangat manis, matanya yang nyaris tertutup, dan langsung mengusuk puncak kepala Aca dengan gemas.

"Yaudah, ayo kesana, beli, " ajak Leo pada Aca.

Entah terlalu bersemangat, ataupun reflek, Aca langsung menggandeng tangan Leo, yang membuat Leo sempat menegang sesaat.

Leo sangat jarang disentuh oleh siapapun, bahkan Sintia sang ibu sangat jarang menyentuhnya.

Jika ada perempuan yang berani menyentuh nya tanpa izin, sudah pasti akan terkena mental akibat perkataan Leo dan nynyiran Ferdian.

Tapi anehnya, ketika di sentuh oleh Aca, Leo bahkan tidak risih, malah dia merasa nyaman dan tak ingin genggaman itu lepas.

"Eh, m-maaf, " gugup Aca.

Aca ingin melepaskan tautan tangan, tapi ditahan oleh satu kalimat yang keluar dari mulut manis Leo.

"Jangan dilepas, gua nyaman, "

-----

haiii, gimana part ini?

aku baca lagi, cerita nya kok gaje?

hm, kasih vote and komen dong sayang><

FAKE SMILE BAD BOY! [End]Where stories live. Discover now