d u a p u l u h e m p a t

1K 190 72
                                    

_ Ekhem, katanya temen tapi kok, yah sudahlah_
|
|
|
|
[HAPPY READING]


Hari berganti malam, Farrel yang sudah pulang sejak 30 menit yang lalu , tapi berbeda dengan Acara yang masih berdiam di dalam kamarnya karna tak ingin keluar.

Sedangkan disana Leo sedang di profokasi oleh Dwi.

"Eh, tadi Aca nelfon, " celetuk Dwi yang santai memasukan makanan kedalam mulutnya.

Sontak mendengar nama Aca, Leo dengan cekatan mengambil HP nya dan melihat log panggilan, dan nihil dia tidak menemukan nama Aca, hanya ada nama Farrell.

"Ngawur lo, " ucap Leo meletakan kembali hpnya.

Dwi terhenti mengunyah makanan, dan beralih menatap Leo.

"Iya kok! " ucap Dwi.

"Gaada dodol, cuma Farrel! "

Seperti teringat kesalahannya Dwi langsung mencoba terkekeh pelan.

Dwi kembali memusatkan pandangannya ke TV, sedangkan Leo lanjut menyeruput teh yang di berikan oleh pembantu Dwi.

"Iya tadi Aca nelfon pake nomer Farrel,mungkin mereka lagi berdua, " celetuk Dwi asal.

Mendengar ucapan Dwi, Leo malah semakin emosi, terlebih ingat dengan apa yang dikatakan oleh Farrel pada saat itu.

"Gua cabut, udah malam! besok ke sekolah gua jemput, " ucap Leo langsung meninggalkan Dwi.

Sebenarnya Leo tidak ingin menjemput Dwi, hanya saja Leo ingin Aca cemburu melihat kedekatannya.

Selang beberapa menit di perjalanan Leo sampai di rumahnya, dan seperti biasa, Sintia dengan tatapan sinis yang berbeda kali ini.

Bahkan Deo juga mendiamkannya.

"Assalamualaikum, " ucap Leo dan membuka sepatunya.

"Waalaikumsalam, dari mana? duduk mama mau bicara! " ucap Sintia dingin.

Tak ingin berdebat karna mengetahui sangat mamah sedang dalam mode singa, Leo langsung duduk di sebelah Deo.

"Tadi ayah Dwi telfon, membicarakan hal serius, " ucap Sintia.

"Iya, Leo bakalan tunangan! " ucap Leo santai.

Berbeda dengan Leo yang santai, bahkan Sintia saat ini sedang mati-matian meredam emosinya.

"Kak? " panggil Deo.

"Lo anak kecil. Gausah ikut campur! " tandas Leo ketika melihat Deo ingin berbicara.

"Alasan kamu mau tunangan apa? " tanya Sintia dingin.

"Leo cinta sama Dwi mah, Leo udah coba lupain tapi susah, " ucap Leo yang sepertinya ingin menangis.

"Tapi kakak ga nyaman sama Dwi, haha! " ejek Deo.

Ejekan Deo mampu membuat Leo keluh tak bisa berkata-kata, dan benar saja, dia hanya cinta pada Dwi, tapi setiap berada di dekat Dwi, Leo merasa risih bahkan tak nyaman.

Berbeda saat di dekat Aca, bahkan ketika Leo dalam keadaan sedihpun vibes yang ada pada Aca seakan mengajaknya juga untuk tidak bersedih.

Ketika bersama Aca, yang Leo rasakan adalah rasa nyaman yang seakan tak ingin jauh. Aca seperti rumah ternyaman bagi Leo, rumah untuk pulang.

"Udah mikirnya? " celetuk Sintia membuyarkan lamunan Leo.

"Kenapa? omongan Deo bener? " timpal Deo.

Seakan dipojokan diantara ribuan kesalahan Leo hanya menatap kosong.

"Kapan tunangannya? "

"Sebulan lagi, " ucap Leo.

"HAH, "

Sintia dan Deo reflek teriak dengan jawaban yang diberikan Leo, pasalnya Leo bahkan belum memikirkan semua akibat dan konsekuensi tentang tindakan yang akan diambil.

"Kak, mending lo pikirin lagi deh, "

Sempat hening sekitar lima menit setelah Deo berbicara, tapi celetukan dari Sintia membuat Leo menegang, bahkan tak tau harus bagaimana.

"Putuskan anak baik itu, " ucap Sintia serius.

"T-tapi---, "

"Hanya cowok yang punya dua kelamin yang tidak konsisten dengan omongannya! " final Sintia lalu meninggalkan Leo.




Heloooo, dikitt lagi end, huh!

Tim apa? Happy? Sad?

Aca sama Farrel? Aca sama Leo?

FAKE SMILE BAD BOY! [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora