18

2.6K 790 54
                                    

"Kak Jihoon, lo pagi-pagi mau ke mana?"

Jihoon menghentikan kegiatannya yang sedang memasukkan beberapa laptop dalam tas hitam besar miliknya. Netra matanya menangkap sosok Junghwan yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Mau kerja, kenapa?" tanya balik Jihoon sebelum kembali melanjutkan kegiatannya.

"Sepagi ini?" Junghwan membulatkan matanya dan melebarkan matanya bak anak kecil, tak percaya akan ucapan Jihoon.

"Baru jam 4 subuh loh, Kak," ujar Junghwan. "Lo nggak salah jam kan?"

"Nggak kok, lo lagian ngapain subuh-subuh begini keluar kamar? Mau boker lo? Tidur sana, nggak usah ngurusin gue."

Junghwan menatap Jihoon, laki-laki itu bercanda atau tidak? "Kak, lo ngapain kerja jam segini sih?"

"Ya cari uang lah buat kita-kita makan, Junghwan. Emang apa lagi?"

Jihoon menutup tas nya dan memakainya berselempang. "Gue berangkat ya," pamitnya namun ditahan oleh Junghwan.

"Kak, lo yang bener aja? Bisa nggak sih jangan maksain diri lo sendiri? Lo nggak lihat wajah lo pucet kayak gitu? Udah muka kayak panda gegayaan mau kerja subuh-subuh gini," kata Junghwan. Ia benar-benar sebal melihat Jihoon yang terlalu mengorbankan dirinya hanya untuk mencari uang. Okelah, Junghwan memang tidak bisa mencari uang sekarang karena usianya. Tapi, apakah mereka emang semiskin itu sampai Jihoon rela pergi kerja subuh-subuh begini?

"Bukan gegayaan, tapi emang harus. Dunia ini keras, Junghwan. Kak Hyunsuk udah nggak ada dan sekarang gue harus gantiin posisi dia."

"Kak, gue bersedia jual narkoba lagi asal lo nggak kerja begini," ujar Junghwan dengan tekadnya.

"Apaan sih lo, gila ya?" Jihoon menatap Junghwan tidak suka. Ia tak suka adik kecilnya mengatakan hal-hal yang haram seperti itu.

"Gue nggak papa asal lo kerja kayak dulu, nggak kayak kuli, kayak sekarang."

"Mau gue usir ya lo?" ancam Jihoon, walaupun ia tahu Junghwan mengatakannya karena khawatir  dan dengan niat baik, tapi tetap saja, Junghwan belum tahu sekeras apa dunia ini. Dunia akan memberikan lebih banyak beban lagi bagi mereka yang suka mengeluh.

"Kak." Junghwan menggenggam tangan Jihoon. "Jangan berubah, Kak. Gue mau lo tetep kayak sekarang."

"Siapa yang berubah sih?"

"Elo, dari pandang elo, cara bicara elo, dan semuanya. Lo udah bukan Kak Jihoon yang gue kenal dulu, yang lucu, yang julid, yang selalu buat gue kagum," ujar Junghwan lagi, lalu perlahan-lahan laki-laki itu melepaskan tangannya.

"Gue cuman mau elo pentingin kebahagiaan dan diri lo sendiri dulu dibandingkan orang lain, nggak bisa?"

Jihoon terdiam sebentar sebelum akhrinya tersenyum tipis dan mengelus kepala Junghwan.

"Gue bisa, tapi gue memilih untuk nggak ngelakuin itu."






























































"Kak Yoshi."

Asahi mengambil beberapa cokelat di dapur dan memberikannya pada Yoshi yang sedang melamun di halaman rumah.

"Mau nggak?" tawarnya, Yoshi hanya menggeleng, merasa tak nafsu untuk makan hal yang manis, apalagi saat hidupnya pahit gini.

"Ini cokelat terakhir yang dibuat Mashiho," ujar Asahi lalu menatap coklat itu lama. Semuanya masih terasa mimpi.

Crafty | Treasure ✔Where stories live. Discover now