25

2.9K 755 200
                                    

"Haruto, kalau gue mati, tolong jaga satu rahasia ini untuk gue."

"Hmm?"

"Lakuin satu hal, turutin apapun yang Doyoung ucapin. Mungkin aja itu bakalan nyelamatin elo. Ya.. walaupun rasanya sedikit mustahil. Gue yakin dengan lo turutin ucapan Doyoung, seenggaknya itu memperlambat kematian elo."

"Itu rahasia?"

"Itu rahasia, dan perintah."

Haruto tahu bahwa malam itu seharusnya ia bertanya pada Junkyu lebih dalam. Sejujurnya, Haruto sesaat hanya menganggap omongan Junkyu hanya omong kosong belaka saja.

"KAK JUNKYU!"

Haruto melotot kaget saat melihat Junkyu yang hendak meminum pil putih dalam jumlah banyak. Ia pikir Junkyu hendak bunuh diri.

"Lo gila ya?!" Haruto segera merebut kasar pil yang ada ditangan Junkyu dan langsung menepuk punggung Junkyu keras agar obat-obatan yang sudah masuk ke mulut Junkyu keluar.

"Ck, apaan sih lo." Junkyu menepis tangan Haruto dan segera mengelap sisi mulutnya yang berair akibat tindakan Haruto.

"Lo mau bunuh diri?" tanya Haruto yang dijawab kekehan oleh Junkyu.

"Bukan urusan lo."

"Kak, lo nggak mau nemuin pembunuhnya dan malah mau nyerah untuk hidup?" tanya Haruto tak habis pikir.

"Gue nggak nyerah soal hidup gue, gue cuman nyerah sama apa yang ada di kehidupan gue."

Junkyu merebut kembali obat yang tadi baru saja direbut oleh Haruto.

Ia lelah.

Ia lelah terus merasakan apa yang orang lain rasakan. Ia bahkan membenci fakta bahwa ia adalah seorang empath.

"Kak—"

"Ngapain gue harus bertahan hidup kalau satu‐persatu orang yang menjadi alasan gue bertumpu udah hilang?"

Haruto tersenyum miris, benar, terkadang ia juga merasakan itu. Tapi Haruto belum selesai, ia harus membalaskan dendam atas kematian Jeongwoo.

"Lo bilang Kak Jihoon dan Kak Hyunsuk adalah alasan lo hidup?"

Junkyu melirik Haruto dengan wajah sembabnya.

"Terus kenapa lo nggak cari orang yang menjadi pembunuh alasan lo hidup?"

"Gimana kalau pembunuhnya juga salah satu dari kita? Apa artinya kita juga akan membunuh tumpuan yang lainnya?" tanya Junkyu pada Haruto yang langsung terdiam.

"Gue udah nyerah, Haruto. Kalau hidup ini udah buat gue menyerah, cara satu-satunya adalah kabur dari semuanya."

"Kalau lo kabur dan nyerah? Apa semuanya—"

"Karena bagaimanapun takdir yang akan mempermainkan kita, Haruto. Kita ini hanya alat, alat supaya takdir dapat bermain."

"Kak, lo percaya ilusi?" tanya Haruto.

Junkyu mengernyitkan dahinya sebentar, ia tak mengerti akan pertanyaan Haruto. "Ilusi?"

"Kalau lo pikir kenyataan di dunia ini buruk, pakai ilusi elo, Kak. Bikin ilusi seindah mungkin, yang penting diri lo sampai bisa merasakan, bahwa ilusi itu nyata," ujar Haruto sembari tersenyum tipis.

Junkyu sempat terdiam sebentar sebelum,

"Haruto, kalau ilusi gue adalah elo?"

"Hmm?"

"Ilusi gue adalah elo, elo bunuh gue. Dan tolong, bisa nggak lo wujudin ilusi gue?"
















































































Crafty | Treasure ✔Where stories live. Discover now