Transmigrasi?

199K 25.5K 1.6K
                                    

***

Helena sudah sadar sejak satu jam yang lalu, suasana ruangan ini masih tetap sama. Sepi dan menyedihkan. Lena hanya menatap atap atap kamar rumah sakit sambil memikirkan hal yang terjadi kepada dirinya. Hal tak masuk akal yang sama sekali tak pernah terlintas diotaknya.

Perpindahan jiwa? Apa itu masuk akal? Siapa yang akan mempercayai kejadian ini.

Setelah ingatan yang sempat membanjiri pikirannya beberapa saat yang lalu. Kini Helena paham. Tuhan memberikannya kesempatan hidup dengan mengirim jiwanya kedalam tubuh seorang gadis yang menyedihkan.

Awalnya ia pikir hidupnya lah yang lebih menyedihkan. Tapi ternyata ada yang lebih menyedihkan dari hidupnya.

Jika ia masih memiliki sahabat dan adik yang selalu mengisi hari harinya. Tapi tidak dengan gadis ini.

Keluarganya sendiri menjauhinya dan memperlakukannya bak sebuah hama. Tak memiliki teman dan selalu menjadi bual bualan disekolahnya.

Namanya adalah Helena Adiva, penampilannya cupu membuatnya dijauhi satu sekolah. Selain itu ia juga bodoh dan penakut. Orangtuanya membencinya begitupula keluarganya. Padahal Helen memiliki orangtua yang lengkap dan dua orang kakak yang seharusnya menyayangi sepenuh hati. Tapi sayangnya mereka justru lebih menyayangi Gwen, sepupu Helen yang diangkat menjadi keluarga Helen. Helen mulai tersingkir ditambah Gwen selalu melakukan berbagai cara untuk membuat nama Helen hancur didepan keluarganya sendiri.

Terakhir kali hal yang membuat Helen menjadi begitu prustasi hingga nekat untuk meminum obat penenang adalah lantara Gwen yang memfitnah menjadi seorang pelacur.

Orangtuanya murka, memaki, menghina dan bahkan tak segan melukai dirinya. Tak ada yang membelanya atau mendengar sedikit saja penjelasan Helena. Orangtuanya seakan buta dan tuli semua hal tentang Helen. Helen bahkan diusir dengan tak manusiawi dari rumahnya sendiri.

"Gwen Gwen, rubah licik ini ternyata cukup pintar tapi banyak bodohnya ck ck ck."

Helena menyeringai kejam, mohon maaf sekarang tubuh ini sudah diisi oleh jiwanya yang sedikit gila. Helena akui dirinya memang gila, ia bahkan tak segan membunuh orang yang menjijikan menurutnya. Dan Gwen adalah salah satu orang yang ia sukai, sangat cocok untuk menjadi mainanya. Hmm sekarang, apa yang harus ia perbuat pada gadis itu?

"Ohh apa gue harus mengeluarkan kegilaan gue yang sesungguhnya." Gumam Helena dengan seringaian yang sangat menyeramkan. Aura dingin yang selalu ia tunjukan didepan musuhnya kini menguar. Helena tak mungkin diangkat menjadi ratu jika ia tidak memiliki kemampuan.

"Mari kita bermain peran."

***

Helena berjalan masuk kedalam sebuah rumah sederhana, hanya satu lantai dan Helena sudah bersyukur dengan itu. Ia sepertinya berhutang budi kepada wanita paruh baya yang baru ia ketahui bernama Utari, pembantu dirumah keluarga Mahendra. Satu satunya orang yang percaya dan menghargai Helen sebagai manusia.

Helena sudah keluar dari rumah sakit, ahh tidak lebih tepatnya memaksa keluar. Menurutnya untuk apa berlama lama dirumah sakit, tubuhnya sudah lumayan membaik. Jadi dari pada menghabiskan uang dengan tetap berada dirumah sakit, Helena memilih keluar saja.

Dan lagi, karena ia sudah diusir dari rumah Mahendra bibi Utari dengan baik hati menyewakannya sebuah kontrakkan kecil yang sudah sangat cukup baginya. Kehidupan seperti ini sudah biasa bagi Helena, karena dulu ia bahkan sempat tinggal dijalanan.

Helena menatap wajahnya dicermin, ya wajahnya karena mulai sekarang ia akan menganggap tubuh ini adalah tubuhnya. Ia tak tau pemilik asli tubuh ini masih hidup atau tidak. Tapi selama ia yang menempati tubuh ini, tentu saja tubuh ini miliknya.

Ia akui wajah ini cukup cantik, tidak memang cantik. Sebelas dua belas dengan wajahnya, hanya saja wajahnya tidak terawat hingga membuatnya menjadi kusam. Dan lagi tubuh ini lebih pendek dari tubuh dia yang dulu, dan itu yang paling tidak ia sukai.

Ia harus memulainya dari awal, dan pertama tama dia harus memulihkan wajah ini dulu baru kemudian memikirkan rencana rencana selanjutnya.

"Ahh Galen sama Allan gimana ya?, mereka pasti galau karena mikirin gue." Lena terkekeh sendiri dengan pikirannya yang tiba tiba. Ia yakin seratus persen jika mereka berdua pasti semakin datar dan dingin. Ia juga merindukan Derrel dan Axell yang selalu bertengkar dengannya namun selalu menjadi orang paling depan yang membela ketika ia tertimpa masalah. Juga orang orang di dark spider yang sudah seperti keluarganya sendiri.

"Ahh ko gue kangen sama babu babu gue yaa hahaha mereka pasti lagi mehek mehekk disana."

Lena bukannya sedih malah tertawa, ia tak tau keadaan tubuhnya. Tapi ia yakin bahwa mereka pasti sedih. Ketika ia terluka sampai koma saat menjalankan misi saja mereka menangis sampai berhari hari.

Helena pasti akan menghampiri mereka suatu saat nanti, meski ia tak yakin mereka akan percaya atau tidak dengan takdir aneh yang ia jalani. Tapi ia pasti akan membuat mereka percaya.

Karena tak tau harus apa akhirnya Helena memilih untuk tidur untuk beberapa saat.

***
Malam harinya Helena terbangun dari tidurnya, tubuhnya sudah bugar untuk orang yang baru terbangun dari komanya. Ia mencepol rambutnya asal dan pergi keluar untuk membeli beberapa kebutuhan dirumahnya. Ia perlu sesuatu, untung saja dirumah ini ada kulkas sehingga ia bisa menyimpan makanan nantinya.

Ia membersihkan tubuhnya, ini pukul tujuh malam tapi ia malah merasa gerah jadi Helena memilih untuk Mandi. Setelah mandi ia berganti pakaian dengan sebuah pakaian yang telah ia rombak sebelumnya. Semua pakaian pemilik tubuh ini sama sekali tidak ada yang keren, semuanya norak dengan warna yang saling bertabrakan. Pink fanta,toska kuning, hijau neon, oren, mana bajunya aneh semua bentukannya lagi. Jadi karena Lena terlampau kreatif ia merombak semua baju itu menjadi sedikit lebih modis.

Sepertinya ia harus membeli beberapa pakaian dan perawatan kulit untuk sedikit mencerahkan kulit wajah ini. Sayang sekali wajah ini sudah cantik jika dibiarkan begitu saja. Dan untung saja pemilik tubuh rajin menabung sehingga Helena tidak terlalu pusing memikirkan biaya hidup selama satu bulan ini. Tak apa nanti ia pikirkan untuk kesananya.

Semuanya telah siap, Helena hanya mencepol asal rambutnya dan memberi sedikit bedak bayi satu satunya alat kecantikan yang ia punya sekarang.

Karena tidak memiliki kendaraan,  Helena memilih naik ojeg saja. Letak mall dari kontrakkannya cukup dekat jadi ia tak memerlukan banyak waktu untuk itu.

Setelah sepuluh menit ia sudah sampai disalah satu mall yang cukup besar dikota ini, ia turun dari atas motor dan membayarnya. Setelah ojek itu pergi ia segera melangkahkan kakinya kedalam mall yang masih ramai.

Helena mendengus karena sekarang ia berjalan seorang diri, biasanya Helena akan pergi bersama Allan ataupun Gallen yang selalu memaksa menemaninya ketika berbelanja. Tapi sekarang ia hanya sendiri disekelilingnya banyak sekali pasangan pasangan muda yang membuat jiwa julid Helena keluar begitu saja.

"Dasar bucin gak ada akhlakkk!! Gue jombloo anjirrrrrr." Umpatnya membuat beberapa mata menatapnya dengan sinis.

Helena meringis malu dan segera berlari kearah ekskalator untuk melarikan diri.

"Dasar Lena malu maluin."

Helena TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang