Bunuh diri

117K 20.3K 1K
                                    

🕷️🕷️🕷️

Jam 12 siang Helena masih bersantai ria sambil memainkan ponselnya, hari ini adalah hari terakhir ia diskor. Awalnya ia berniat untuk rebahan seharian tapi karena bosan tidak memiliki pekerjaan lain Helena pun membatalkan niatnya itu.

Selama tiga hari ini ia tidak memiliki pekerjaan lain selain makan, mandi sehari sekali dan tidur. Paling terkadang Septi dan Vano mengunjunginya bersama dengan Keynand dan kawan kawannya yang selalu saja membuat kontrakan Helena berantakan. Sesekali Helena pun pergi ke markas jika sudah benar benar bosan.

Helena pergi keluar mengeluarkan motornya yang disimpan ruang tamu karena Helena tidak memiliki garasi untuk menyimpannya. Ia hanya memakai pakaian sederhana rambutnya pun hanya ia ikat menjadi ikat kuda.

Karena tidak tau mau kemana akhirnya Helena memilih pergi ke taman sekedar menghirup udara segar.

Dari tempatnya terduduk Helena bisa melihat mobil-mobil yang berlalu lalang. Dijam segini tidak banyak kendaraan yang melintas. Dalam beberapa menit Helena hanya diam tidak melakukan apapun. Sampai ketika ia melihat sesuatu didepan matanya,

Mata Helena tiba-tiba terbelalak ketika melihat seseorang berjalan linglung didepan sana, matanya terlihat kosong sampai tidak menyadari ada sebuah bus besar yang bergerak cepat. Suara klakson saling bersaut-sautan dengan suara orang orang yang menjerit memberi tahu agar orang itu menyingkir.

Tapi orang itu tetap saja berjalan, suara klaskon semakin keras terdengar. Ketika mobil itu hanya berjarak beberapa meter saja Helena berlari kencnag berusaha sekuat mungkin untuk menyelamatkan.

Dan wushhhhh...

Brughhhh....

Helena berhasil, ia mendorong orang yang masih mengenakan seragam sampai terhuyung ke terotoan. Luka luka kecil tercipta, bajunya yang putih telah bergabung becak tanah kecoklatan.

Helena keadaannya tidak jauh lebih baik, jika ia tidak berhasil menghindar mungkin saja bus itu justru menabraknya dan membuat ia mati untuk kedua kalinya.

"Lo gila!!" Helena memaki setelah ia bisa mengembalikan kesadarannya dengan tertatih ia berjalan mendekat kearah cowok yang masih memasang wajah linglung.

Helena tanpa manusiawi menarik lengan cowok itu hingga menjauh dari keramaian. Orang orang tadi mendekat merasa penasaran dengan apa yang sebnarnya terjadi.

"Lo mau gue mati dua kali hah!!" Helena kembali berteriak, ia telah membawa cowok itu keujung taman jauh sari keramaian.

"Jangan gitu lagi..." Lirih Helena memeluk erat cowok yang ia selamatkan.

Cowok itu adalah Allan, apa kalian tau bagaimana rasanya melihat seseorang yang berharga bagi kalian hampir terlindas sebuah bus besar dihadapan kalian. Rasanya seperti jantung kalian dicabut secara paksa, perasaan khawatir dan takut menyelimuti Helena. Bahkan kakinya gemetar, ia takut takut jika ia tidak berhasil menyelamatkan Alan. Entah bagaimana hidup Helena jika Allan tertabrak bus didepan matanya sendiri.

Allan masih termangu ditempatnya ia belum bisa menyadari apa yang telah terjadi, tapi perasaanya terasa nyaman dalam pelukan gadis yang bahkan tidak pernah ia kenali. Tanpa sadar air matanya meluruh ketika perasaan hangat yang familiar bercampur dengan rasa rindu yang menggebu hinggap dihatinya.

Namun Alan tak tau apa yang sedang ia rasakan.

"L-lo siapa? Kenapa lo selamatin gue?"

Helena secara perlahan melepaskan pelukannya, ia menghela nafasnya panjang ia merasa kebingungan. Melihat keadaan Alan yang benar benar jauh dari kata baik membuat keinginan Helena untuk memberitahunya sekarang juga semakin besar.

"Kalo gue bilang, gue kakak lo. Lo percaya apa enggak?" Pertanyaan bodoh Helena ajukan. Meski sebenarnya Helena sendiri sudah tau Alan tidak mungkin percaya dengan apa yang ia ucapkan.

Allan terkesiap, ia menatap Helena dengan tatapan seolah Helena adalah penjahat yang sedang menipunya.

"Gak usah ngaku-ngaku, Kakak gue udah meninggal," balas Allan dengan nada lirih diujung kalimatnya.

Helena menghela nafasnya, ia tau ini akan sulit.

"Alan gue tau lo gak mungkin percaya sama ucapan gue. Tapi lo harus tau gue ini Lena, kakak lo."

Allan mendengus, matanya menatap tajam kearah Helena berkilat penuh ketidakpercayaan

"Gue gak akan percaya sama omongan lo!!" Ketusnya sebelum berbalik dan berlalu meninggalkan Helena.

Baru beberapa langkah Allan berjalan Helena kembali berucap dengan kata kata yang membuat Allan membatu ditempatnya.

"Sejauh apapun orang yang menyayangi kita pergi....

Allan berbalik raut wajahnya tidak bisa diartikan

"Dia akan selalu ada untuk kita, meski kita sendiri gak tau dan gak sadar akan hal itu."

Allan masih terdiam matanya berkaca kaca...

Sejauh apapun orang yang menyayangi kita pergi....

Dia akan selalu datang kembali meski dengan cara yang gak pernah kita duga."

Allan menggeleng masih tak percaya dengan apa yang diucapkan gadis didepannya "l-lo?"

Helena tersenyum "itu yang diucapin mama saat kita kecil, sebelum mama meninggal." Lirih Helena tapi masih bisa didengar oleh Alan didepannya.

Air mata Allan meleleh, itu memang benar kata kata itu lah yang diucapkan ibunya sebelum tragedi mengerikan beberapa tahun lalu. Kejadian mengerikan yang membuat ayah dan ibunya terbunuh tepat didepan matanya saat Allan bahkan masih berusia 6 tahun.

"Gue Lena lan Helena. Gue kakak lo, gue juga bingung kenapa gue idup lagi diraga orang lain. Tapi yang pasti gue gak boong, gue bahkan tau jadwal lo pake bokser tiap harinya."

Helena terdiam sejenak

"Senin lo pake gambar ultramen, selasa lo pake gambar adudu, rabu lo pake gambar tok dalang kamis lo pake gambar Pak Ladusing, Jum'at lo pake...."

Hepp

Ucapan Helena terpotong ketika Allan secara tiba-tiba menabrakan dirinya sendiri memeluk Helena, dibalik itu wajahnya memerah merasa malu karena Helena yang menyebutkan jadwalnya memakai bokser.

"Ka Lena, ini bener ka Lena?" Lirih Allan ia memeluk erat sekali sampai tubuh Helena yang kecil mungil bagai miniatur itu terhimpit. Helena sebenarnya tidak bisa bernafas tapi mendengar Allan yang terisak dalam pelukannya ia membiarkan saja.

Helena tersenyum dalam diam, lengannya ia gunakan untuk membalas pelukan Allan.

"Jadi, ini beneran kak Lena?" Allan masih tidak percaya, ia meneliti Helena dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia bahkan menguyel nguyel wajah Helena yang sangat berbeda jauh dengan wajah kakaknya (Helena yang dulu).

Helena mendengus, ia menepak pelan lengan Allan yang masih asik dengan wajahnya.

"Gak usah mainin pipi gue deh,"ketusnya kesal yang malah menimbulkan senyum cerah diwajah Allan.

"Ini beneran ka Lena!!!" Allan berseru senang, ia kembali memeluk Helena. Tak ad ayang berani berucap ketus padanya selama ini, hanya Helena. Satu satunya yang menimbulkan perasaan senang ketika Helena memarahinya.

"Jangan pergi lagi," lirih Allan sedikit menjeda ucapannya.

"Hidup aku ancur kak rasanya aku gak punya semangat hidup, hidup aku jadi kerasa gak guna. selama ini aku hidup karena kakak ada disisi aku."

Helena hanya mendengarkan semua keluh kesah Allan padanya. Ia tau Allan tidak pernah mempercayai siapapun lagi didunia ini selain dirinya.

"Seenggaknya kalo kakak pergi, kakak ajak aku. Biar aku gak sendirian didunia ini kak."

🕷️🕷️🕷️

Helena TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang