Bolos

154K 21.8K 591
                                    

Vano berjalan seorang diri dikoridor dengan langkah lesu, dia sangat lelah padahal ini masih pagi tapi karena kejadian tadi ia terpaksa harus lari larian. Mana Septi meninggalkannya lagi. Untung saja tidak ada kejadian serupa saat ia berjalan seorang diri. Jika tidak mungkin Vano memilih lompat dari lantai dua karena ketakutan.

Vano menghela nafasnya lega ketika sudah berada didepan kelasnya. Sebelas ipa satu. Dari luar ia bisa mendengar keributan dari dalam. Sudah dipastikan bahwa sudah banyak temen sekelasnya yang datang.

Ceklek

Pintu terbuka, Vano mengerjap ketika mendadak suasana kelasnya menjadi hening dan semua mata kini mengarah padanya. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mendadak ia jadi kikuk sendiri.

"Selamat pagi." Sapa Vano sopan yang mana berhasil menyadarkan semua orang yang tadi mendadak diam. Mereka kemudian saling berbisik tapi tidak bisa disebut berbisik juga si karena Vano bisa mendengarnya.

"Eh lo anak baru ya?"

"Dari sekolah mana?"

"Nama kamu siapa?"

"Alamat kamu dimana?"

"Minta nomornya dong."

Vano tersentak, cowok itu gelagapan ia pusing sendiri ketika semua gadis yang kini ada dikelasnya tiba-tiba menghampiri dan membuat lingkaran menggerubunginya. Apalagi pertanyaan yang saling bersaut sautan itu semakin membuat kepalanya terasa ingin pecah.

Vano melirik kearah Helena, ia berdecak ketika melihat gadis itu malah menelungkupkan kepalanya diatas meja. Vano yakin seratus persen bahwa Helena kini tengah merajut mimpi dibelakang sana.

Vano bergerak gelisah jika Helena tertidur kini siapa yang mengeluarkannya dari lingkaran setan ini?

"Aduh semuanya saya bukan anak baru saya Vano."

"HAH?!!"

Vano tersentak mengapa mereka kompak sekali si kagetnya .

"Masa si lo Vano."

"Gak percaya aing."

"Hooh lo tuh ganteng Vano tuh cupu, masa lo Vano gak pantes banget,"

Vano mengelus dadanya pelan ia sedikit tersinggung dengan kata kata terakhir. Tapi yasudahlah ya, toh mereka memang benar.

"Seterah kaliah kalo gak percaya."

Katanya lalu berjalan ketempat duduknya dibelakang, setelah sebelumnya ia memaksa dan menabrakkan dirinya sendiri kepada gadis gadis yang mengerubunginya. Vano menghela nafas lelah, meskipun ia telah bebas tapi suara teman sekelasnya masih terdengar bahwa mereka saling berbisik mempertanyakan kebenaran ucapannya.

Apa perubahannya memang sedrastis itu ya? Bahkan ibunya saja tidak mengenali dirinya, dan satu sekolah tidak ada yang sadar.

Vano melirik kesebelahnya, Helena masih terlihat sangat nyaman, dia tidak terusik sama sekali dengan keadaan kelas yang berisik. Tak tau harus apa akhirnya Vano memilih untuk membuka buku dan mulai membaca sambil menunggu guru yang akan mengajar hari ini.

***

Kringgg....

Bel masuk berbunyi, semua orang telah bersiap siap untuk memulai pelajaran hari ini. Menyiapkan alat tulis diatas meja, menyiapkan bahan ajar dan menunggu guru yang akan mengajar. Keributan yang tadi sempat terjadi pun sudah mereda, karena guru yang mengajar pagi ini sangat killer.

Tapi agaknya hal itu tidak berlaku dengan cewek jadi jadian yang sudah menelungkupkan kepalanya diatas meja. Matanya terpejam, terlihat sangat nyaman dan tidak terusik dengan keaadan yang sangat ramai.

Helena TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang