Peragaan

123K 21.1K 1.9K
                                    

Suasana kantin tiba tiba menjadi senyap ketika Keynand mendadak angkat suara, tatapannya yang tajam mengarah pada Helvan yang kini ikut terdiam.

Suara penuh ancaman itu benar benar membuat orang yang mendengarnya tidak berkutik. Asthon, Niel dan Yohan sampai ternganga tidak menyangka dengan Keynand yang akan bertindak seperti itu. Mereka kira Keynand akan diam saja seperti biasanya.

"Ah tenang Key, ini urusan gue lo duduk aja nonton drama action hehehe," ujar Helena menyuruh Keynand agar duduk masih dengan cengiran gajenya. Ia sedikit terkejut sebenarnya, tapi dengan cepat ia mengatasi keterkejutannya.

Keynand menoleh kearah Helena disampingnya, melihat raut wajah Helena yang nampak biasa saja. Keynand mengangguk ia menghepaskan lengan Helvan yang berada dalam cengkramannya dengan kasar.

"Lanjutin," ujar Keynand mengusap lembut puncak kepala Helena sebelum kembali duduk untuk menonton.

Helena merinding ketika usapan lembut Keynand berada dipuncak kepalanya. Ia tidak pernah terbiasa mendapat sentuhan dipuncak kepalanya, teman temanya tidak mungkin berani karena mereka tau bahwa Helena tidak menyukai skinship.

Lain lagi dengan kondisi kantin yang sudah memekik tertahan, melihat idola mereka yang memperlakukan seorang gadis selembut itu tentu saja membuat iri siapapun yang melihatnya.

Nata bahkan tanpa sadar menggeram dan melepaskan tangannya yang digunakan untuk menopang tubuh Gwenn sehingga Gwenn tersungkur kedepan. Baru saja Nata hendak mendekat tapi suara ringisan Gwen menghentikannya dan saat itu ia baru tersadar bahwa ia membuat Gwen merasa kesakitan.

"Maaf, aku gak sengaja," katanya sebelum kembali membantu Gwen untuk berdiri.

Sedangkan Gwenn mendengus, ia menggeram menatap tajam kearah Helena dan mengeluarkan sumpah serapah didalam hatinya "awas lo Helena!! Gue gak akan biarin lo bahagia!!"

Kembali lagi pada Helena yang kini berjalan mengitari tubuh Helvan yang masih terpaku ditempatnya "kayanya lo penasaran apa yang udah gue lakuin sama adek kesayangan lo," ucap Helena dengan menekan tiga kata terakhir.

Entah mengapa setiap Helena mengucapkan kata 'Adek kesayangan' Helvan merasa sesak seolah ada yang menghembuskan asap tebal didepan wajahnya. Hal itupun dirasakan oleh Gibran yang sedari tadi hanya diam.

"Kayanya gak seru kalo cuma gue ceritain," Helena meletakan jari telunjuknya didagu, membuat pose tengah berpikir.

Tapi tiba tiba senyumnya merekah seolah baru saja mendapati hal yang sangat menyenangkan, "gimana kalo gue tunjukin aja, Kayanya bakal seru" sentak Helena dengan nada antusias.

Semua orang menahan nafasnya, melihat kondisi Gwenn tentu itu bukanlah hal kecil kaki kananya yang tidak dilapisi apapun terlihat bengkak dan bentuknya pun aneh. Sudah dipastikan itu akan sangat terasa menyakitkan.

"Tapi siapa yang jadi alat peraganya hmm? Ada yang mau?" Helena bertanya pada seluruh orang yang berada dikantin tanpa terkecuali. Semua orang beringsut mundur ketakutan. Orang gila mana yang mau mengorbankan nyawanya sebagai alat peraga.

Helena menunduk sedih seperkian detik kemudian ia langsung mengangkat kepalanya lagi dengan senang menatap Helvan yang berada didepannya.

"Gimana kalo lo aja yang jadi alat peraganya? Kan lo yang mau tau hal yang gue lakuin ke adek kesayangan lo itu."

Helvan mengerjap belum sempat ia menjawab apapun Helena sudah membanting tubuh Helvan kelantai dengan keras. Helvan meringis kesakitan semua orang menjerit-jerit tapi tak ada satupun yang berani menghentikannya.

"Pertama gue banting dia kelantai, gak keras loh, tapi dia nangis. Ahh itu gak seru, padahal dia yang ngajak gue gelut duluan."

Semua orang bergidik ngeri, Helena berujar sangat santai ekspresinya yang berubah rubah membuat orang kesulitan memahami apakah Helena merasa bersalah atau tidak.

Helena TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang