Pelaku Penyerangan 2

111K 20.7K 2.4K
                                    

Guys maaf aku mau update kemaren kuota ku malah abis(´;︵;')

***

Ada beberapa alasan mengapa keluarga Mahendra percaya begitu saja ketika Zehan mengatakan bahwa Helena bukanlah anak kandung mereka.

Pertama hasil tes DNA yang berasal dari salah satu rumah sakit terkenal. Melakukan manipulasi hasil data tes DNA tidak semudah itu. Tentu saja Mahendra dapat tertipu saat Zehan memberikan hasil tes DNA. Apalagi sebuah nama rumah sakit ternama tertera didalam data tersebut.

(Aku gak tau banyak tentang tes DNA, jadi kalo aku salah maapken ya guys hehe•́  ‿ ,•̀..."

Tapi ternyata Zehan berhasil entah bagaimana caranya.

Yang kedua, wajah Helena yang memang terlihat berbeda dengan semua gen dari keluarga Mahendra itu sendiri. Meski kembar Helvan dan Helena tidak memiliki wajah yang sama dalam artian kembar tidak identik.

Wajah yang kusam dan penampilannya yang cupu semakin menguatkan asumsi keluarga Mahendra bahwa Helena bukanlah anak kandung mereka. Ditambah tingkat kecerdasan Helena sendiri memang berada sangat jauh dari keluarga Mahendra yang lain.

Helena tersenyum lebar kearah Zehan yang begitu terkejut akibat dari ledakann tadi. Ia merogoh saku celananya mengambil sebuah pisau lipat lalu melemparkan pisau itu kearah Gibran yang termenung diujung sana. Pistol yang ia todongkan telah kembali ke saku celananya yang lain. Bajunya memang terlihat sederhana tapi ada begitu banyak senjata yang tersembunyi didalamnya.

"Buka sendiri, gue males buat bukain."kata Helena tanpa melihatpun Helena bisa merasakan bahwa Gibran menatapmya diujung sana.

Gibran tertunduk dengan hati yang begitu terluka, ia mendengarkan semuanya, mendengar semua pembicaraan Helena dan Zehan. Hatinya begitu kecewa, kecewa pada dirinya sendiri yang bisa-bisanya termakan semua kebohongan dari musuh bebuyutan keluarganya.

"Helena...."lirih Gibran tapi tidak dipedulikan oleh Helena.

Gibran menghela nafasnya kasar, Badannya remuk redam, seluruh tubuhnya terasa sakit akibat siksaan dari Zehan akan tetapi rasa sakit ditubuhnya tidak terasa dibandingkan dengan sakit dihatinya. dengan susah payah ia berusaha menggapai pisau yang tadi dilemparkan Helena padanya. Pisau yang akan dia gunakan untuk membuka ikatan tangannya. Meski Gibran sendiri tidak tau itu berhasil atau tidak.

"Kau!!"

Helena kembali memusatkan atensinya pada Zehan gadis itu tersenyum senang kearah Zehan,  bertepuk tangan dengan wajah sumringah.

"Kenapa papa? kenapa begitu terkejut?"tanya Helena tanpa rasa bersalah, wajahnya dibuat sepolos mungkin.

Zehan menggeram dengan wajah memerah pria itu maju dengan cepat kearah Helena yang letaknya tidak terlalu jauh.

Brughhh

Akhhhhh

Baru saja Zehan hendak memukulkan sebuah balok kayu kearah Helena, tapi sayangnya pria itu harus gagal karena gerakannya kurang cepat dari Helena yang sudah terlebih dahulu menarik lengan Zehan dan membantingnya kelantai.

Dibawah cahaya yang remang Helena menundukan tubuhnya menyamakan tingginya dengan Zehan yang sudah terkapar dilantai. Senyumnya sangat lebar tak ada rasa bersalah sama sekali.

"Gue punya tebak tebakan...." Helena menggantung ucapannya, kepalanya miring menatap wajah Zehan yang sudah mengeras

"Alat musik apa yang paling menyenangkan untuk didengarkan?"tanya Helena namun tak ada jawaban. Gadis itu cemberut merasa kesal karena pertanyaan tidak dijawab.

Helena TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang