Lagi-lagi Septi!!!

169K 26K 1.6K
                                    

Helena Gain Xera.

Kalian tau dia kan, Queen dari geng motor paling terkenal. Dark Spider. Orang orang yang mendengar namanya pasti langsung mengaitkan dengan Galen dan Dark Spider. Dan orang-orang mungkin berpikir ia terkenal karrna kedekatannya dengan dua nama tersebut. Tapi tak ada yang tau, dia bukanlah gadis manis dengan sejuta pesona. Dia lebih dari itu. Jangan tertipu dengan wajah dan sikap manisnya. Jika tidak percaya coba tanyakan pada musuh musuhnya yang pernah merasakan betapa gilanya seorang Helena Gain.

Tapi sialnya, ia justru meninggal hanya karena tusukan dan tabrakan yang disengaja. Entah apa rencana tuhan yang bukannya membuang dia ke neraka. Helena justru ditempatkan ditubuh seorang gadis menyedihkan ini.

Berjam jam Helena hanya duduk dan berpura pura memperhatikan, sesekali ia menguap dan mencoret coret satu-satunya buku yang ia bawa. Ia akan mati kebosanan jika begini terus. Apalagi guru sejarah yang kini tengah menjelaskan itu seperti tengah membacakan sebuah dongeng sebelum tidur.

"Ni guru kayanya punya bakat jadi pendogeng deh. Kenapa gak jadi pendongeng ajasi, kenapa dia malah jadi guru ck."

Vano disebelahnya menggelengkan kepalanya heran, sedari tadi Helena tak hentinya mengomentari cara mengajar guru guru hari ini. Sejak jam pelajaran pertama tak ada satupun yang luput dari kritikan pedasnya. Mulai dari cara mengajar, hingga penampilan. Untung saja mereka duduk dibelakang jadi guru guru tidak ada yang mendengar.

"Ini kapan istirahat nya si Van? tuh guru gak cape apa ya?"

Vano yang mendapat pertanyaan mendadak tiba tiba tersentak, ia kemudian melirik kearah jam yang tertempel didinding diatas papan tulis.

"Sepuluh menit lagi."

Helena mendengus, ia sedari tadi hanya duduk memperhatikan. Bisa bisa bokongnya yang sekarang tepos akan semakin tepos jika kelamaan duduk.

Kringgg.... Kringgg....

Helena menghela nafas lega ketika bel tanda istirahat berbunyi. Ia dengan cepat memasukkan satu satunya buku yang ia bawa kedalam tas. Baru saja hendak berlalu dan keluar dari kelas, teriakan seseorang sudah membuatnya berhenti dan melotot kaget.

"Helenaaaaaaa."

Helena berdecak, lagi lagi cewek ini menganggu dirinya. Bisa ditebak kan siapa yang berteriak, dia adalah Septi orang yang dulu sering membuli si pemilik tubuh tapi sekarang gadis itu justru mengikuti dirinya. Helena jadi curiga bahwa Septi tidak memiliki kerjaan lain.

Sedangkan suasana kelas mulai ripuh, diotak mereka hanya satu. Mereka berpikir bahwa setelah ini pasti akan ada tontonan gratis.
"Helena."

Helena bergidik ngeri melihat Septi yang sudah ada didepannya dengan senyum lebar. Raut wajahnya mendadak berubah jadi sebal ketika rencananya harus terganggu karena dia.

"Lo ngapain si disini?"ketusnya.

Bukannya marah Septi malah semakin melebarkan senyumnya "ayo kekantinn."

"Ngapain juga gue harus kekantin bareng lo?!"

"Kita kan temen."

Semua orang tersentak kaget, bahkan Nata yang hendak berjalan keluar pun terhenti didepan pintu dan membalikkan badannya tanpa sadar.

Ini mengejutkan, siapa yang tidak tau Septi. Salah satu orang yang sering membully Helena dulu. Teman teman satu kelasnya jelas tau ahh tidak hampir satu sekolah juga tau bagaimana Septi sangat sering membully Helena. Tapi sekarang didepan semua orang Septi justru berkata bahwa ia dan Helena adalah teman.

"Siapa juga yang mau temenan sama lo." Ujar Helena bergidik ngeri ketika ia membayangkan bagaimana Septi yang akan selalu mengganggunya setiap hari.

Septi mengercutkan bibirnya kesal "kok gitu?"

"Lo berisik." Jawab Helena dengan jujur tanpa basa basi.

Mendengar itu Septi menghentakkan kakinya kesal, ia menatap tajam kesekelilingnya ketika mendengar mereka bercicit menahan tawa.

"Pokoknya sekarang lo temen gue titik gak pake koma." Septi berkata dengan tegas, seolah menegaskan bahwa ucapannya adalah mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Ia bahkan menarik Helena untuk pergi kekantin bersama.

Helena yang ditarik itu mencoba memberontak, menarik-narik lengannya agar terlepas,

"Lo apaansi lepasin gue."

Septi tidak menjawab dan malah terus menarik Helena meski kesulitan.

Helena pasrah, ia kini menarik Vano agar ikut bersamanya. Ia tidak ingin terjebak bersama makhluk berisik seperti Septi seorang diri.

Vano yang ditarik Helena tersentak kaget, ia gelagapan ia bahkan sampai terantuk meja karena tidak memiliki dugaan bahwa ia akan ikut ikutan ditarik.

"Helena, kenapa saya ikut ditarik?"

"Pokoknya lo harus ikut!!! Gue ogah ya terjebak sama sitoa ini sendirian."

Vano memelas, sungguh ia ingin menangis karena malu.

"Saya gak mau ikut Helen, lepasin saya."

Helena tak peduli ia justru sibuk menyesuaikan langkahnya dengan Septi. Bisa aja si Helena membanting Septi, tapi ia tidak berminat. Itu terlalu cepat untuk menunjukan perubahan pada diri Helena. Orang orang akan curiga.

"Ayok Helen."

Septi terus menarik, tapi ia sedikit mengernyit ketika merasa tarikannya semakin berat. Ia menoleh kebelakang dan terkejut ketika seorang cowok cupu berkacamata ikut dalam cekalan Helena. Pantas saja tambah berat.

"Kok ada dia si?!! Helenn ngapain lo narik dia?" Septi berteriak tak terima karena ia hanya ingin bersama Helena sekarang.

"Dia temen gue."

Septi semakin mendelik tidak terima, ia merasa iri karena Vano yang hanya cowok cupu justru diakui sebagai teman oleh Helena. Sedangkan ia?

"Kok lo gak adil si ihhhh...."

Helena mengendikkan bahunya acuh "bodo, lo ajak gue berarti harus ajak dia juga." Katanya sambil menunjuk Vano yang hanya diam.

Akhinya Septi yang kesal hanya bisa pasrah saja mengikuti keinginan Helena "yaudah, ayok kita kekantin."

Septi kembali menarik keduanya agar ikut, tapi tarikannya sekarang percuma karena Vano yang terdiam.

"Helen saya gak ikut ya." Pinta Vano dengan raut wajah antara khawatir dan ragu.

Helena mengangkat sebelah alisnya "kenapa? Lo gak punya duit?"

Jlebb

Seolah cenayang Helena berkata tepat sasaran, itu memang benar. Tapi bisa gak si Helena tidak mengucapkannya segamblang itu. Vano memang semiskin itu, dia berhasil sekolah disini karena kecerdasannya. Setiap hari yang Vano habiskan adalah membaca dan memakan bekal yang hanya berisi nasi putih dan telor ceplok. Paling mewah ya ayam goreng itupun sangat jarang sekali.

"Lo tenang aja, si Septi yang bayarin kok."

Septi yang namanya dibawa bawa melotot tak terima "kok jadi gue?"

Helena menatap Septi sinis "katanya lo mau jadi temen gue, gimana si."

Septi mengercutkan bibirnya, lagi lagi ia kalah demi menjadi teman Helena ia rela menghabiskan uangnya. Toh ia kaya raya, hanya untuk menteraktir makanan ia tidak akan jatuh miskin.

"Ia deh ia."

Helena kembali menoleh kearah Vano "noh denger ayo kekantin. Kita abisin duit sitoa itu."

Vano terlihat masih ragu, ini pertama kalinya ada yang mengajak ia pergi kekantin. Ia takut terakhir kali ia diajak itu berakhir dengan dirinya yang dihina habis habisan, ia bahkan di-bully. Apalagi sekarang yang mengajaknya salah satu Queen Bullying.

Septi yang mengerti ketakutan Vano ikut mendekat dan memeggang bahu Vano "lo tenang aja gue gak akan bully lo kok. Kalau pun ada yang bully elo gue pastiin gue yang maju paling depan."

Pada akhirnya Vano menghela nafas pasrah dan diam saja ketika kedua gadis itu menariknya kekantin.

Helena TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang