17-Poligami(?)

12.1K 1.2K 17
                                    

Levin_andr
0897xxxxxxx
Ini kontak wa saya

Mata Kayesa mengerjap membaca pesan yang baru masuk di aplikasi instagramnya. Ia teringat malam kemaren yang tidak sempat mendapatkan kontak bang Levin karena kemunculan Rafka yang secara tiba-tiba. Rupanya bang Levin begitu baik sampai begitu repot mengiriminya pesan hanya untuk mengirim kontaknya.

Oke, terima kasih, ya, bang

Sama-sama. Pindah chat ke WA?

Kayesa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sepertinya ada bau-bau salah paham di sini. Daripada mendapat amukan kemarahan Denan nantinya, Kayesa hanya membalas dengan kata oke lalu bersiap tidur. 

Tidak lupa juga mengirim kontak WA yang telah ia dapatkan kepada Lentera. Untuk chat selanjutnya, itu urusan Lentera. Terserah temannya itu ingin berkata apa kepada Bang Levin. Kayesa tidak ingin ikut campur.

Lentera:
Huwaaa gila gue mau nangis rasanya. Sumpah demi apa lo dapat kontaknya bang Levin?

Aaaaaaaa jantung gue jedag jedug banget

Terima kasih, Kayesa

Gue doain kehidupan rumah tangga lo samawa sampai dunia akhirat. Aamiin

Jangan lupa jadi istri yang baik, nurut suami, biar Denan gak poligami'

Heh, gak usah sebut poligami!

Kayesa meletakkan asal ponselnya di atas nakas. Bersiap untuk tidur tidak jadi ia lakukan. Kata Poligami dari Lentera benar-benar menganggu pikirannya. Gadis itu menatap Denan yang berbaring di sampingnya. Laki-laki itu terlihat serius menatap ponsel di depan wajahnya. 

Apakah itu tanda-tanda ingin melakukan poligami?

"Denan!" Kayesa mengubah posisinya menjadi duduk dan bersandarkan kepala ranjang di belakangnya. 

Denan melirik Kayesa sekilas lalu kembali serius dengan benda persegi panjangnya. 

"Ish, Denan!" Kayesa kesal. Entah apa yang membuatnya kesal.

"Apa?"

"Lo ada niat poligami nggak?" tanya Kayesa tanpa basa-basi.

Perhatian Denan beralih sepenuhnya ke arah Kayesa. Laki-laki itu menatap istrinya dengan heran. Pemikiran apa lagi yang singgah di keras kepala gadis itu?

"Menurut lo?" 

"Jadi lo ada niat poligami?"

"Lo mau gue poligami?"

"NGGAK LAH!" Sadar dengan suaranya yang menggelegar, Kayesa sontak menutup mulutnya. Wajahnya memanas, ia malu.

Denan menaikkan sebelah alisnya, laki-laki itu mulai bergerak berbaring menyamping menghadap Kayesa dengan guling di pelukannya.

"Rencananya, sih, gue mau poligami, nyari istri yang sholehah, nurut suami, sopan sama suami, ngomong lembut ke suami, rajin, terlebih dia tau kewajiban dan apa aja hak suami."

Mata Kayesa membulat. Enak sekali, ya, mulut Denan berkata seperti itu.

"Gue nggak mau dipoligami. Balikin aja gue ke Abah sama Umi kalau lo mau poligami!"

Bibir Denan berkedut menahan senyum menatap wajah Kayesa yang memerah. Gadis itu enggan menatapnya.

"Lo, sih, malas. Impian gue itu pengen punya istri yang rajin," ucap Denan yang semakin membuat dada Kayesa semakin nyeri.

"Malas apanya?! Gue rajin tau!"

Denan tersenyum mengejek. "Rajin? Tumpukan baju kotor di dua keranjang cucian itu apa?"

Kayesa menggigit bibir bawahnya kuat. Ia menatap Denan yang terus memperlihatkan tatapan mengejeknya. "I-iya, besok gue cuci semuanya."

"Gue juga pengen istri gue pintar masak, nggak perlu enak setidaknya dia mau berusaha buat masak. Gue bosan kalau makan di luar mulu."

"Iya, besok gue coba masak."

"Gue juga nggak suka sama cewek keras kepala. Selama apa yang gue bilang baik dan nggak menyimpang dari syariat agama, setidaknya dia mau dengarin dan nurut."

Mata Kayesa mulai berkaca-kaca. Meskipun tidak ada rasa cinta ke Denan, tetapi dia adalah salah satu dari sekian juta wanita yang tidak ingin di madu. Katanya cinta itu bisa datang karena terbiasa. Kalau ia terbiasa hidup dengan Denan, apa nanti akan timbul cinta?

Kayesa memilin jari-jari tangannya sembari menatap Denan. Iya, mulai sekarang sepertinya ia akan mematuhi apa yang dikatakan Denan.

"Ya, sudah."

"Ya, sudah apa?"

Menghela napas, Kayesa kembali berbaring. Ikut menyamping ke arah Denan. Keduanya saling bertatapan dengan guling di masing-masing pelukan.

"Gue mau coba nurut sama lo."

Denan tersenyum tipis.

"Mulai sekarang jangan pernah lagi nyebut pake gue-lo!"

Mulut Kayesa terbuka sedikit menatap kesal Denan. "Terus, harus nyebut pake aku-kamu, gitu!"

"Bisa dibilang begitu, tapi aku lebih suka kalau kamu nyebut diri kamu sendiri pakai nama."

Kayesa tidak tahu harus mengatakan apa. Denan baru saja mengganti gaya bahasanya dan itu menganggu jantungnya. Terlebih tatapannya yang tidak ingin bergeser sejak tadi.

Denan kenapa jadi kayak gini, sih? Kayesa lebih tenang kalau Denan bersikap menyebalkan seperti biasanya.

"Gimana?"

"Maksudnya, jadi Kayesa-Denan, gitu?"

Denan mengangguk.

Berdecak, mau tidak mau Kayesa menyanggupi. "Oke."

Denan menyingkirkan guling yang ia peluk lalu mendekat ke arah Kayesa.

"Ngapain dekat-dekat?" tanya Kayesa memasang tatapan siaga.

Denan hanya menyunggingkan senyum. Tangannya kini beralih menyingkirkan paksa guling yang Kayesa peluk dan kemudian membawa si pemeluk guling tersebut ke dalam dekapannya.

"Kamu sekarang sudah jadi istri, pasti tau apa aja kewajiban kamu dan hak apa aja yang aku dapat. Begitu pun aku yang pasti tau apa aja kewajiban aku dan hak apa aja yang harus kamu dapat," kata Denan sembari menepuk pelan punggung Kayesa yang berada di pelukannya.

Gadis itu mendadak diam, tubuhnya berubah kaku, wajah memanasnya ia sembunyikan di dada bidang milik Denan.

"Istri impian aku itu adalah yang bisa aku peluk setiap malam kayak gini. Nggak keberatan kan kalau aku peluk?"

Kayesa sontak mengangguk entah sadar atau tidak.

"Oke. Kalau gitu aku nggak jadi poligami. Cukup satu aja yang jadi ibu dari anak-anak aku kelak."

.....

TBC

Aku baru kepikiran update nih, guys. Maaf yaa....🙏🙏🙏

27 Mei 2021

SyuamitonirrajimDonde viven las historias. Descúbrelo ahora