29-Positif

9.8K 789 8
                                    

"Kayesa, pagi-pagi begini kamu mau ke mana, Nak?" tanya Hilda saat mendapati putrinya turun dari tangga.

Hilda mengamati pakaian Kayesa dari atas kepala hingga ujung kaki yang mengenakan warna serupa, yaitu warna hitam pekat. Kacamata hitam juga tiba-tiba bertengger di hidung mungil milik putrinya, menyembunyikan mata yang biasanya selalu berbinar ceria.

Keynan yang sedang bersiap sekolah online pun berpaling ke arah sang Kakak. Jika sebelumnya ia yang mendapat perhatian penuh dari sang Umi karena mengenakan kemeja sekolah dengan bawahan celana kolor di atas lutut, maka perhatian sang Umi kini sepenuhnya beralih.

"Lo mau cosplay, Kak? Pagi-pagi begini mau ke mana, sih? Mana pake kacamata hitam pula." Keynan menyingkirkan laptop dari atas pangkuannya.

Mengabaikan Keynan, Kayesa bergerak menghampiri Uminya. "Kayesa mau pergi bareng Lentera, Umi. Izinin Kayesa pergi, ya?"

"Kamu belum sarapan, Kay."

"Kayesa udah janji sama Lentera bakal sarapan bareng."

Hilda menatap lekat putrinya. "Harus, ya, pake kacamata hitam?"

Kayesa terlihat meringis. "Cuma gaya-gayaan, kok, Umi. Nanti juga dilepas. Diizinin pergi 'kan, Umi?"

Hilda menghela napas lalu mengangguk. "Jangan lama-lama, ya, perginya. Jaga diri, sudah punya Denan, loh...." Hilda memperingatkan.

Kayesa mengangguk. Mencium tangan Uminya lalu melangkah menuju dapur untuk menemui sang Abah yang pasti sedang menikmati secangkir teh.

Sama seperti Hilda dan Keynan. Adnan pun mengomentari kacamata yang dikenakan oleh Kayesa. Namun, pria paruh baya itu tidak banyak berbicara hanya sedikit mengomentari putrinya dan berpesan untuk jangan berlama-lama berada di luar.

"Kak Kayesa, mau nanya dong. Boleh, nggak?"

Kayesa mengangkat sebelah alisnya menatap Keynan saat ia kembali melewati ruang tengah. Ia mulai curiga dengan adiknya itu yang akan bertanya macam-macam. "Nanya apa lo?"

"Gimana, Kak, hasilnya? Positif atau negatif? Sudah ada si Mungil belum di dalam perut?" Keynan menaik turunkan alisnya dengan tingkah menyebalkan.

Kayesa memasang wajah pias. Tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan, ia berlalu pergi begitu saja. Mobil yang dikendarai Lentera telah terparkir di luar pagar rumahnya. Sebenarnya, hari ini, Kayesa tidak bermaksud pergi kemana-mana. Namun, ia perlu seseorang untuk mencurahkan segala beban di hatinya.

"Buset, Kay. Tumben banget lo pake kacamata hitam. Mau touring ke mana lo? Mana serba hitam pula." sambut Lentera begitu Kayesa memasuki mobil dan duduk di samping dirinya yang berada di balik kemudi. Lentera tertawa kecil. Gadis itu mulai melajukan kendaraannya berbaur bersama kendaraan lain dalam perjalanan.

Kayesa menghela napas. Ia memilih diam dan duduk menyamping setengah merebahkan tubuhnya menghadap Lentera.

"Mau sarapan apa, Kay?" Lentera menatap Kayesa sekilas sebelum kembali fokus ke depan.

"Terserah, Len. Gue ikut apa pun yang lo mau."

Lentera mengangguk. "Bubur Ayam mau?"

Kayesa menggeleng. "Gue lagi nggak mau Bubur Ayam."

Lentera berdecak pelan. Ia kembali melirik Kayesa yang sedang merebahkan kepalanya. "Jadi apa dong?"

"Terserah, Len."

"Gado-gado aja, deh."

"Gak bisa makan gado-gado, gue alergi kacang."

Katanya terserah, batin Lentera. Mungkin seperti inilah yang dirasakan oleh laki-laki di luar sana ketika gadisnya mengatakan terserah.

SyuamitonirrajimWhere stories live. Discover now