40-Baikan

6.4K 782 44
                                    

Boleh tanya enggak?

Kalian asalnya dari mana?

Dan Nemu cerita ini di mana?

Jawab di kolom komentar, ya.

Selamat membaca

.....

"Kay, belum ngantuk?"

Denan duduk di samping Kayesa. Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam, tetapi tidak ada tanda-tanda untuk Kayesa bangkit dari duduknya.

Menganggap Denan tak kasat mata, Kayesa memilih sibuk sendiri dengan urusannya.  

"Itu variabelnya salah, makanya error. Coba sertakan perintah real sama integer," saran Denan setelah ikut mengamati layar laptop yang menjadi fokus sang istri. 

Kayesa abai. Ia tetap fokus pada pengerjaan programnya, tidak peduli dengan hasilnya yang masih menampilkan kata error di setiap kalimat. 

"Sini biar aku yang kerjakan. Kamu istirahat sana!" Tangan Denan hendak mengambil alih laptop dari hadapan sang istri, tetapi kalah cepat oleh pergerakan tangan Kayesa yang telah menggeser benda tersebut menjauh dari jangkauan Denan.

"Enggak usah peduliin Kayesa! Kayesa bisa urus diri sendiri!" Ketus Kayesa yang seketika membuat Denan terkejut. 

 "Kamu ngomong apa, sih? Kenapa aku enggak usah peduliin kamu?" Denan menatap kedua mata Kayesa yang sembab. Kentara sekali jika istrinya itu baru saja menangis. "Kenapa? Kamu habis nangis?" tanyanya, lagi.

Denan menghela napas kasar. Apa tadi perlakuannya saat marah begitu keterlaluan hingga membuat Kayesa menangis? Jujur saja, kemarahannya hanya berlangsung singkat, ia tidak bisa benar-benar marah kepada Kayesa. 

"Kamu istirahat aja, ya, Kay. Laporan kamu biar aku yang selesaikan. Kamu lagi hamil, enggak ba-"

"Kalau Denan peduliin Kayesa cuma karena Kayesa lagi hamil, mending enggak usah!"

"Kay, kamu kenapa lagi, sih?" Tanya Denan tak mengerti.

Kayesa mengusap kedua matanya yang kembali basah. Ia merutuki air matanya yang kembali mengalir. Mengingat kalimat Denan siang tadi benar-benar membuat hatinya sakit.

"Kay, sini peluk. Aku sudah enggak marah lagi, sudah enggak merajuk lagi," ucap Denan seraya menggeser duduknya untuk lebih dekat kepada sang istri.

Kayesa membiarkan Denan memeluk tubuhnya. "Aku keterlaluan banget, ya? Aku ada salah ngomong, ya?"

Kayesa mengangguk. "Denan cuma peduli ke anak yang di dalam perut Kay aja. Siang tadi Denan ngomong gitu. Itu berarti Denan peduliin Kay karena Kay lagi hamil aja. Kayesa enggak suka, hati Kayesa sakit dengarnya."

Kayesa membiarkan tangisnya lepas. Memilih berterus terang dengan apa yang menjadi penyebab beban pikiran dan sakit hati yang melandanya.

"Maaf, Kay. Aku enggak tau kalau kamu benar-benar serius nanggapinnya. Aku ngucapinnya enggak dari hati."

"Denan ngucapinnya enggak dari hati, tapi sakitnya sampai ke hati Kayesa."

Denan menarik mundur tubuhnya, menatap wajah merah Kayesa dan mengecup bibir mungil yang masih mengeluarkan suara berupa isakan kecil. Ia benar-benar tidak menduga bahwa ucapannya akan membuat Kayesa seperti ini.

"Kay, aku benar-benar minta maaf," ucap Denan dengan nada suara mengiba. Kedua tangannya memperbaiki kunciran rambut Kayesa lalu beralih mengusap wajah Kayesa dengan lembut.

"Denan jangan gitu lagi, Kay kepikiran terus jadinya," kata Kayesa.

Denan mengangguk. Kembali ia membawa tubuh sang istri ke dalam pelukan. "Aku peduli dengan kalian berdua. Bukan cuma salah satunya, tapi dua-duanya. Kamu dan anak kita satu paket. Semoga Allah maafin aku yang sudah buat kamu nangis begini."

Mata Kayesa terpejam, menikmati pelukan hangat Denan yang diberikan untuknya. "Maafin Kayesa juga. Enggak lagi deh Kayesa mau dibawa nyesat sama Lentera."

Setelah mengucapkan itu, Kayesa tertawa pelan. Kayesa memang perlu menjaga diri dari Lentera. Menjaga dalam artian tidak selalu menuruti keinginan temannya satu itu. Kayesa harus memilah-milah, mana yang perlu ia turuti dan tidak harus ia turuti.

"Kalau gitu, kita baikan. Kalau ada yang janggal atau ada yang buat kita enggak nyaman, kita berdua harus omongin, enggak boleh diam atau tiba-tiba marah gitu aja. Oke?!"

Kayesa memperketat pelukannya setelah mendengar perkataan Denan. "Oke!"

"Aku sayang kamu, Kay. Sayang Dia juga."

"Dia siapa?!"

"Dia yang ada di dalam perut kamu."

Kayesa tersenyum. "Kay sama Dia juga sayang Denan."

....

Sudah part 40 nih, guys. END aja kali, yaa...

Sudah baikan nih mereka.
Mudah aja sih buat mereka baikan, kuncinya cuma ngomong jujur dan dikomunikasikan.

Segini aja, ya. Ini adalah part terpendek di cerita ini wkwk

Terima kasih yang sudah baca, vote, dan komen🙏☺️

Utamakan membaca Al-Qur'an, Dzikir, Sholawat, dan hadish❤️❤️❤️

07 Februari 2022

SyuamitonirrajimWhere stories live. Discover now