08-Tiga anak?

12.2K 1.1K 33
                                    

Kayesa mencebikkan bibirnya. Mengekor di belakang Denan yang menggeret dua koper berukuran besar. Hari ini adalah hari kepindahannya. Hidup berdua bersama Denan di rumah baru nanti, ia tidak dapat memprediksi akan seperti apa kehidupannya.

Tersiksa, kah?

"Mukanya kenapa cemberut begitu, Sayang?"

Mata Keyesa berkaca-kaca menatap Afra yang kini mendekat menghampirinya. "Mama, boleh nggak Kay tinggal di sini aja bareng Mama Papa?"

Mulut Denan seketika mencibir. Dasar gadis manja! Gadis yang sungguh menyebalkan. Untung istri, coba kalau bukan?!

"Mama sama Papa setuju aja kalau kalian tinggal di sini," ucap Afra mengusap lembut kepala menantunya.

"Boleh, Ma?" Mata gadis itu berbinar cerah.

"Boleh bange-"

"Gak bisa, Ma. Kayesa itu manja, dia harus dibiasakan hidup mandiri," ucap Denan memotong ucapan Afra.

Laki-laki itu menatap istrinya tajam. "Ayo, pulang! Gak usah manja jadi orang!"

"Siapa yang manja, sih? Kay itu cuma nggak mau tinggal berdua aja bareng Denan."

"Kita nggak berdua."

Mendengar ucapan Denan, gadis itu mulai menatap Denan dengan tatapan penasaran begitu pun dengan kedua orang tuanya.

"Memang ada siapa lagi?"

"Ada bayangan kita, jadi berempat."

Kayesa menghentakkan kakinya kesal. Gadis itu beralih menatap kedua mertuanya yang kini diam memperhatikannya.

"Mama Papa, Kay pengen tinggal bareng Mama Papa aja, biar aja Denan pindah sendirian. Boleh ya Ma, Pa?" Tatapan Kayesa sarat permohonan. Berharap kedua mertuanya dapat menyelamatkannya dari siksa batin dan fisik yang akan diperbuat Denan kelak.

Aswin tersenyum. "Izinnya ke suami kamu, ya?"

Ingin rasanya Kayesa menangis. Mengapa harus Denan sih yang jadi suaminya? Gadis itu beralih menatap Denan dengan aura permusuhan.

"Apa liat-liat? Gak bakalan dikasih izin. Ayo, pulang! Gak usah bebal jadi orang."

Ketika Denan ingin menyeret paksa Kayesa masuk ke dalam mobil, seketika gadis itu langsung memeluk erat tiang penyanggah di sana. Sungguh, ia tidak ingin tinggal satu rumah hanya berdua dengan Denan. Bisa-bisa Denan akan semakin bersikap semena-mena dan menyiksanya.

"Mama, tolongin Kay. Cuma Mama yang bisa Kay harapin. Bakti Kay ada di Denan, dan bakti Denan ada di Mama, berarti Mama berhak ngelarang Denan bawa Kay pergi," lirih Kayesa masih dengan memeluk erat tiang penyanggah di sana.

Kekanakan sekali istrinya. Kesal dan gemas, Denan jadi tidak bisa membedakan keduanya. Sementara dari tempatnya berdiri, Afra menggaruk pipinya yang tidak gatal. Antara kasihan dan geli melihat tingkah Kayesa. Entah kejahatan apa yang telah diperbuat oleh putranya hingga istrinya begitu enggan tinggal bersamanya.

"Nah, kamu sendiri tau kalau bakti kamu ada di aku. Terus, kenapa masih bebal jadi istri?" Denan sungguh kesal saat ini. Istrinya ini keras kepala sekali. Entah keturunan siapa?

"Denan..."

Denan beralih menatap Afra dengan wajah lelah. "Iya, Ma?"

"Kamu tunggu di mobil aja, Mama mau ngobrol sebentar sama istri kamu."

Mengangguk, Denan menuruti Mamanya setelah sebelumnya sempat memberikan bisikan mengancam kepada sang istri. "Awas aja lo kalau sampai di rumah nanti!"

SyuamitonirrajimWhere stories live. Discover now