12-Glow Up

11K 1K 23
                                    

"Gue pikir cuma tidur bisa bikin lo kenyang," sindir Denan saat gadis yang kini mengenakan kerudung Mocca memasuki area dapur.

Kayesa menatap Denan sinis. Kemudian, gadis itu mulai menatap sekitar dapur yang begitu berantakan. Tumpahan sirup tercecer di mana-mana, sampah-sampah bungkusan makanan dari brand restoran yang tidak asing juga berserakan.

Kayesa memijat pelipisnya. Bukannya ia tidak senang teman-temannya datang berkunjung, hanya saja, kedatangan teman-temannya itu sungguh merepotkan. Ditambah lagi, untuk saat ini, kondisi tubuhnya sedang pegal-pegal dan rasa pusing juga menghantam kepalanya.

"Lo itu buat sirupnya gimana, sih? Kenapa tumpah-tumpah begitu?"

Denan yang sedang menuang sirup ke dalam gelas yang berisi balok es menatap Kayesa sekilas.

"Bukan gue yang tumpahin."

"Jelas-jelas cuma lo yang di sini."

Denan menatap kesal Kayesa. "Tadi mereka ngerusuh di sini sebelum lo datang!"

"Alasan!"

"Ngomel mulu lo! Antar sana ke depan!" Denan mengedikkan dagunya ke arah gelas sirup yang berjejer rapi di atas nampan. Mau sebagaimana pun ia menjelaskan gadis itu sulit percaya jika Denan yang angkat suara.

Kayesa menghela napas, tetapi tetap menjalankan perintah Denan. Baru saja gadis itu ingin meraih nampan yang berisi gelas sirup, seketika Denan menyentuh wajahnya.

Kayesa menatap laki-laki di hadapan bingung saat Denan malah semakin intens menatapnya. "Kenapa lo?"

"Rambut lo."

"Rambut gue?" Kayesa menyentuh kepalanya sendiri dengan heran, namun langsung ditepis oleh Denan.

"Pakai kerudung jangan sembarangan, rambut lo keluar. Ngaca kalau pake kerudung!"

Denan kembali memasangkan jarum pentul di bawah dagu gadis itu setelah tadi sempat melepaskannya sekilas. "Untung gue yang lihat duluan."

Kayesa bersungut-sungut setelah Denan selesai merapikan kerudungnya. Kalau sudah buru-buru mana sempat berkaca. Denan 'kan laki-laki, mana tahu proses perempuan ketika kedatangan tamu yang bukan mahram datang berkunjung. Harus pakai kerudung, juga harus buru-buru menggunakan kaos kaki.

"Lo aja yang gak bisa ngerti perempuan!" Kesal Kayesa sebelum akhirnya pergi meninggalkan dapur dengan membawa nampan berisi gelas sirup di tangannya.

"Loh, Kay, udah baikan? Sini, biar gue yang bawa."

Kayesa berdiri kikuk saat langkah kakinya dihentikan oleh suara Ibnu yang tiba-tiba muncul. Gadis itu tersenyum canggung. "Gakpapa, Nu. Biar gue aja. Lo gabung aja bareng yang lain."

"Sini, biar gue aja. Kata Denan lo lagi sakit. Jadi, lo istirahat aja. Gak usah pedulikan kita-kita. Kalau mau, kita bisa ambil sendiri." Ibnu mengambil alih nampan dari tangan Kayesa.

Gadis itu hanya mengangguk. Iya, Kayesa tahu kalau teman-temannya itu mandiri dan jika butuh sesuatu pasti akan bergerak sendiri, namun Kayesa tidak bisa membiarkan rumahnya yang jadi korban. Ia tidur saja, rumahnya sudah terkena badai.

"Kuy, ke depan..."

"Iy-"

"Ngapain berduaan di sini?"

Kayesa dan Ibnu sontak menoleh ke belakang. Denan bersandar di dinding dengan tangan bersedekap. Sebelah alis laki-laki itu naik disertai dengan tatapan dinginnya.

"Berempat kok bareng bayangan," sinis Kayesa lalu pergi meninggalkan keduanya.

Lagipula, dirinya dan Ibnu hanya berbicara masalah gelas yang berisi sirup di ruang tengah. Catat ya, Di Ruang Tengah, ruangan yang luas dan juga masih bisa dijangkau oleh mata teman-temannya yang berada di ruang tamu karena ruang tengah dan ruang tamu tidak memiliki sekat pembatas, juga Denan bisa langsung mendapatinya setelah keluar dari pintu dapur yang memang dibuat lebih tertutup daripada ruangan lainnya.

SyuamitonirrajimWhere stories live. Discover now