25-Kekesalan Kayesa

8.2K 815 16
                                    

"Kay, kamu dari mana? Pintu enggak dikunci, kamu tiba-tiba hilang. Hp juga enggak kamu bawa."

Kayesa melewati Denan begitu saja tanpa menatap wajah laki-laki itu. Suasana hatinya siang ini sungguh tidak baik. Ditambah lagi kedatangannya disambut dengan omelan dengan nada yang tidak enak didengar.

"Kayesa!"

Seakan tuli, Kayesa tidak mengindahkan panggilan Denan yang bernada peringatan untuknya. Sungguh, ia sedang sangat kesal hari ini. Jangan sampai Denan menambah kekesalannya.

"Kay, jawab! Kamu dari mana?"

Tidak dapat menahannya lagi, Kayesa mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah seraya memeluk kedua lututnya dengan kedua tangan yang terkepal erat. Gadis itu menyembunyikan wajahnya di sana lalu menangis untuk meluapkan kekesalannya yang semakin bertambah karena pertanyaan Denan yang bernada tinggi.

"Hiks...."

Setelah mendengar suara isak kecil itu, Denan mulai melunak. Ia menyungar rambutnya disertai dengan helaan napas lelah lalu melangkah cepat, menghampiri Kayesa yang tiba-tiba menangis tanpa ia tahu sebabnya.

Ada apa lagi dengan istrinya itu? Akhir-akhir ini sang istri memang kerap kali bertingkah aneh.

Denan diam sejenak, menatap bahu Kayesa yang naik turun. Karena begitu penasaran, ia akhirnya mulai bertanya, mengabaikan rasa kesalnya yang sebenarnya masih ada pada istrinya itu.

"Kenapa?" tanya Denan bernada lembut setelah berhasil duduk di samping Kayesa.

"Kay, ayo, sini cerita. Kenapa nangis?"

Kayesa semakin memperketat pelukan pada kedua lututnya, enggan memperlihatkan wajahnya. Hanya suara tangisan yang dapat Denan dengar. 

Denan menggaruk kepalanya. Kerutan di dahinya terpampang nyata. Bingung dengan sifat Kayesa yang makin ke sini semakin tidak ia mengerti. Ada kalanya gadis itu tiba-tiba senang tak terkira, ada kalanya gadis itu marah-marah tidak jelas, dan ada kalanya pula ia menangis tanpa Denan ketahui sebabnya.

"Kay, ayo, cerita. Biar aku dengarin. Aku ada salah lagi, ya?"

Denan mengusap lembut kepala Kayesa yang tertutup kerudung. Sering kali, ia selalu salah di mata gadis itu. Padahal, menurutnya, ia benar-benar saja, tidak ada yang salah dalam dirinya.

"Kamu ada yang luka, ya? Mana yang sakit? Sini, aku obatin." Denan memindai tatapannya di sekujur tubuh Kayesa, barangkali memang ada luka yang tidak ia ketahui. Siapa tahu saja insiden minyak panas kembali terulang.

Kayesa menggeleng. Suara isakannya semakin membuat Denan kebingungan. Sebenarnya istrinya ini ada masalah apa? 

"Ka-Kayesa ke-sel." Kayesa akhirnya buka suara.

Denan terdiam sesaat setelah mendengar pengakuan Kayesa. Ia tidak tahu jika Kayesa akan menangis seperti ini hanya karena kesal? 

"Kesel kenapa, hm?"

"Kayesa kesel sama pen-penjual salad buah."

Penjual Salad Buah? 

"Kok, bisa?"

Kayesa mengangkat wajahnya yang berubah merah karena menangis. Ia menatap Denan dengan bahu naik turun disertai sesegukkan yang keluar dari mulut mungilnya yang tak kunjung berhenti.

Melihat itu, Denan tidak tega. Ia meraih tubuh Kayesa untuk ia bawa ke dalam dekapannya. Entah apa yang telah penjual Salad Buah lakukan hingga membuat istrinya menangis seperti ini?

Lihat saja, setelah ini, Denan akan memberi banyak pelajaran kepada penjual Salad Buah itu. Bisa-bisanya membuat istrinya menangis nyaris menyerupai anak kecil ketika dimusuhi oleh teman-temannya.

SyuamitonirrajimOnde as histórias ganham vida. Descobre agora