53-Dasim

4.4K 451 28
                                    

Kayesa menghela napas dan mengubah posisi berbaringnya yang semula membelakangi menjadi menghadap Denan. Ia menatap wajah polos sang suami yang terlihat nyaman dalam tidurnya. Kayesa mengulurkan tangannya, menyisir rambut Denan dengan jari-jari mungilnya. Ia tersenyum kecil ketika bermain pada bagian depan rambut Denan yang sengaja ia turunkan hingga membentuk poni yang menutupi dahi sang suami yang terluka.

Kayesa menatap wajah Denan lekat lalu kemudian berdecak. Denan ini mengapa tetap saja ganteng, sih? Padahal Kayesa telah mengubah gaya rambut Denan sejelek mungkin.

Dengan sedikit kesal, Kayesa mengacak-acak puncak kepala Denan hingga benar-benar berantakan. Namun, Denan sama sekali tidak terganggu, suaminya itu tetap pada posisi nyamannya.

Seketika Kayesa memasang senyum jahilnya lalu menjepit hidung Denan dengan jempol dan jari telunjuk. Kayesa seketika terkekeh saat Denan menepis tangannya dan menarik selimut untuk menutupi hidung yang baru saja menjadi korban keusilan sang istri.

"Denaaan, Kay nggak bisa tidur," rengek Kayesa dengan nada manja seraya membuka paksa mata Denan yang terpejam dengan jari tangannya.

Denan kembali menepis tangan sang istri lalu kemudian menggaruk sudut matanya sekilas sebelum akhirnya kembali tenang dalam tidurnya.

"Denan, ih! Kay nggak bisa tidur, Denaaan." Tangan Kayesa kembali nakal, ia menjawil pipi Denan dengan cukup kuat.

"Hm." Denan hanya berdehem lalu mengubah posisi membelakangi sang istri.

Kayesa sontak mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk. Tatapan cemberutnya ia tujukan kepada punggung Denan, suaminya itu kini terlihat nyaman dengan guling di pelukannya. Denan dapat mengarungi mimpi dalam tidur pulasnya sementara dirinya tidak. Saat menemani Denan makan malam, Kayesa memang sudah sangat mengantuk, tetapi saat sudah berbaring di atas tempat tidur rasa mengantuknya menguap entah hilang ke mana. Kayesa tidak dapat memejamkan mata hingga sekarang saat jarum jam menunjukkan pukul setengah dua dini hari.

"Dasar, Denan tukang tidur!"

Kayesa mengigit kecil pipi Denan sebelum akhirnya bergerak turun dari atas tempat tidur menuju kamar mandi untuk kembali berwudhu.

Selesai berwudhu, Kayesa keluar dari kamar mandi dan berhenti sekilas di ambang pintu, menatap Denan yang kini duduk bersandar di atas tempat tidur. Kayesa tertawa kecil saat tatapannya beradu dengan sang suami. Terlihat jelas sekali bahwa suaminya itu masih mengantuk dan terpaksa harus terjaga karena kejahilan yang telah ia buat.

"Denan bangun?" tanya Kayesa seraya melangkah menuju tempat tidur.

"Nggak, cuma mata aku aja yang melek," kata Denan dengan suara serak.

Kayesa kembali tertawa. "Denan lanjut tidur aja lagi."

Menggeleng, Denan akhirnya merentangkan kedua tangannya, memberikan kode agar sang istri segera menyambutnya. "Sini, Kay."

Kayesa yang semula melangkah ke bagian sisi tempat tidur yang ia tempati, bergerak memutar balik arah menuju ke arah Denan. Kayesa memeluk pinggang Denan sebelum akhirnya mengubah posisi menjadi berbaring dengan paha Denan sebagai bantalnya.

"Kamu kenapa nggak bisa tidur?" tanya Denan seraya memainkan alis Kayesa dengan jari telunjuknya.

"Nggak tau. Kenapa, ya, Denan?" Kayesa justru balik bertanya.

"Kamu nggak baca doa, ya?"

"Sembarangan," protes Kayesa.  "Kay selalu baca doa, kok. Sudah wudhu juga, tapi tetap aja mata Kay nggak bisa pejam."

"Kamu banyak pikiran?" Denan menatap Kayesa ingin tahu, tetapi kemudian lelaki itu terkekeh. "Tapi, kepala kecil kamu ini mana mungkin banyak pikiran."

SyuamitonirrajimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang