34-Persinggahan

10.2K 871 52
                                    

"Lagi apa?" tanya Denan saat baru keluar dari kamar mandi dengan wajah segar khas sehabis mandi. Laki-laki yang mengenakan kaos putih dengan bawahan celana pendek hitam tersebut menghampiri Kayesa dan mengambil duduk di samping sang istri pada sofa yang sama.

Kayesa tidak menjawab. Ia hanya menatap Denan sekilas lalu kembali sibuk pada aktivitasnya. Tanpa menjawab pun Denan telah tahu apa yang kini dirinya lakukan.

"Sini, biar aku yang potong." Denan merebut benda yang berada di tangan Kayesa. Lama-lama ia gemas melihat cara istrinya yang terlihat kesulitan ketika memotong kuku-kukunya.

Kayesa menggeser duduknya mendekati Denan. "Potongnya jangan terlalu ke dalam, ya, Denan. Setiap Kayesa potong kuku selalu gitu. Sakit."

Denan mengangguk. Ia tidak mungkin melukai jari mungil Kayesa. Dapat dibilang ia adalah pemotong kuku yang handal dan terlatih, berbeda dengan Kayesa yang memotong kukunya sendiri begitu serampangan.

Denan hanya bisa geleng-geleng. Cukup prihatin dengan cara memotong kuku Kayesa yang begitu buruk. Pantas saja ia sering melihat satu atau dua jari tangan istrinya itu terluka, ternyata istrinya itu ketika memotong kuku bisa sampai ke daging-dagingnya.

"Kamu motong kuku sendiri aja, kok, gak bisa, sih?" Tanya Denan, menatap wajah Kayesa sekilas lalu kembali fokus kepada jari-jari mungil yang tengah ia bersihkan.

"Gak tau. Gak bisa aja."

"Emang apa yang kamu bisa?"

Kayesa bersungut-sungut kesal. Pertanyaan Denan yang seperti itu seakan mengatakan jika dirinya memang tidak bisa melakukan apa-apa.

"Iya, Kayesa memang gak bisa apa-apa. Gak cocok jadi istri." Kayesa menarik tangannya dari Denan. "Sini gunting kukunya! Biar Kayesa sendiri!"

Memang kenyataan, sih, dirinya ini tidak bisa apa-apa. Namun, Kayesa sangat kesal jika ada yang membahas hal yang menjadi kekurangan dirinya tersebut.

"Aku gak maksud gitu, Kay." Denan kembali menarik tangan Kayesa dengan lembut. "Jangan ngambek, kita baru aja baikan. Ngebujuk kamu susah, loh."

Setelah aksi merajuk semalam usai, Kayesa kembali ke sedia kala. Entah bagaimana awalnya, tetapi semuanya terjadi begitu saja secara natural. Kayesa yang katanya masih merajuk hingga tertidur, berbanding terbalik ketika ia membuka mata di dini hari. Seakan lupa kejadian yang membuat dirinya marah-marah kepada Denan, Kayesa akhirnya berperan kembali sebagaimana biasanya. Namun, sepertinya, pertanyaan Denan yang tidak bermaksud apa-apa tersebut kembali merusak suasana hati sang istri.

"Maaf, ya, kalau kata-kata aku tadi menyinggung perasaan kamu. Aku gak ada niat untuk itu, Kay."

Kayesa mengangguk. "Denan gak usah minta maaf. Memang kenyataannya Kayesa gak bisa apa-apa, kok. Kayesa gak bisa masak, bersih-bersih rumah aja kadang masih kotor, lambat gerak, dan kebanyakan yang ngerjain pekerjaan rumah itu Denan. Kalau bukan Denan yang jadi suami Kayesa sekarang, mungkin gak bakal ada cowok lain yang mau jadi suami Kayesa. Mungkin Kayesa jadi perawan tua kali, ya?" Kayesa terkekeh miris setelah mengutarakan kalimat panjangnya.

Denan berusaha meloloskan saliva ke dalam kerongkongannya. Seketika kerongkongannya terasa tercekat. Apa tadi pertanyaannya begitu menyinggung perasaan istrinya itu? Sungguh, Denan tidak ada maksud untuk itu. Melihat Kayesa yang kini memasang wajah muram membuat jantung Denan berdenyut sakit.

"Kalau semisal nanti Kayesa masih gini-gini aja gak ada perubahan, Denan boleh kok cari pe-"

Mulut Kayesa langsung tertutup rapat saat tubuhnya dipeluk erat secara tiba-tiba. Tidak tahu mengapa, pagi ini Kayesa begitu terbawa perasaan. Ia tahu bahwa Denan tidak bermaksud menyinggungnya, tetapi perasaannya tidak terima ketika Denan bertanya demikian.

SyuamitonirrajimWhere stories live. Discover now