Part 19

106 10 0
                                    

Sesampainya di tikar itu Sasuke dan Yana langsung ikut duduk di tikar kelompok satu tendanya, mereka sudah menyiapkan dua piring untuk mereka berdua. Acara sarapan pagi itu pun berlangsung dengan damai, beberapa dari mereka ada yang mengobrol sambil makan para dosen dan pembina juga ikut bergabung bersama mereka makan beralaskan tikar di tengah-tengah perkemahan itu.
Setelah acara sarapan bersama selesai  mereka melakukan acara klub masing-masing, terlihat klub pecinta alam sudah lebih dulu meninggalkan perkemahan disusul oleh klub fotografi.

“Baiklah klub lukis harap kumpul!".

Semua anggota klub lukis pun berkumpul didepan pak Ibiki.

"Baiklah karena hari ini hari pertama kita jadi sesuai jadwal yang bapak buat hari ini kita akan melukis dipadang bunga area perbukitan”.
“Padang bunga? Wah… pasti cantik banget”.
“Di atas bukit pak? Tapikan kita gak ada yang bawa peralatan lukis”.
“Tenang saja bapak udah persiapkan alatnya kok, untuk itu kita harus mengambilnya dulu di desa sebelum kita pergi ke bukit karna bapak menitipkan peralatanya disana”.
“Baik pak”.
“Baiklah bawa barang-barang yang dibutuhkan saja, setelah itu kita akan segera berangkat”.
“Iya pak”.

Mereka semua kembali masuk ke tenda masing-masing mengambil apa-apa saja yang perlu dibawa untuk kegiatan klub mereka hari ini.

“Sasuke kamu mau bawa apa?”.
“Aku mau bawa tas ini aja".

Sasuke memperlihatkan tas hitam kecilnya.

"Buat bawa bekal, kitakan mau ngelewatin desa dulu”.
“Oia bener banget tuh”.

Setelah semuanya kembali berkumpul pak Ibiki memulai komandonya.

“Bentuk barisan dua dua!".

Semuanya dengan tertib mulai berbaris.

"Ayo anak-anak kita berangkat! Jangan sampe ada yang ketinggalan!”.
“Iya pak”.

Rombongan klub lukis itupun mulai berangkat, sesampainya di desa mereka langsung mengambil  masing-masing tas kantong yang dibagikan pak Ibiki.

“Ini apa pak?”.
"Itu peralatan lukis kalian”.
“Hah?”.

Kemudian mereka mulai membuka tas kantong itu, dikantong itu terdapat peralatan lukis lengkap tapi dengan ukuran yang sedikit kecil dan juga tripot untuk lukisan yang bisa ditekuk.

“Wah.. praktis banget pak”.
"Iya, bapak sudah bekerjasama dengan klub jahit untuk membuat tas kantong itu agar bisa dibawa dengan mudah semuanya sudah kebagian kan?".

Mereka semua mengangguk serempak.

"Ayo kita langsung ke bukit”.
“Siap pak”.

Kompak mereka, kemudian dengan semangat mereka mulai menuju dan mendaki bukit setelah sampai ditempt mereka langsung terpana engan padang bunga warna-warni yang ada disana.

“Wah… indahnya”.
“Cantiknya”.
“Bagusnya…”.

Itulah kata yang terlontar dari mulut mereka saat sampai di bukit yang penuh dengan bunga warna-warni yang bermekaran itu.

“Nah kalian boleh melukis objek apapun yang ada disini waktu kalian sampe jam sebelas siang, setelah itu kita kembali untuk makan siang”.
“Baik pak”.

Kemudian mereka mulai menyebar mencari objek yang menarik untuk mereka lukis ada yang iatas bukit, di bawah bukit, dekat sungai dan lainya. Ketika Sasuke melihat ada sebuah pohon yang berdiri sendiri di tengah padang bunga itu Sasuke langsung tertarik dan melangkahkan kakinya kesana seorang diri.

“Sasuke kamu mau kemana?”.
“Aku mau ke sana Hinata”.
“Ya udah, hati-hati ya. kita mau ke pinggir sungai”.
“Oke".

Sesampainya di bawah pohon itu Sasuke langsung mengeluarkan peralatan yang di bawanya, lalu meletakkan tas hitam kecil berisi bekal di atas pohon tumbang.

"Hem… di sini damai dan sejuk banget apalagi bau harum bunga yang wangi aku jadi bisa makin focus ngelukis nih”.

Tangan Sasuke mulai menari di kanvas putih itu dengan cepat, tak lama kemudian waktu sudah menunjukan jam sepuluh terlihat anak klub fotografi tiba di bukit itu mereka berpencar mulai memoto pemandangan bukit padang bunga yang sangat indah itu.
Karena saking fokusnya Sasuke melukis ia jadi tak menyadari jika ada seseorang yang sedang berjalan mendekatinya, orang tersebut terlihat terus memfoto Sasuke dengan kamera miliknya.

“Lukisan yang bagus”.
“HUA….”.

Sasuke yang terkejut ketika mendengar suara yang begitu dekat dengan telinganya langsung berjalan mundur dan tak sengaja kakinya tersandung dahan pohon kering yang sudah jatuh ditanah hampir jatuh jika saja orang itu tak menahan tubuhnya, mereka saling bertatapan beberapa saat terpesona dengan yang mereka lihat  sampai orang itu membantu Sasuke berdiri.

“Maaf ya apa aku udah ngagetin kamu?”.
“M.. iya gak papa kok Sasori".

‘ya ampun.. tadi wajah Sasori deket banget’. batin Sasuke.

"Oiya sejak kapan kamu disini?”.
“Sekitar satu menit lalu”.
“Maaf ya saking focus ngelukisnya aku jadi gak nyadarin”.
“Gak papa kok, justru aku yang minta maaf karna udah ngagetin kamu, oia ngomong-ngomong lukisan kamu bagus Sasuke”.
“Makasih".

‘duh.. aku mulai gugup lagi kalo sama Sasori’. Batin Sasuke.

Kemudian Sasuke melihat kesekitar dan mendapati beberapa anak fotografi juga dibukit itu.

"Wah.. iya ya ternyata banyak anggota klub fotografi disini”.
“Iya, Haru ketua klub fotografi ngajak kita kesini abis ngikutin anak pecinta alam ke air terjun”.
“Disini ada air terjun?”.
“Iya lokasinya cukup jauh si dari sini”.
“Apa tadi kalian nglewatin desa?".

Sasori hanya menggelengkan kepalanya dan Sasuke langsung mendudukan dirinya di tanah dan mulai mengeluarkan minuman kemasan dan makanan dari dalam tasnya.

"Kalo gitu mau gak?"

Sasori ikut duduk di samping Sasuke dan menanggapinya.

"Masih cukup lama buat makan siang lumayan buat ganjal perut”.
“Makasih ya Sasuke”.
“Iya sama-sama”.

Kemudian mereka berdua makan bersama dibawah pohon itu, mereka sempat mengobrol tentang acara jamboree hari ini.

‘seneng banget hari ini aku bisa deket sama Sasuke’. Batin Sasori.

‘ya ampun… aku ngobrol sama Sasori? Aku masih gak percaya’. Batin Sasuke.

Mereka menikmati waktu berdua sampai sebuah suara menginterupsi quality time mereka.

The First Looking You (Narufemsasu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang