04||

34K 2K 23
                                    

Harga diri laki-laki akan terlihat lebih rendah jika bersikap kasar pada wanita.
>><<
____________________________________

Disa meletakkan ransel nya di bangku yang terdapat diujung sana. Memakan cukup banyak waktu jika Disa harus meletakkan tas itu ke kelas, apalagi kelas nya terletak di lantai 2.

Setiap hari Disa harus datang lebih awal, dikarenakan diri nya ketua osis yang mengharus kan piket gerbang setiap hari.

"Kak Disa, kepala kakak kenapa?" Tanya anggota Osis yang berasal dari kelas 10 itu.

"Iya kak, kakak gak papa kan? Gak lagi ada musibah kan kak?"

"Disa, kepala lo kenapa? Sampe-sampe di balut perban gitu. Baik-baik aja kan?" Tanya Mezza, siswi kelas 12 anggota osis yang termasuk piket gerbang hari ini.

Disa menampilkan sebuah senyuman manis nya untuk mereka. Disa senang diri nya masih di kelilingi oleh orang-orang yang bersikap perduli seperti mereka.

"Gue gak papa kak Mezza, Gue baik-baik aja kok." Disa beralih menatap dua adik kelas nya yang sedang menatap nya juga. "Ini cuman kepentok ujung lemari. Jadi nya luka dikit deh." Elak nya.

"Beneran? lo gak papa kan?"

"Beneran astagaa, gue gak papa. Serius deh ini gak papa."

Mezza mengangguk. "Oke kalau gak papa."

Disa tersenyum kecil, ia memulai menjalan kan piket nya. "Oh iya, Yasmine sama Wati mantau yang perempuan ya. Seperti biasa ya peraturan nya. Dan gue sama Kak Mezza ngelihatin yang laki-laki."

"Okey." Sahut Yasmine dan Wati. Mereka langsung menjalan kan nya, memasang mata baik-baik melirik kaum perempuan yang tak taat aturan.

Disa berdiri disamping Mezza. Tetap tersenyum pada murid-murid yang baru berdatangan pagi ini.

"Gesper nya mana?" Tegur Mezza pada siswa itu.

"Lupa." Jutek nya.

"Oke, bisa baris disitu dulu ya." Lanjut Disa.

Lelaki itu berdecak. "Ck, ribet amat sih aelah. Lo ketos yang paling banyak gaya. Sebelum lo jadi ketos aturan gak gini-gini amat."

"Kalau mau protes, protes sama pak Yuta atau kepala sekolah. Jangan protes disini." Balas Mezza. "Lo kelas berapa?"

"11, kenapa lo?" Sahut nya menaikkan dagu seperti menantang.

"Adek kelas rupa nya."

"Baris disana dulu, yang gak lengkap gak bisa masuk dulu. Tolong patuhin peraturan ya, kalau ngebantah nama lo bakal di masukin disini." Disa memperlihatkan buku kecil berwarna hitam itu kehadapan nya. "2 kali tercatat bakal di panggil ortu." Lanjut nya.

Pria itu mendengus. "Ah ribet tai!" Kesal nya lalu berjalan menuju barisan di dekat sana.

"Masukin baju lo. Cowok tapi gak ada rapi-rapi nya." Sambung Disa.

"AAAA ARZANNN!! Lo kena juga?"

"Diem lo! Ngapain lo disini, bukan waktu nya buat ngejek gue ya!"

"Ish! Siapa yang mau ngejek lo juga! Orang gue juga kena tau! Kesel ih! Masa cuman gara-gara gak pake kaos kaki harus dibarisin segala!"

"Osis-osis sialan emang!"

"Heh mulut lo, mau gue catet disini?" Tegur Disa yang dapat mendengar jelas umpatan dari pria bingal itu. Pria itu mendengus, terlihat menahan sumpah serapah nya.

"Mulut-mulut kriminal emang." Ujar Mezza, namun matanya tetap terfokus menjalan kan tugas.

Disa hanya bergeleng kepala merespon nya. Dia kembali melanjutkan tugas nya yang tadi sempat tertunda.

DISA | brokenOù les histoires vivent. Découvrez maintenant