32||

29.5K 2.1K 218
                                    

Sangat berharap bahwa ada seseorang yang bisa membuat saya lupa, kalau saya pernah terluka dan patah.
~
_____________________________________

Langit sudah memancarkan kegelapan nya. Dan dua insan ini baru saja sampai diperkarangan rumah yang Disa dan Arkan tempati. Cukup lama memang Arta dan Disa menghabiskan waktu diluar. Bukan saja hanya sekedar membawa Disa berbelanja susu ibu hamil. Melainkan sekaligus Arta membelikan Disa berbagai macam cemilan yang sekiranya Disa sukai. Ditambah Arta yang memang sengaja mengulur waktu agar berlama-lama diluar. Setidak nya dengan cara itu bisa membuat Disa lebih tenang dari pada harus selalu dirumah saja.

"Makasih ya. Udah baik banget." Tutur Disa tanpa melirik ke arah pria yang sedang berdiri disamping nya ini.

"Hm." Singkat Arta.

"Ternyata kita gak bisa nilai seseorang dari cover nya aja ya." Entah mengapa Disa mendadak berkata seperti itu.

"Emang."

"Gue kira sifat lo sama aja kaya adek lo. Awal nya gue udah bisa nyimpulin, dengan sikap lo yang dingin dan ketara banget kalau gak suka sama gue. Tapi makin kesini gue ngerasa kalau lo itu sebenernya ba—"

"Jangan cepat nyimpulin sesuatu." Sela Arta berhasil memotong ucapan Disa. "Dengan hal kaya gini bukan berarti lo bisa nilai kalau gue itu baik. Dan disini lah letak kesalahan lo, cepat banget nilai seseorang yang belum lo tahu banget sifat asli nya gimana."

Arta meneguk saliva nya kasar. Ia menjeda sesaat perkataan nya. "Gue orang jahat."

Sontak Disa langsung menoleh kan kepala nya kekiri, menatap Arta yang tampak memandang fokus ke depan. "Kalau lo orang jahat, Kenapa lo gak bersikap sama kaya Kak Arkan dan temen-temen nya? Kenapa lo malah gak ngejahatin gue kaya mereka? Kenapa lo nya malah selalu ngasih solusi dan bertingkah seakan-akan lo itu sebenernya orang baik yang berada di pihak gue?"

"Gue bukan orang bodoh bang. Sikap lo selama ini ke gue seakan-akan menunjukkan aksi baik namun tersirat."

Arta menarik nafasnya dalam-dalam. Ikut menolehkan kepala nya dan ikut menatap wajah Disa. "Lo mau tau alasan nya?"

Disa dapat merasakan Arta yang sedang menatap lekat irish mata nya. Entah mengapa jantung nya terasa berdegup kencang sekarang.

"Karna gue kasihan sama lo."

"Sebagai abang nya Arkan gue jadi ikut ngerasain gimana rasanya berada di posisi adek gue. Terlebih dengan sikap buruk Arkan terhadap lo semakin buat gue ngerasa bersalah. Gue ikut merasa bersalah banget karena adek gue yang berhasil ngrusak perempuan, terlebih adek gue gak merasa bersalah sedikit pun atas perbuatan nya."

Disa beralih membuang pandangan nya dari  wajah lelaki ini. Ia meneguk saliva nya kasar saat mendengar penuturan dari Arta barusan.

"Ngerti?"

Disa tetap diam, mulut nya terasa enggan untuk berbicara saat ini.

Arta menarik nafas nya dalam-dalam melihat Disa yang mendadak diam membisu. "Gue tau lo pasti trauma. Gak akan mungkin gadis polos nan pintar kaya lo menerima gitu aja kejadian ini. Mental lo pasti udah kena."

Perkataan dari Arta barusan mampu mengenakkan hati Disa. Benar, Disa memang mengalami trauma atas kejadian itu.

"Mungkin gue bakal berfikir dua kali sama omongan lo tadi sore." Ujar nya seraya menatap kebawah.

"Suatu saat, jika ada orang yang berhasil menyembuhkan trauma ini dan meyakinkan gue kalau memang gak semua orang selalu nyakitin dan sifat nya sama kaya sifat Kak Arkan. Mungkin gue bakal pergi dan gue bakal bangun kebahagiaan bareng seseorang itu."

DISA | brokenWhere stories live. Discover now