05||

34.7K 2.1K 127
                                    

Awal dari segala-gala nya.
>>><<<

____________________________________

Disa berjalan menuju pintu yang terbuat dari kaca itu. Dia sempat berfikir kenapa pak Yuta mendadak memanggil nama nya melalui mikrofon. Ah iya, Disa sampai lupa kalau diri nya sekarang adalah ketos. Mungkin Pak Yuta memanggil nya karena ada sangkut paut dengan OSIS.

Disa mendorong pintu itu. Dia sempat kaget sejenak saat melihat pemandangan Arkan dan teman-teman nya yang sedang menatap dingin ke arah nya.

Disa sampai sempat lupa untuk mengucap kan salam. "Assalammualaikum."

"Waalaikumsalam." Hanya pak Yuta sendiri yang menjawab salam itu. "Disa, duduk nak." Titah Pak Yuta.

Disa tersenyum kecil lalu mengangguk. Ia berjalan menghampiri mereka dan langsung duduk di sofa yang tersedia. Disa melirik sekilas ke arah Arkan yang duduk berhadapan dengan nya. Entah lah, Disa tiba-tiba deg-deg kan karena Arkan terus menatap nya dengan tatapan tajam seakan-akan ingin menerkam Disa saat ini juga.

"Ada apa ya pak?" Tanya Disa sopan memandang pak Yuta.

"Begini, bapak mendapat kan banyak laporan kalau tadi pagi sewaktu di gerbang kamu di tubruk sama Arkan?"

"Gak ada yang nubruk dia!" Potong Arkan cepat saat Disa ingin membuka mulut nya

"Diam kamu Arkan! Saya nanya ke Disa. Apa nama kamu Disa?! Jangan ngomong sebelum saya suruh ngomong!" Sentak Pak Yuta menatap sinis Arkan.

Arkan mendengus, rahang nya mengerat kokoh karena terlanjur emosi.

Pak Yuta kembali memandang Disa. "Disa, apa bener itu? Kamu sampai dibuat tersungkur ke papling? Dari laporan nya telapak tangan dan siku kamu luka?"

"Laporan itu bener pak." Jawab Disa seadanya.

Draka berdecih. "Cih, kebanyakan drama ni cewek jalang."

"Ada yang suruh kamu ngomong, Draka?" Sinis pak Yuta.

"Bisu kali apa ya, gak disuruh ngomong." Bisik Nanda pelan, namun dapat terdengar jelas.

"Apa kata kamu Nanda?" Ucap Pak Yuta menohok dengan tatapan sinis andalan nya. Spontan Nanda tak menyahut, ia memilih diam kali ini.

"Kalian bisa nya buat rusuh aja! Melawan guru nomor satu! Sikap kalian bener-bener buruk!" Celetuk pak Yuta.

"Terserah kita, kaya bapak gak pernah muda aja. Apa masa muda bapak gak semenyenang kan kita? Makanya nyesel dan ngelampiasin ke kita-kita." Balas Arkan tetap santai.

"Arkan!" Sentak Pak Yuta berhasil membungkam Arkan. "Apa alasan kamu ngekasarin Disa? Kamu fikir dengan bersikap kaya gitu kamu keren?!"

"Gak ada alasan sih sebener nya. Cuman dia nya aja yang belagu. Sok kemantepan dengan jabatan ketos. Osis mah rata-rata pada gak suka sama saya. Ya inti nya sih, saya gak suka diatur-atur. Apa mau dia saya buat kaya Galang dulu?" Arkan menaikkan kedua alis nya.

Pak Yuta menggeleng, ia memijat pangkal hidung nya. Sangat pusing menghadapi murid bingal seperti ini.

"Disa, jelasin secara detail kenapa dia ngekasarin kamu tadi pagi." Titah Pak Yuta seraya memijat pangkal hidung nya.

Disa dapat melihat dengan ekor mata nya kalau Arkan dan teman-teman sedang mengerang ditempat.

"Jadi gini pak Yuta. Tadi pagi mereka itu gak lengkap seragam nya. Peraturan dari sekolah Siswa harus memakai seragam dan atribut yang lengkap kan? Pak Yuta juga bilang kalau yang gak lengkap atau gak rapi harus rapiin dulu sebelum masuk. Kalau mereka lupa ngebawa harus dibarisin dulu kan? Jadi ya saya suruh mereka buat ngerapihin seragam nya dan make atribut. Tapi mereka gak mau. Ya saya suruh baris dulu, tapi malah saya di tubruk dan mereka nyelengos pergi gitu aja." Perjelas Disa, dia tak perduli Arkan sedang emosi disana. Lagi pun, Disa harap dengan cara seperti ini Arkan akan sadar kalau perbuatan nya itu buruk.

DISA | brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang