34||

31.5K 2.2K 291
                                    

Terimakasih Tuhan untuk semua kisah hidup ku, apapun itu aku berusaha untuk menikmati nya.
_____________________________________

Arkan menutup pintu kamar nya. Mata nya tak sengaja langsung bertemu pada Disa yang tampak sedang berjalan dari arah dapur.

"Kak Arkan?" Panggil Disa seraya menghampiri lelaki itu.

Mata Disa menelisik luas sekujur tubuh Arkan. Pria didekat nya ini sudah terlihat sangat rapi. Dengan stelan kemeja hitam polos berlengan ¾, dua kancing atas yang tak tertautkan. Ditambah dengan celana denim bermodelkan sobek-sobek dilutut nya. Dan tak terlepas dari Pod sekaligus rokok yang berada di genggaman tangan Arkan.

Disa mengikis jaraknya pada Arkan. Sedikit mengendus aroma tubuh lelaki ini. "Wangi banget. Mau kemana sih?" 

Arkan berjalan begitu saja menuju pintu utama rumah nya. "Kemana pun gue lo gak perlu tau."

Disa berdecak sebal, ia ikut menyusul langkah Arkan. "Nah kan, kalau ditanyain jawaban nya pasti selalu gitu. Jawab yang bener apa susah nya sih?"

"Egois banget. Coba aja gue yang gituin Kak Arkan, gak terima kan? Malah marah-marah gak jelas. Gak adil banget." Sindir Disa tak melanjutkan langkah nya.

"Yaudah besok-besok kalau gue pergi tanpa bilang mau kemana jangan marah-marah gak jelas. Apalagi kalau pergi nya sama bang Arta, jangan dilarang-larang. Biar impas dan kita nya sama-sama enak. Masa enak nya di Kak Arkan aja, ya gak adil dong namanya. "

Spontan Arkan menghentikan langkah nya saat Disa berbicara seperti itu. Arkan berbalik badan dan menatap Disa yang berdiiri disana.

Arkan berdecak, ia memilih menghampiri Disa. "Maksud lo apa ngomong kaya barusan hah? Lo mau mancing marah gue? Dengan pergi bareng Arta lagi? Iya?!"

"Apa lo mau ngancem gue sekarang?"

"Tau pun lo gue mau kemana itu juga suatu hal yang gak penting bagi lo."

"Penting." Sela nya.

"Bilang aja kalau lo itu cuman kepo doang kan?"

"Enggak, siapa juga yang kepo. Lo itu suami gue, apapun segala hal tentang suami ya istri harus tahu dong."

Sudut bibir Arkan tertarik, ia menampilkan sebuah smirk nya. "Lo masih nganggep gue sebagai suami lo?" Arkan semakin memepetkan jarak nya pada Disa. Berusaha mengikis jarak nya sedekat mungkin pada wanita ini.

Reflek langkah Disa berjalan mundur. Namun dengan sigap Arkan mencengkram pergelangan tangan Disa.

Dengan jarak sedekat ini, Disa mampu mencium aroma parfum Arkan yang sangat menyengat.

"Ma-masih lah," Jawab nya gugup. "Lo mau ngapain sih?! Mu-mundur, jangan deket-deket."

"Kalau masih, trus kenapa kemarin pergi sama Arta? Pergi keluar sama cowok lain tanpa sepengetahuan dan izin dari gue?"

Disa meneguk saliva nya kasar. Ia membuang tatapan nya dari wajah Arkan.

"L-lo nya juga, gue ini istri lo. Kenapa bisa-bisa nya kissing sama cewek lain?"

Reflek Arkan tersentak. Tubuhnya seakan mendapat sentruman saat Disa berani berbicara dan masih mengungkit masalah itu.

Spontan Arkan langsung melepaskan cengkraman nya. Ia memalingkan wajah nya. "Jangan pernah sangkut pautin hal itu lagi."

"Kalau gitu jangan juga sangkut pautin hal ini lagi. Biar sama-sama enak dan seakan-akan kita impas. Jangan seolah-olah lo nya yang paling tersakiti disini."

DISA | brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang