51||

24.9K 1.9K 207
                                    

Semua hanya tentang waktu, tetap tunggulah dan jangan pernah menyerah sedikit pun.
_____________________________________

Arkan di tarik paksa oleh Pak Yuta untuk masuk kedalam ruangan yang selalu di hindari oleh kalangan murid se SMA ini. Tapi hal itu tidak berlaku untuk murid seperti Arkan yang kerja nya keluar masuk ruangan ini. Tak lain hal nya dari ruangan BK.

"Duduk!" Titah pak Yuta tegas.

Arkan yang mendapati perintah seperti itu pun langsung duduk dengan ekspresi wajah yang bersungut-sungut. Amarah yang sedari tadi mengobar-ngobar tak kunjung padam hingga saat ini. Rahang nya megetat kokoh sehingga berhasil memperlihatkan urat-urat di lehernya. Tatapan penuh ketajaman ia hunuskan ke arah depan. Jari jemari kanan dan kirinya menyatu membentuk geggaman erat. Arkan duduk di sofa ini dengan punggung yang sedikit membungkuk. Pria yang terlihat sangat urakan, dengan seragam yang tak lagi rapi dan tak karuan, baju nya sudah keriput dan keluar kemana-mana. Sudut bibir bagian kanan nya tampak lebam, tergores dan terdapat darah beku disana.

Pak Yuta yang duduk di hadapan Arkan itu spontan menggelengkan kepala nya pelan ke arah Arkan. Sebenarnya tak heran lagi melihat Arkan seperti ini. Ini juga tak kala pertamanya Arkan membuat masalah. "Arkannn-Arkannn, gak ada habis-habis nya ya kamu! Kerjaan nya selalu buat masalah!"

"Bapak juga sampe bosen ngelihat wajah kamu terus di ruangan ini! Buku hitam BK juga isinya nama kamu semua!"

Arkan diam, pandangan yang tajam itu ia tujukan ke arah luar ruangan.

"Apa yang kamu cari dari berantem itu hah?!"

"Oh, biar disangka jagoan? Merasa keren? Iya?!"

"Kamu liat, lawan kamu si Rafdi rahang nya sampe geser karna ulah kamu. Berantem bukan nya untung tapi malah merugikan banyak orang! Kalau keluarga nya gak mau berdamai dan gak terima kamu bisa di tuntut loh. Kamu mau masuk penjara?!"

Sontak Arkan memalingkan wajahnya dan menatap lekat wajah pak Yuta. "Saya gak akan pernah mulai sebelum orang itu duluan yang nyenggol saya pak!"

"Dia selalu aja ngenganggu adik saya! Dan saya sebagai abang nya gak bakalan nerima kalau adek saya di gangguin sama orang! Saya udah ngasih peringatan tapi dia nya malah berlagak sok jagoan. Yaudah apalagi? Bapak juga tau saya orang nya gimana."

"Waduhh ada apa ini, Pak Yuta." Ujar wanita yang baru saja menyelonong masuk. Pandangan mereka sontak tertuju pada wanita itu.

"Eh Bu Hana." Sahut Pak Yuta.

"Loh Arkan," Ucap Bu Hana saat matanya mendapati siswa itu adalah Arkan. "Kamu lagi dan kamu lagi ya, Ar. Gak bisa banget kayanya kalau gak ngapel di ruangan ini ya nak." Bu Hana berbicara seperti itu sembari berjalan menuju meja milik nya.

"Masalah nya apa, Ar?"

"Apalagi kalau gak berantem, sampe si Rafdi anak 12 Bahasa 1 rahang nya geser karna ulah dia." Bukan Arkan yang menjawab melainkan Pak Yuta.

"Biasa bu, anak muda. Kalau gak pake kekerasan bukan lakik namanya bu." Sahut Arkan.

Bu Hana kembali berjalan setelah mengambil sesuatu dari mejanya. "Saran ibu sih kurang-kurangin pemikiran seperti itu, Arkan. Gak baik banget, gak gentle kesan nya. Apalagi dimata cewek."

"Arkan telinga kamu sudah di pasang kan?" Sarkas pak Yuta.

Bu Hana tersenyum simpul. "Ya sudah ibu permisi dulu." Bu Hana beralih melirik ke arah Pak Yuta. "Saya permisi dulu pak, cumamau ambil surat pindah si Disa aja. Tadi sudah sampai ke ruangan kepala sekolah, eh surat nya malah ketinggalan."

DISA | brokenWhere stories live. Discover now