54||

20.8K 1.6K 238
                                    

Gue manusia, bukan barang yang harus dijadikan bahan taruhan.
•••••
_____________________________________

——"AISHH BANGKE BANGETTTTT."

"PULANGGG PULANGGGG."

Teriakan saling taut menaut itu berhasil membuat pandangan mereka yang berada disana langsung tertuju ke arah Arkan dan Disa. Disa sempat kaget, dengan itu secara spontan ia langsung melepaskan pelukan nya dari Arkan. Beralih duduk dengan sempurna disamping Arkan. Sedangkan Arkan, ia hanya berlagak biasa saja. Arkan malah tersenyum lebar, secara tersirat senyuman itu seperti mengejek para kaum jomblowan disini.

"Sakit mata gueeeee." Ujar Nanda berjalan ke arah mereka sembari membawa makanan siap saji itu.

"Emang ya, dunia berasa milik lo berdua. Yang lain mah ngontrak!" Imbuh Draka membawa jagung bakar.

"Pesawat ke mars berangkat jam berapa ya?" Ujar Kevin.

"Jangan sampai gue banting ni daging karna ke uwuan lo berdua ya!" Gema sudah siap dengan nampan yang berisikan daging panggang itu, ia juga sempat mengambil ancang-ancang ingin menghempaskan nampan tersebut ke rumput taman ini.

"Wopp jangan brader jangan." Maher sudah siap siaga menahan aksi kebercandaan dari Gema.

"Seru banget kelihatan nya hubungan ini, boleh join?"

Arkan dan Disa yang sedari tadi terkekeh karena godaan dari mereka reflek memasang ekspresi datar. Terutama Arkan, tatapan nya berubah seketika saat melihat ke arah lelaki yang berdiri menghadap ke arah nya. Situasi berubah seketika, mereka yang berada disekitaran sana mencoba untuk mencairkan suasana.

Maher yang tepat berada disamping lelaki ini sontak terkekeh canggung. "Becanda kali, Ar." Tangan nya ia selampirkan pada bahu Arta dan menatap wajah lelaki ini. "Becanda ye kan bang? hehe.."

"Arkan bawaan nya serius mulu aih sama bang Arta." Imbuh Nanda.

"Kalau sama bang Arta mah Arkan gak bisa dibawa becanda. Apa-apa dibawa serius."

"Agak lain emang anak nya."

Arta yang dapat merasakan situasi yang berubah seketika itu sontak menanggapi dengan tertawa. "Tau tuh, dia kalau sama gue bawaan nya sensi amat. Becanda kali, Ar."

Tanpa aba-aba, Arta langsung duduk di dekat Arkan yang masih berbaring di paha Disa. Ia mengulurkan tangan nya ke hadapan Arkan bermaksud untuk berjabat tangan. Arkan menatap sekilas wajah Arta dan beralih menatap uluran tangan pria ini. Rentang beberapa detik ia langsung membalas jabatan tangan tersebut.

"Damai." Sepatah kata itu yang keluar dari mulut Arta, seraya menepiskan senyuman nya untuk Arkan.

Arkan reflek duduk dari posisi sebelum nya. Ia menarik tubuh Arta dan memeluk abang nya ini. "Mission completed." Bisik nya sangat amat pelan tepat di telinga Arta.

Senyuman miring tertampilkan disudut bibir Arta. "You win." Balasnya berbisik di telinga Arkan.

Arta langsung melepaskan pelukan tersebut. Ia sempat memalingkan wajah nya ke kiri menatap ke arah Disa. Ia menatap dalam manik mata wanita cantik ini. Begitupun dengan Disa, ia ikut menatap mata abang ipar nya. Arta cukup lama menatap mata Disa, bukan hanya sekedar menatap. Melainkan senyuman kecil juga ia berikan untuk Disa. Disa tak sanggup lebih lama seperti ini, alhasil ia membuang tatapan nya dan memutuskan kontak mata itu terlebih dahulu. Mendapati hal itu, Arta menjauhkan posisi duduk nya dari mereka berdua.

Arkan menyelampirkan tangan nya pada bahu wanita ini. Merangkul hangat sang istri tercinta. "Kenapa?" Arkan menolehkan wajah nya pada Disa.

"Hah? G-gapapa kok." Balas nya dengan senyuman.

DISA | brokenWhere stories live. Discover now