S E B E L A S

34.8K 3.1K 356
                                    

Maaf bangettttt, alur nya emang gak jelas kek yang nulis:V

Maaf bangettttt yang kecewa sama alur nya, alur nya emang gini, iya gini! Baca aja sendiri:^)

Tandai typo!

_________

Dalam keadaaan tidak sadar Raffa masih merasakan tetesan darah mengalir dari kepala nya, tangan nya mencekram kuat pakaian yang di kenakan pria paruh baya yang menggendong nya.

Sekuat tenaga raffa mencoba membuka kelopak matanya, Namun tetap saja terasa berat.

Tetesan darah masih mengalir membuat pandangan nya mengabur,
Raffa merasakan usapan tangan pada kedua kelopak mata nya, hingga ia bisa membuka kelopak matanya dengan sempurna.

Dengan lemas Raffa mendongak melihat sosok yang menggendong nya, begitu melihat siapa yang menggendong nya Raffa langsung memeluk nya erat. Masih dalam gendongan pria paruh baya tersebut.

"Da-daddy"

"Baby, ada apa?"

Pram memang berada di kamar ketika mendengar putra nya berteriak, bahkan menangis histeris. Pram bahkan mendengar putra nya menyebut nya dalam tidur, menyebut istrinya, juga menyebut Abang dan kedua kakak nya. Ia sudah mencoba membangunkan putra nya dengan memanggil nya dengan nada lembut, hingga Pram mengguncang tubuh nya. Namun tetap saja tidak ada tanda-tanda putra nya akan bangun, alhasil Pram langsung menggendong putra nya yang masih menangis sesenggukan. Bahkan putra nya sampai berkeringat dingin, entah apa yang membuat putra nya bisa seperti itu.

"Da-daddy Laffa takut hiks..hiks..hiks..hiks..hiks..hiks.."

"Putra Daddy kenapa hm?"

"Laffa takut Daddy tinggalin Laffa sendili"

"Daddy gak akan tinggalin Baby sendiri, sekarang mandi dulu gih."

"Laffa gak mau mandi, nanti Daddy tinggalin Laffa."

Pram terkekeh mendengar nya, ada apa dengan putra nya yang tiba-tiba manja seperti ini.

"Daddy tunggu di sini, jadi baby mandi dulu gih. Atau mau Daddy yang mandiin?"

"Ihh Daddy! Laffa udah besal" Raffa meronta dari gendongan Pram, setelah turun ia berlari ke dalam kamar mandi.

"Anak itu" Pram terkekeh sendiri melihat kelakuan putra nya yang semakin berani, awal nya memang Raffa begitu pendiam. Bahkan jika di tanya ia hanya mengangguk atau menggeleng saja, Pram dan Raina  bahkan harus memberikan sedikit nasihat untuk putra nya agar tidak canggung dengan mereka. Bahkan ketiga anak nya ikut andil dalam menasihati Raffa agar bersikap seperti diri nya sendiri, untuk menjadi diri nya sendiri.

Ceklek

"Suami ku?" Pram menoleh mendapati Raina yang berjalan ke arah nya.

"Dimana putra ku?"

"Cih, Raffa juga putra ku"

"Ya, memang benar. Lalu dimana putra ku?"

Pram menunjuk ke arah kamar mandi dengan dagu nya, tidak habis pikir dengan istrinya. Mengapa tidak bertanya dimana putra kita? Bukan kah kedengarannya lebih baik?

"Aku akan menyiapkan kan nya, tunggu saja di bawah."

"Aku akan menunggu putra ku selesai"

"Terserah, aku akan menyelesaikan nya dengan lama."

Pram tidak mendengarkan perkataan istrinya, ia malah duduk santai di sofa. Di temani iPad untuk menyelesaikan tugas nya, sesekali melirik ke arah Raina yang sedang menyiapkan pakaian untuk putra mereka.

ARRAFFA | Selesai |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang