D U A P U L U H L I M A

18.5K 2.1K 189
                                    


"Baby, kenalin itu Om--

"Papa!!"

Kompak semua pasang mata menoleh ke arah pintu masuk, terlihat dua remaja berdiri diambang pintu dengan menenteng bingkisan.

Dua remaja yang berdiri diambang pintu segera melangkah untuk masuk, lebih tepatnya berjalan ke arah brankar tempat Raffa berbaring.

Semua yang ada di sana tersenyum tipis, namun dari keduanya hanya satu yang mereka kenal.

Raina dan juga Raels menyingkir dari sana, memberi ruang untuk keduanya. Raina sebenarnya tidak ingin jauh dari putranya, namun Rasya tidak ingin menyingkir dari sana, terpaksa Raina dan juga Raels yang harus mengalah.

"Adek, apa kabar?"

"Hallo, Abang Eland."

Eland terkekeh, ia kan menanyakan kabar, bukan menyapa.

"Lah, udah saling kenal?"

"Siapa?" Tanya Raffa.

"Kalo mau kenalan bilang aja, nggak usah malu-malu."

"Laffa nggak malu."

"Okey! Ekhem, Ekhem, Pertama-tama dan yang paling utama disini saya akan menceritakan sedikit tentang riwayat hidup saya--

"Salam kenal, Abang." Ucap Raffa memotong perkataan remaja yang masih belum ia ketahui namanya itu.

"Lahh, belum selesai nih!!"

"Kelamaan, to the point aja bisa nggak sih? Tinggal nyebut nama doang," Jelas Rico. tatapannya menatap jengkel pemuda yang lebih muda darinya ini.

"Nggak sabaran banget, pasti jomblo nih, keliatan banget ngenesnya."

"Sebenernya Abang nggak jomblo, banyak yang nunggu nih, 'pasti. Abang nya aja yang nggak peka, malaikat Izrail contohnya." Lanjut Vino membuat Rico melotot.

"Dek!" tegur Eland pelan.

"Iya Bang iya."

"Kenalin, nama gue Arvino ganteng pake V bukan P. anak angkat nya Papa Marcell, Papa Marcell yang tampan nya sebelas dua belas kek HUHA HUHA HUHA!!"

"Vino!" tegur Marcell, ia tidak suka mendengar Vino mengatakan anak angkat seperti itu.

"Iya Papanda." Vino mengulum senyum mengejek kearah Marcell yang berdiri disampingnya.

Sedangkan Pras menahan diri untuk tidak kelepasan tertawa, sejauh ini tidak ada yang berani bicara seperti itu kepada Marcell. Selain tampan, Marcell juga berbahaya.

Sedangkan yang lain hanya menatap Vino datar, berbeda dengan Raven yang menatap Vino dengan senyum miringnya.

"Monyet?" Jawab Raffa ragu.

"Dikit lagi," Tentu saja Marcell tidak tampan seperti monyet.

"Olang utan?"

"Orang utan?" Bingung Vino.

Raffa mengangguk mantap, "Olang utan." Ujarnya lagi.

"Ol-- Ni bocah nggak bisa nyebut 'R'?!" ungkap Vino terkejut, tatapannya menatap satu persatu semua yang ada disana.

Mereka yang ditatap hanya terdiam, tidak merespon apa-apa. Begitu juga dengan Eland yang berada di samping Vino, ia hanya diam saja.

"Bisa." jawab Raffa, netranya menatap Rasya meminta persetujuan, Rasya yang ditatap hanya mampu mengangguk saja.

"Gue nggak percaya, ikutin gue ngomong gini 'papi rucika lurus-lurus mengaliri kebodohan'."

"Pipa kali ah!" sunggut Rio, sejak pertama kali melihat Vino ia sudah menduga Vino akan banyak tingkah.

ARRAFFA | Selesai |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang