DELETED SCANE

15.4K 1.6K 69
                                    

"Pake baju dulu, dek." ujar Rasya untuk kesekian kalinya. setelah aksi kejar-kejaran dengan Raffa hingga dia berpura-pura marah karena Raffa yang benar-benar menguji kesabarannya, dan berakhir dengan Raffa yang menyerah hingga sekarang anak itu kembali membuat ulah.

Bagaimana tidak? sejak tadi Rasya memaksa Raffa untuk memakai baju, namun Raffa tidak mendengarkan perkataannya sedikitpun. Raffa masih asik melompat pada kasur king size miliknya, Rasya memijat pelipisnya pelan. sudah 15 menit setelah Raffa selesai mandi, namun Raffa masih belum memakai baju, tubuh kecilnya hanya tertutup handuk dengan motif Frozen.

Dan lihat sekarang, Raffa masih asik tertawa sambil melompat di atas kasur. Rasya hanya diam melihatnya, sesekali memperingati Raffa untuk segera memakai baju. namun Raffa tidak mendengarnya sedikit pun.

"Kakak, ayo ikut main sama Laffa!!"

Rasya bangkit kearah kasur.

"Ayo kak, naik sini."

"Udahan dek, nanti pusing, mau masuk rumah sakit lagi, hm?"

Raffa berhenti sejenak dari kegiatannya, "Laffa nggak pusing kok, kak. kepala Laffa cuma mutel-mutel, kalo pusing, 'kan, kayak Upin Ipin."

"Maksudnya gimana, dek?" tanya Rasya yang tidak mengerti dengan perkataan Raffa.

"Upin Ipin kalo pusing pasti ada bulung yang telbang di atas kepalanya, kalo Laffa nggak ada. belalti Laffa nggak pusing,"

Rasya masih diam mencerna perkataan Raffa, adiknya kan, manusia, bukan kartun. eh.

"Kakak kok diem? kakak sakit?"

Rasya menggeleng, "Ayo pake baju dulu, dek. dingin nih,"

"Kalo Laffa pake baju, dapet apa, kak?"

"Adek mau apa, hm?"

"Mau milkita!!" jawabnya riang.

Tangan Rasya beralih membuka laci nakas yang ada di samping kasur, netra Raffa berbinar seketika setelah melihat milkita yang memenuhi laci tersebut.

"Kakak dapet dalimana? kakak menculi?"

Tangan Rasya menyentil bibir mungil Raffa dengan pelan, apa katanya? mencuri? bahkan pabriknya saja mampu dia beli.

"Pake baju dulu, baru kakak kasih permen."

"Nggak bisa pelmen dulu, kak?"

"Enggak, dek. sini!"

Raffa menurut, anak itu mulai mamakai piyama tidur dengan motif Frozen. sebelumnya dia sudah membaluri tubuhnya sendiri dengan minyak telon, seperti yang selalu Raina lakukan.

"Dari tadi kek," gerutu Rasya pelan.

"Laffa dengel ya, kak."

Rasya hanya terkekeh, tangannya menyerahkan satu permen milkita kearah Raffa. namun Raffa enggan mengambilnya, bibir mungilnya mengerucut lucu dengan tampang kesal kearah Rasya.

"Kok cuma satu, kak?"

"Satu permen milkita setara dengan segelas susu, jadi nggak boleh banyak-banyak. adek juga belum minum susu dari tadi."

"Kalo gitu susunya diganti sama pelmen milkita aja, kak."

Rasya melongo, kepalanya menggeleng. setelah memberikan satu permen milkita kepada Raffa, laki-laki itu berjalan memasuki kamar mandi.

"Kakak!! kok Laffa ditinggal?!"

"Kakak mandi sebentar, adek diem di sini dulu, jangan kemana-mana."

"Siap, kapten!"

Setelah mendengar jawaban Raffa, Rasya masuk ke kamar mandi.

"Abang Bala!" Panggil Raffa yang melihat Bara memasuki kamar Rasya.

"Rasya mana, dek? adek di sini sendiri?" berondong Rasya.

"Beldua kok, bang. Laffa satu, bang Bala satu."

"Maksud abang, Rasya nggak di sini?"

"Ada kok, bang. kakak lagi mandi,"

Bara mengangguk, laki-laki itu mendudukkan dirinya di sebelah Raffa yang kini telentang.

"Abang Bala anak siapa?"

Pertanyaan tiba-tiba Raffa membuat Bara mengernyit bingung. Bara menoleh kesamping untuk melihat wajah menggemaskan Raffa yang kini sedang menatapnya juga.

"Abang 'kan anak Papa," jawab Bara ragu. memang benar kan dia anak Pras? anak tunggal dari Pras, bukan anak tetangga.

"Salah! abang 'kan anak gembala, GEM-BALA!!"

Bara menggeleng brutal, "Abang nggak ngerti."

_______



ARRAFFA | Selesai |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang