D U A P U L U H E N A M

18.4K 2K 178
                                    

Sudah seminggu Raffa berada di rumah sakit, sudah seminggu pula Rasya menemani adik-nya disini. ia yang tidak betah berada di rumah sakit menjadi betah karena adik-nya.

Ruang rawatnya pun tidak pernah sepi karena ketiga sahabat kakak maupun ketiga temannya tidak pernah absen untuk mengunjunginya setiap hari, seperti saat ini. hari terakhirnya berada disini ia kedatangan ketiga sahabat Rere, ketiga sahabat Rasya dan juga ketiga temannya.

Selang infus yang terpasang ditangannya juga sudah dilepas, setiap hari ia selalu merengek meminta dilepaskan. namun, bujuk rayu dari anggota keluarga membuatnya urung, tentu saja dengan imbalan yang akan ia minta nanti.

Sedangkan anggota keluarga Miller undur diri karena harus menyiapkan acara besar yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi, tentu saja untuk si bungsu. Raina dan juga Raels mengambil alih untuk konsumsi di acara tersebut, padahal banyak pekerja lain, namun keduanya tidak ingin ambil resiko jika terjadi sesuatu pada putranya.

Arnold, Pras, Pram, Rangga dan juga Regan turun langsung untuk mengecek keamanan. tidak ingin lengah sedikitpun, keselamatan si bungsu yang utama.

Begitu juga dengan Ravan, Rico dan juga Rio mengambil alih untuk memasang cctv di setiap sudut. Karena acara memang tidak dilaksanakan di mansion, tidak lupa menyambungkan cctv ke ponsel seluruh anggota keluarga Miller.

Bara dan juga Revan mengecek setiap nama tamu undangan yang harus ditulis, Revan dan juga Raven sengaja dipisahkan agar tidak menggangu satu sama lain.

Jadilah Rasya dan juga Rere yang menemani Raffa sekarang, keduanya malah bersorak kegirangan karena mendapat tugas yang tentu saja tidak bisa mereka tolak.

"Enaknya main apa nih biar nggak gabut?" tanya Aby membuka percakapan.

"Main masak-masak," jawab Raffa cepat.

"Skip, jan didengerin."

"Bang balon nyebelin! Laffa kan cuma jawab aja, makanya jangan nanya deh." cibir Raffa, netranya menatap kesal kearah Aby.

"Oh!" Respon Aby membuat Raffa mengerjap beberapa kali, bingung.

Yang lain hanya diam, mereka juga tidak mengerti dengan Aby yang tiba-tiba seperti itu.

Posisi mereka yang melingkar diatas karpet bulu membuat Raffa dengan jelas melihat wajah Aby yang benar-benar 'marah?

Rasya yang ada disebelah Raffa segera menyenderkan kepala Raffa dibahu tegapnya, ia merasa Aby hanya bermain-main saja dengan adik-nya.

"Bang Aby," lirihnya pelan.

"Kalo Laffa ada salah sama abang, Laffa minta maaf. tapi, pelasaan Laffa nggak ada salah apa-apa sama abang."

"Nyadar dong nyadar!!" Balas Aby ngegas.

"By!" Panggil Sultan, tangannya menyikut pinggang Aby agar melihat Rasya yang menatapnya dengan tajam.

"Lo kira gue baby, by by by."

Balasan Aby membuat Sultan bergeser sedikit menjauh, tidak biasanya Aby seperti ini.

Gery, Jery dan juga Yuda hanya diam. mereka tidak tahu apa-apa, sedangkan Aca, Ica dan juga Hanis masih sibuk ber-selfie ria, tidak peduli dengan suasana yang semakin tegang karena ulah Aby.

"By!" desis Pandu tajam.

"Apa! Lo juga mau bunuh gue, hah?!"

Aby bangkit dari duduknya, tangannya meraba saku hoodie yang ia kenakan.

Semua langsung terdiam begitu Aby memegang pisau lipat yang ia ambil dari saku hoodie, Raffa yang akan bicara langsung terdiam.

Gery, Jery dan juga Yuda beringsut mundur begitu Aby berjalan ketengah-tengah mereka. begitu juga dengan duo Ca yang langsung menjauh dari sana, sedangkan Sultan, Pandu, Rere, Rasya dan juga Raffa masih duduk di tempat semula.

ARRAFFA | Selesai |Where stories live. Discover now