10. Keputusan

80.6K 8.4K 110
                                    

2 Hari berlalu

Hari ini saat nya Lera mengambil keputusan untuk perjodohan itu, yakin jika ia mengatakan tidak dan hasilnya akan tetap sama bahwa ia akan dijodohkan. Lera memutuskan untuk menemui Dito, tapi bagaimana caranya?

Alamat rumahnya tak tau, no hp nya juga tak tau. Tadi nya ia akan meminta alamat rumah Dito atau no hpnya pada Dewi, tapi tak jadi. Dikira nanti ia sudah menerima Dito dan bundanya itu akan berharap lebih.

Lera memutuskan untuk jalan-jalan sore disekitar kompleknya, hanya iseng untuk merefresh fikirannya. Celana training dan kaos oversize itu terlihat pas menempel di badan Lera, hanya saja sendal swallow yang ia kenakan menghalangi pemandangan yang sempurna.

Lera berjalan menunduk dengan kaki yang menendangi kerikil-kerikil kecil.

Entah sadar atau tidak kini beberapa langkah lagi dihadapan Lera sudah terdapat Dito yang berdiri dengan gaya sok coolnya.

Tepat beberapa langkah Lera berjalan, didepannya terdapat sepasang sepatu putih disana. Ia mendongak melihat siapa pemilik itu.

"Om?"

Senyum Dito luntur ketika Lera memanggilnya dengan sebutan 'om'.

"Kemarin manggilnya bapak, sekarang om. Saya belum setua itu Ra." ucapan Dito tersebut terlihat malas.

Tak menggubris Dito, Lera berjalan mendahului Dito dan duduk di bundaran taman komplek. Tangannya terayun menyuruh Dito untuk mendekat padanya.

Sedikit berlari, Dito berdiri dihadapan Lera yang tengah menunduk melihat jari-jari kaki yang ia gerakkan.

"Nggak tau kenapa, tapi firasat saya mengatakan kalo kamu pengen ketemu sama saya. Jadi saya kesini nyamperin kamu." ucap Dito lalu ikut duduk disamping Lera yang masih menunduk.

Dito memperhatikan Lera dari samping. "Tadinya mau kerumah kamu, tapi perasaan saya bilang kalo kamu lagi nggak dirumah. Jadi saya putusin buat muter-muter komplek kamu, siapa tau nemu mangga lagi buat dijadiin alesan mampir kerumah kamu."

Lera tak menanggapi nya, ia masih menunduk melihat jari-jari kaki yang ia gerakkan. Merasa dikacangin oleh Lera, Dito ikut menunduk melihat apa yang dilihat Lera.

"Om" panggil Lera. Posisinya masih sama, tetap menunduk menatap jari kakinya.

"Hmm?"

Diam lagi, Lera tak menyahut. Dia yang manggil, dia juga yang diam.

Dito beralih menatap Lera yang masih menunduk. "Coba liat saya Ra, kamu kalo ngomong kebiasaan sambil nunduk ato gimana?"

Lera menggeleng, tadi aja sebelum ada orangnya ia sudah menyiapkan dan menyusun rapi apa yang akan ia katakan jika bertemu Dito. Sekarang orangnya sudah tepat didepan mata, malah buyar semua kata-kata yang telah ia susun.

Dito beranjak dari duduknya dan berjongkok didepan kaki Lera. Melihat Lera dari bawah, agar anak itu bisa melihatnya.

Manik mata Lera kini beralih menatap Dito, dan sialnya lagi tatapannya terkunci. Tak bisa melihat lainnya meskipun ingin sekali rasanya menghindari tatapan itu.

"Mau ngomong apa?" tanya Dito.

"Jangan gini om nggak enak dilihat orang." Lera ingin menggeser duduknya namun lututnya ditahan oleh Dito.

"Kalo saya nggak gini, kamu bakal nunduk terus dan nggak mau natap saya. Lagian nggak ada orang kok." ujar Dito.

Lera menelan salivanya susah. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat kali ini.

"Emmm... Itu Lera..."

Dito masih menunggu kata-kata selanjutnya yang akan diucapkan Lera.

"Anu.. eemm.."

Jodohku Polgan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang