17. Lembur

83.3K 8.2K 113
                                    

Hai
Happy Reading 📖

20°Celcius. Cuaca malam ini sangat dingin, 20° jika suhu AC memang tak terasa, tapi jika sudah dinginnya malam hari akan sangat menggigil kan orang. Akan nyaman bila saat seperti ini bergulung dengan selimut tebal sembari memeluk guling.

Lupakan. Itu hanya angan-angan orang nganggur alias gabut. Beda jauh dengan Lera yang saat ini menghafal rumus-rumus teori matkulnya. Malam sudah sangat larut, tapi itu tak membuatnya lelah untuk belajar.

Jika ditanya malas atau tidak. Tentu saja malas, materi yang dipelajarinya masih sangat jauh dari pembahasan semester ini. Tapi ia tetap belajar untuk berjaga-jaga, sewaktu-waktu ayahnya bertanya.

Kini Lera dikamar sendirian, hanya ditemani oleh cahaya lampu belajar dan tumpukan buku tebal.

Suaminya?

Malam ini Dito ada jadwal patroli. Sebenarnya sudah sejak sore tadi, dan jadwal patrolinya berlaku sampai tengah malam. Mungkin sebentar lagi ia akan pulang.

Lera menutup buku, laptop dan kertas-kertas lain yang berserakan lalu memasukkannya kedalam tas. Selesai itu ia berjalan keluar kamar menuju dapur untuk membuat minum.

Jarak lima meter dari dapur, remang-remang Lera dapat melihat ada orang disana. Sedikit mendekat untuk memastikan, ternyata benar. Ayahnya sedang duduk membelakanginya sembari menatap lembaran foto yang digenggam.

Lera melangkahkan kakinya mundur perlahan ketika matanya menatap apa yang sedang ditatap oleh ayahnya. Lupakan tujuan awalnya untuk membuat minuman.

Lera buru-buru berlari tanpa suara dan menaikki tangga, ia menutup pintu kamarnya perlahan lalu sedikit berlari menuju toilet.

"Maafin Lera yah..." gumam Lera setelah sampai ditolet, ia membekap mulutnya erat-erat agar tak memikirkan isakan tangis yang mulai keluar.

30 menit berlalu. Lera menetralkan nafasnya yang tersengal-sengal menahan tangis. Ia berkali-kali membuang nafasnya agar merasa lebih lega, perlahan Lera membuka pintu toiletnya lalu keluar.

Disaat itu juga bersamaan dengan Dito yang baru saja masuk kamar dengan pakaian lengkap seragam dinas. Lelaki itu berjalan menuju ranjang lalu duduk di pinggirannya.

"Kamu belum tidur Ra?" tanya Dito sembari melepas atribut yang tertempel dibajunya.

Lera berdiri ditempat lalu menggeleng sebagai jawaban.

"Kenapa? Baru selesai belajar?." tanya Dito yang kini sudah menatap Lera yang masih berdiri ditempat tanpa ada niat ikut duduk disampingnya.

"Atau... Nungguin saya?" tanya Dito lagi.

Lera merengut dan bibirnya bawahnya yang maju. PD sekali orang didepannya ini, kurang kerjaan ia menunggu orang patroli pulang. Karna jadwal patroli tak selalu bisa tepat waktu untuk pulang, kadang ada kejadian dijalan yang harus diselesaikan saat itu juga, membuatnya mengulur jadwal pulang.

Dito tersenyum hangat. "Nggak mau duduk?" tanya Dito sembari menepuk-nepuk kasur disampingnya.

Lera menatap Dito was-was, jika boleh jujur ia sangat takut saat ini. Bagaimana tidak, tubuh atletis Dito yang kini terbalut seragam yang ketat itu membuat otot kekarnya terlihat. Sangat menyeramkan menurut Lera, apalagi ini sudah malam. Bagaimana jika tiba-tiba ia diterkam? Habis sudah hidupnya.

Dengan hati-hati Lera berjalan menuju ranjang, duduk dipinggir sebelah kiri. Jaraknya tak terlalu dekat dengan Dito yang duduk diujung ranjang sebelah kanan.

Jodohku Polgan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang