58. Flashback Mangga

115K 7.3K 510
                                    

Pagi hari yang cerah, sebaiknya disambut juga dengan hati yang cerah dan bahagia. Seperti Dito saat ini.

Baru bangun tidur langsung disuguhi oleh pemandangan yang membuat mata pedas akibat baru bangun merubah menjadi segar. Sedari tadi, ia terus menatap Lera yang masih memejamkan matanya.

Mereka tidak tidur saling berhadapan. Karna Dito yang tadinya tengkurap kini berubah menghadap Lera yang tidur miring menghadap nya.

Dito mengusap pelan pipi Lera, rasanya ia benar-benar mabuk karna karna Lera. Apalagi setelah kegiatan kemarin,, sungguh itu membuatnya semakin gila dengan dengan gadis itu.

Ralat. Lebih tepatnya, bisa dikatakan kini Lera sudah menjadi wanitanya.

Ia mendekatkan wajahnya, menciumi pipi Lera lembut. "Yang..." panggil Dito berbisik.

Tak ada sahutan.

"Ra" beralih memainkan squishy kesayangannya.

"Eugh" Lera menggeliat, tapi ketika ia mencoba merubah posisi kakinya, Lera merasakan sedikit perih dan nyeri dibagian intimnya. "Sshh" desis Lera.

"Kenapa? Ada yang sakit?" Dito berhenti memainkan squishy nya.

Lera mengangguk, ia memejamkan matanya erat.

"Apanya yang sakit?" Dito masih mengamati raut wajah Lera. Tangannya perlahan turun, mengikuti dimana satu tangan Lera sedang berada dibawah sana.

Dito menyentuhnya. "Sshh sakit, jangan dipegang" ucap Lera pelan.

Jemari tengahnya berhenti mengusap, beralih mengusap pipi Lera lembut. "Perih ya? Hmm?"

Lera mengangguk lagi.

"Maaf" Dito mencium sekilas bibir Lera. "Maaf kalo kemarin mainnya kasar, aku excited banget pengen punya twins" bisiknya lembut.

Pagi-pagi suasana masih sepi dan adem, enaknya buat teriak-teriak melepas beban. Tapi jika pasangan ini berbeda, mereka lebih suka berbisik dengan suara lembut.

Lera masih memejamkan matanya. Rasa panas dipipinya semakin lama semakin tak dapat ia tahan. Meskipun gorden jendela masih tertutup. Lampu kamar juga sudah padam semua, namun cahaya remang-remang yang yang menembus gorden jendelanya masih terlihat.

Hal itu membuat dirinya maupun Dito masih bisa melihat satu sama lain dengan jelas, dan hal itu juga yang membuat Lera malu karna tubuhnya yang mudah sekali terekspos oleh Dito.

Dito kembali mengusap pipi Lera. "Pipi kamu... Kok merah pink-pink gini?"

What the fu-

Astaghfirullah pake ditanya lagi!

Dito memperhatikan lamat raut wajah Lera. Gerak gerik anak itu memang sulit ditebak, tapi entah mengapa makin kesini Dito makin mudah untuk memahaminya.

"Ra, kamu... Kamu malu ya?"

Lera langsung mendorong tubuh Dito, mengubah posisi tidurnya menjadi memunggungi pria itu dan menutupi seluruh tubuhnya.

Dito yang melihat itupun terkekeh gemas. "Alhamdulillah akhirnya si es batu cair juga" Dito mendekati Lera, menyibak sedikit selimutnya lalu memeluk Lera dari belakang erat.

"Ututu sini yang, aku peluk biar es batunya makin mencair. Atau..." Dito mengangkat kepalanya untuk melihat Lera lebih jelas meskipun dari samping. "Mau yang panas kaya kemaren aja gimana? Sampe keluar keringet loh kamu, saking enaknya ya? Hmm" pria itu beralih membenamkan wajahnya di leher Lera.

Jodohku Polgan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang