34. Tamu tengah malam

67.3K 7.8K 305
                                    

Malam sudah sangat larut, sedangkan Dito masih asik menonton TV dikamar Lera. Pria itu tak sendirian, tentu dengan Lera yang sudah tidur sedari tadi.

Ralat.

Berusaha tidur sebenarnya, posisi tidur Lera saat ini memunggungi Dito. Tubuhnya ia sembunyikan didalam selimut tebal sampai batas telinga. Matanya sedari tadi juga melek merem tidak bisa tidur.

Ayolah mata gue, tertutup lah

Lama-lama keringat dingin kalo kaya terus

Gimana nanti kalo om Dito khilaf

ARGH ENGGAK!

Astagfirullah, nggak boleh berfikir kotor

Aduh tapi, plisss

Terus-terusan Lera ngedumel dalam hati, dan ngapain juga Dito belum tidur?. Waktu sudah hampir tengah malam dan dia, dengan mata yang masih segar asik menonton tv.

Beberapa menit setelah Lera merasakan mulai kantuk, ia mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Suara televisi juga tidak lagi ada, pelan-pelan tapi pasti Lera membuka sedikit selimutnya dan melirik kebelakang. Dapat ia lihat jika Dito keluar kamar dengan langkah pelan, mungkin agar ia tak terbangun.

Lera mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Dia mau kemana?" monolog Lera.

"Ketemuan sama cewek di gang komplek?" Lera berfikir sejenak. "Atau mau kekamar mandi? Tapi kan disini udah ada kamar mandi juga"

Lera menggelengkan kepalanya. "Ngapain juga gue kepo, nggak bermanfaat" Lera kembali merebahkan tubuhnya.

5 menit berlalu...

Jiwa kepo Lera meronta-ronta untuk mengikuti Dito kemana pria itu pergi. Lera beranjak dari tidurnya, dengan langkah perlahan tanpa suara ia keluar dari kamar dan menuruni satu persatu anak tangga.

Lera berjalan menuju ruang dapur. Tak ada orang, lampunya juga sudah mati. Ia berjalan lagi menuju pintu yang penghubung garasi, tetap sama. Tak ada orang, hingga akhirnya ia melangkahkan kakinya ke ruang tamu. Tapi sebelum itu, Lera melihat ruang kerja ayahnya yang sedikit terbuka. Ruangan itu juga tampak terang.

"Ayah belom tidur?" gumam Lera, ia menghampiri ruangan ayahnya.

"Kamu mau bela dia?"

"Dito nggak bela Lera yah, Dito cuman nggak mau ayah gini terus ke Lera. Dito tau rasanya seorang ayah yang kehilangan anaknya, itu emang sakit yah. Sakit banget malah" ucap Dito.

"Tapi apa selamanya ayah akan kaya gini Lera? Ayah nggak terima kalo anak ayah disakitin. Tapi secara nggak langsung ayah udah nyakitin anak ayah sendiri" lanjut Dito.

Gino membuang muka. "Berani ngomong seperti itu kepada saya dapat keberanian dari mana kamu? Anak itu yang nyuruh kamu?"

Dito menggeleng cepat. "Ini bukan atas suruhan siapapun Dito ngomong kaya gini ke ayah, bukan maksud Dito juga buat lancang ke ayah. Tapi apa dengan cara ayah bersikap kaya gini ke Lera bisa ngubah keadaan yah?"

"Setiap hari Lera remuk yah rasanya, dia harus belajar mati-matian buat bikin ayah bangga. Dia ngurus rumah, ngurus Dito, kuliahnya dan yang ayah fikirin cuma kesalahan Lera"

"Apa ngga ada yang bisa ayah liat dari kerja keras Lera selama ini yah? Dito tau rasa sakit ayah, dan betapa sulitnya ayah buat ngelupain Hera. Tapi cara ayah buat ngelupain Hera dengan ngelampiasin semuanya ke Lera itu salah yah"

"Ayah masih punya putri yang selalu berusaha bikin ayahnya seneng, bangga dan terlihat baik didepan ayahnya. Lera juga putri ayah, yah" jelas Dito panjang lebar.

Jodohku Polgan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang