63. Dua Garis

81.6K 7.8K 471
                                    

Lera terus memandangi testpack yang memunculkan dua garis merah didalamnya. Ini memang belum pasti, karna ia sendiri belum periksa ke dokter kandungan.

Jika dirinya benar-benar hamil, ini antara berita bahagia dan berita buruk di keluarganya. Melihat hasil positif dari testpack tersebut, sepertinya itu akan membawa berita bahagia bagi Dito.

Namun apakah hal ini juga akan dianggap berita bahagia bagi Gino? Lera takut jika ayahnya tak terima jika ia hamil cepat, dan sekarang pun kuliahnya juga belum selesai. Jangankan cepat-cepat lulus, skripsinya saja belum selesai.

Tapi jika Gino tak terima akan Lera yang hamil lebih cepat. Lantas kenapa pria itu menjodohkan anaknya disaat ia masih kuliah?.

Biarlah, apapun tanggapannya nanti Lera tak peduli. Ia akan terus menjaga buah hatinya, berusaha sebaik mungkin menjadi orang tua untuk anaknya nanti. Ia tak mau kejadian masalalunya terulang lagi pada keluarga kecilnya saat ini.

Brrmm

Brrmm

Itu bunyi suara motor Dito. Mendengar itu, Lera langsung beranjak dari duduknya dan pergi ke garasi samping rumah. Ia yakin Dito langsung memasukkan motornya kesana.

"Assalamualaikum"

Lera berjalan menghampiri Dito lalu mencium tangannya. "Waalaikumsalam" ia memperhatikan Dito yang tengah melepas jaketnya.

"Kenapa Ra? Kok ngeliatinnya gitu banget?"

Lera menggeleng, ia mengambil alih jaket yang ditenteng oleh Dito. Lalu berbalik dan berjalan lebih dulu.

Dito menyerngit. Ada apa dengan Lera? Rasa-rasanya seperti ada yang aneh. "Ra tungguin atuh" Dito melepas cepat sepatu jungle serta kaus kakinya, lalu sedikit berlari menyusul Lera kedalam.

Sampainya dikamar, Dito menemukan Lera yang tengah duduk bersila disofa sembari memeluk boneka donatnya.

Boneka donat itu masih dibilang baru. Karna dua hari lalu, Lera membeli lebih dari lima box donat ditoko langganannya. Hari itu kebetulan bertepatan dengan ulang tahun toko donat tersebut, maka dari itu Lera mendapat hadiah give away tanpa undian dari toko donat tersebut.

Dito menghampiri Lera lalu duduk disamping anak itu sembari menyandarkan tubuhnya disandaran sofa. Matanya perlahan terpejam, menikmati dinginnya AC yang membuat tubuhnya sedikit segar.

"Mandi" ucap Lera lirih.

Dito tak menyahut, ia masih memejamkan matanya.

Melihat tanggapan Dito, tangan Lera terulur untuk menekan-nekan pipi kiri kanan pria itu. "Ada yang mau Lera bicarain"

Dito membuka matanya, ia menurunkan tangan Lera lalu menciumnya sekilas. "Bicarain apa?" Dito mengubah posisi duduknya menghadap Lera penuh.

"Ada pokonya"

Dito hanya mengangguk-angguk kepalanya lalu kembali bersandar. "Ihh mandi dulu, Lera mau ngomong penting" ucap Lera.

"Penting? Pentingan mana sama aku?"

"Penting semua"

"Yang bener?"

"Iya,, udah sana. Kamu bau tau ngga" ujar Lera sembari mendorong pelan tubuh Dito.

"Umm cium dulu dong" Dito menunjuk-nunjuk pipinya.

"Ngga mau kamu masih kotor dari luar" Dito mendengus. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan ogah-ogahan.

°°°°

Lera kini sedang menata makan malamnya. Sedari tadi ia masih bingung ingin mengatakan soal hasil positif dari testpack nya.

Jodohku Polgan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang