59. Cebong

92K 7.4K 106
                                    

Eva menatap cengo sahabat didepannya ini. Sejak dua puluh lima menit yang lalu ia mampir ke rumah Lera dengan Farhan, hanya untuk sekedar bermain. Anak itu terus memakan bungkusan cilok dan camilan lainnya yang ia bawakan.

Tak seperti biasanya Lera seperti ini, bahkan mukanya juga terlihat sedang memendam sedikit amarah.

"Ra nanti perutnya sakit, udah ih makan ciloknya" ujar Dito.

Lera tak menghiraukannya, ia terus memakan butiran cilok dibaluri saos dan bubuk cabai yang banyak. Sedangkan Eva dan Farhan hanya diam mengamati kedua pasutri itu.

Dito menghela nafas berat. Ia memeluk Lera dari samping yang tengah duduk bersila disamping Eva. "Yang udah, jangan banyak-banyak makan saus nya. Nanti perutnya sakit, kamu sendiri yang kesakitan nanti"

Lera tak menghiraukannya, ia menjauh dan melepaskan tangan Dito yang melingkari perutnya.

"Alera" Dito kembali mendekat, tapi tatapan dingin Lera dan isyarat agar ia tak mendekat mengurungkan niatnya.

Farhan yang melihat itupun peka, sepertinya mereka berdua sedang tidak baik-baik saja. "Emm pak Dito, boleh bicara berdua sebentar ngga?"

Dito menoleh. "Bicarain apa?"

"Itu, saya mau buat SIM baru. Sekalian saya pengen ngobrol sesama cowo sama bapak, kan bapak belum tua-tua amat jadi-"

"Kamu ngatain saya tua?!" tanya Dito ngegas.

Farhan segera menggeleng. "Ehh bukan gitu pak, pokonya ada yang mau saya bicarain penting sama bapak. Sekalian biarin mereka cewek-cewek ngerumpi dulu"

"Sepenting apa kalo dibanding visor kamu yang digeplak Eva?"

Farhan berdecak. "Udah pak ngga usah bahas visor, masih jengkel saya"

Dito tersenyum miring, kemudian berdiri dan berjalan ke ruang tamu. Meninggalkan Lera dan Eva diruang tengah.

Sepertinya Dito dan Farhan, Eva langsung mendekat pada Lera. "Ra"

"Hm?"

"Lo kenapa?"

"Apa?"

"Lo lagi ada masalah sama suami lo ya?"

Lera menggeleng. Ia kembali membuka Tupperware berisi butiran cilok yang belum berlumur sambal ke dalam mangkuknya. Kemudian kembali menambahkan sambal dan cabai bubuk juga kecap.

"Ck, liat gue dulu Ra!" Eva merebut paksa mangkuk cilok dihadapan Lera.

Lera mendengus, ia beralih mengambil bungkusan yupi. Tapi Eva kembali merebutnya, menyingkirkan semua camilan dan makanan dari hadapan Lera. Lalu memutar tubuh Lera agar menghadapnya.

Sedangkan Lera hanya menatap Eva malas sembari menahan desisan lidahnya yang terasa pedas dan panas.

"Gue ngga tau lo ada masalah apa, tapi insting gue bilang kalo lo lagi ngga baik-baik aja sama pakpol. Kalo lo mau cerita, cerita ke gue. Gue bakalan dengerin itu, tapi jangan bunuh lambung lo pake makanan sialan ini. Nyesel gue beliin lo cilok" ujar Eva.

Lera menatap Eva lempeng, kemudian menghela nafas gusar. "Kalo mantan gebetan lo ngajak jalan, lo bakal terima ngga?"

Eva menyerngit. "Mantan gebetan? Kok malah bahas-"

"Jawab"

Eva berfikir. "Eumm selama tuh orangnya ngga nyakitin gue, meskipun cinta gue bertepuk sebelah tangan gue bakal terima"

"Kalo lo udah ditolak dua kali?"

"Maksud lo, gue udah nembak dia dua kali. Terus ditolak mulu, gue bakalan mau apa ngga gitu jalan ama dia lagi?"

Jodohku Polgan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang