37. Don't be absent

63.5K 6.7K 188
                                    

Mood ku kembali naik ketika papasan sama pak polisi waktu di Alfamart:)
[Mana masih muda lagi. Yaallah sisain satu aja buat saya, kalo bisa nawar, orangnya yang kaya Dito ya]
PLISSS WOIII PENGEN TERIAK!

Niatnya ini tangan males buat gerak, ehh ketemu vitamin. Jiwa up ku meronta-ronta.

🦋🦋🦋

Sebagian orang merasakan bahwa jarum jam berputar sangat cepat, pagi berganti siang, sore, lalu malam. Begitu seterusnya.

Matahari sudah semakin naik, waktu juga sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Kini didepan salah satu kamar asrama polisi, Dito dan beberapa rekan dekatnya sedang mengobrol. Hanya sekedar mengobrol ringan, untuk mengisi sisa waktu istirahat.

Lebih tepatnya hanya rekan Dito yang tengah mengobrol ringan, pria itu tak ikut bergabung dengan pembicaraan mereka.

"Bengong aja bos, mikirin apa?" tanya Ryan- polisi muda yang berusia dua puluh empat tahun.

Andra- pria berusia dua puluh lima tahun itu terkekeh. "Maklum udah nikah, pasti kengen istri"

Dito menggeleng sembari tertawa kecil. "Enggak gitu juga, cuman perasaan saya nggak enak tentang istri saya"

Puk

Puk

Ryan menepuk-nepuk bahu Dito, polisi satu ini adalah teman Dito paling dekat. Bahkan saat acara pernikahannya dengan Lera, pria itu datang paling awal.

"Coba telfon aja, mumpung masih ada waktu. Atau mau pulang sebentar? Kata ibu saya, firasat buruk suami pada istrinya itu tak pernah salah. Coba aja" ujar Ryan.

"Pengantin baru, wajar aja kalo sering khawatir" ucap Andra.

Dito menghela nafas kecil. Bukan lebay atau terlalu posesif, namun perasaan mengganjal tentang Lera sudah muncul ketika ia apel pagi tadi.

Pria berfikir mungkin karna ia terlalu senang saat Lera mengakui perasaannya, lalu ia mulai berfikiran buruk karna takut Lera kepincut pria lain setelah mengatakan hal itu.

Dito meraih kunci motornya. "Nanti telfon kalo ada yang darurat" ucap Dito pada Andra dan Ryan, lalu ia pergi meninggalkan asrama.

Ryan dan Andra mengangguk. "Kapan ya saya nikah" gumam Andra.

Ryan terkekeh. "Nanti bareng ke KUA nya" canda Ryan.

°°°°°

"Kamu fikir saya akan mengasihani anak tidak berguna seperti kamu?!"

Gino menarik kuat tangan Lera lalu menyeret anak itu ke ruang tengah.

"PERGI! Jangan harap kamu pernah absen kuliah sehari pun" Gino membanting kuat tas kuliah Lera, tepat mengenai tulang pipi gadis itu hingga sedikit mengeluarkan darah akibat goresan sudut tas yang tajam.

Lera menunduk menahan tangis. Percuma saja ia jelaskan seberapa panjang pada ayahnya, pria itu akan tetap keras kepala dengan pendiriannya.

Lera meraih tasnya lalu berdiri dengan kepala yang menunduk. "Maaf yah, Lera janji ini terakhir kalinya Lera izin"

"M-maaf udah bikin ayah risih karna Lera ada disini"

Gino membuang muka. "Jika kesini hanya menyusahkan orang, lebih baik pergi. Jangan pernah datang kesini lagi"

Lera semakin menunduk, sebegitu bencinya Gino padanya. Bahkan untuk melihat wajahnya saja sepertinya Gino sudah benar-benar muak.

Jodohku Polgan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang