Bab 27 (Oh Hilda)

5.3K 476 38
                                    

Bismillah, semoga banyak yang suka hehe.

Hallo,

Selamat Pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam,

Kapanpun dan dibelahan dunia manapun kalian berada, I just wanna say Jangan lupa bersyukur karena masih diberi nikmat bernapas hingga sekarang gaes. Say Alhamdhulillah Alhamdhulillah Alhamdhulillah yang banyak-banyak-banyak yes!

Btw, Makasih untuk yang sudah meramaikan notifikasiku dengan banyak vote dan koment kalian, love you poll pokok e

Oke, mari kita lanjutkan kisahnya!

***

"Salam kenal tante, namaku Hilda comel!" Kismi membiarkan Hilda mencium tangannya, walau geli. Sepulang dari sholat jama'ah di Masjid komplek, Ummi Aminah membawa Kismi mampir ke rumah Khairani, kakak perempuan Gibran dan Fahri.

"Hilda panggil Kak Kismi aja ya, jangan tante. Oke?" pinta Kismi. Dirinya tak biasa dipanggil begitu, merasa tidak cocok dengan usianya.

"Tapi kata bunda Hilda suruh panggil tante, Kak!" Khairani dan Ummi Aminah tertawa kecil.

"Mbak Khairani, Hilda nggak papa ya manggil Kismi kakak saja. Soalnya kalau tante kayak gimana gitu!" kata Kismi dengan suara memohon.

"Loh, kamu kan memang istri Omnya Hilda Kis, manggilnya ya tante dong!" Kismi bergidik mendengar jawaban Khairani. Istri omnya? Ah Kismi bukan remaja jadi-jadian yang suka sama om-om kan? Sungguh, dia tidak seperti itu kok!

Melihat wajah Kismi yang memereh tapi bukan karena tersipu, membuat Ummi Aminah dan Khairani sedikit simpati tapi gemas juga.

"Ya sudah gapapa, biarkan Hilda manggil kamu Kak Kismi saja. Bisa kan Hil?" tanya Ummi Aminah seraya mengelus puncak kepala cucu pertamanya.

"Bisa dong Ummi!" semuanya tertawa.
"Kamu ini seperti Fahri saja Kis, dia loh nggak mau dipanggil Om sama Hilda. Maunya Mas aja, katanya biar nggak kelihatan tua!" lanjut Ummi Aminah. Kismi tersenyum. Normalnya memang seperti itu, maklum saja.

"Oh iya Kis, kamu satu Aliyah sama Fahri, kan? Tau Bu Hanum guru Bahasa Indonesia?" tanya Khairani mencari topik pembicaraan. Pasalnya, dia dulu juga bersekolah di tempat yang sama dengan Fahri dan Kismi.

"Tau mbak, beliau sudah pensiun tahun kemaren. Padahal cara ngajarnya enak banget ya, sayangnya sampun sepuh!"

"Hmm ancen wenak pol Bu Hanum iku. Biasanya guru Bahasa Indonesia itu membuat ngantuk murid, tapi kalau beliau tidak ya, malah mau belajar terus dan terus."

"Iya mbak, sabar banget juga. Tegas tapi nggak pernah marah-marah. Tipe guru favorit banget!"

"Selamat pagi anak-anak, perkenalkan nama Ibu, Hanum Ning Tyas. Guru Bahasa indonesia. Rumah Ibu di jalan MT. Haryono, Dinoyo, Malang. Kalau kalian lagi main di MDC (mall Dinoyo City) monggo ibu haturkan mampir!"

"Salam kenal Bu, siap mampir hehe!" jawab anak-anak sumringah.

Tiba-tiba Kismi teringat dengan Tugas akhir praktik bahasa Indonesia waktu kelas 10 dulu. Saat itu mereka mendapatkan tugas memerankan drama Film berjudul Cahaya Pesantren. Dan Kismi yang berperan menjadi Marshila Silalahi, sedangkan tokoh Rifqi ya di perankan Fahri. Sejak saat itulah, perasaan keduanya diam-diam semakin tumbuh dan menjalar. Meskipun tak ada yang tau.

"Kis?"

Sentuhan lembut Ummi Aminah di pundak Kismi membuyarkan lamunannya.

"Eh, iya Mi?"

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now