Bab 6

6.4K 511 18
                                    

 20 April 2002

Hujan deras mengguyur Kota Malang kala itu. Petir mengkilat di langit malam, seperti cahaya kamera yang siap membidik objeknya. Sementara Anita mondar-mandir di teras rumah menunggu kedatangan sang suami yang janjinya akan tiba malam itu setelah dinas di luar kota selama hampir 3 bulan lamanya.

Anita tersenyum lega tatkala mobil suaminya memasuki gerbang rumah.

"Alhamdhulillah, akhirnya Mas Harun datang juga!" lirihnya. Segera ia mengambil payung untuk Dokter Harun.

Petir yang mengkilat dilangit seakan-akan menyambar hati Anita. Kedua bola matanya memanas ketika melihat Dokter Harun tidak pulang sendirian, dia datang bersama seorang bayi yang berada dalam gendongannya.

"Mas, anak siapa ini?" tanya Anita gugup, jantungnya berpacu dengan cepat seperti usai mengikuti perlombaan lari marathon saja.

"Maaf sayang, ini anakku!" pengakuan tak terduka yang dilontarkan Dokter Harun membuat Anita seketika tak sadarkan diri. Hatinya hancur sehancur-hancurnya.

"Anita...!"

Setelah peristiwa yang terjadi pada malam itu, Anita mengurung diri di kamar, enggan bertemu dan berbicara dengan Dokter Harun. Apalagi ketika mendengar tangis bayi itu membuatnya ikut menangis juga. Bagaimana mungkin kesetiaanya dibalas dengan penghianatan sedemikian teganya. Anita juga menangisi dirinya sendiri yang terlalu percaya kepada Sang suami, sampai-sampai tidak peka dengan perubahan sikap Harun belakangan ini.

"Pantas saja Mas Harun terburu-buru balik lagi ke Yogyakarta waktu itu, ternyata wanita simpanannya sedang hamil!" bathin Anita.

Pintu kamarnya terbuka, Elsa yang saat itu masih berusia 10 tahun menghampiri bundanyanya.

"Bunda, adek bayinya lucu banget loh! Pipinya tembem, kata ayah  itu adek Elsa ya?" tanyanya. Anita membelai lembut rambut panjang Elsa.

"Aaayah bilang gitu, Nak?"

"Iya Bunda, kata ayah itu adek Elsa. ayah menyuruh Elsa untuk menyayangi dan menjaga dia!" katanya bangga, karena memang sudah lama Elsa mengharapkan kehadiran seorang adik.

"Ma, ayo kita main sama adek bayinya!" ajak Elsa antusias. Sejak di sekolah tadi dia memang pengen cepat-cepat pulang, pipi menggemaskan si bayi membuat Elsa nggak sabar pengen mencubitnya.

"Elsa main sama adek bayinya sana! Bunda mau istirahat dulu ya!" wajah Elsa cemberut.

"Memangnya Bunda nggak capek tidur terus?" Anita menggelang lalu tersenyum.

"Ya sudah cepet sana, nanti adek bayinya nangis loh!" gumam Anita. Hatinya boleh hancur, tapi Elsa jangan, cukup dirinya saja yang merasa dikelabuhi Harun.

"Oke Bunda, Elsa mau main sama adek bayi dulu ya!" Anita menggangguk, membiarkan Elsa keluar dari kamarnya.

Selepas kepergian Elsa, Anita menangis lagi.

Tak lama setelah itu, pintu kamarnya kembali terbuka. Kali ini yang datang adalah Mas Harunnya.

"Anita, kamu harus mendengarkan penjelasanku dulu sayang!" Harun mendekatinya, duduk disisi ranjang.

Anita langsung menutup sekujur tubuhnya dengan selimut.

"Anita, maafkan aku karena tidak jujur dari awal. Iya, aku memang telah menikah dengan seorang gadis sewaktu dinas di Yogyakarta yang pertama, 2 tahun silam. Tapi, wallahi sebenarnya pernikahan itu bukan atas kehendakku. Kejadian sebenarnya adalah aku hanya menggantikan posisi calon suami Lina yang mengalami kecelakaan sehari sebelum pernikahan mereka." Harun menjeda ucapannya, menghembuskan nafas gusar.

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang