Bab 39 (Bocil Komplek Overaktif)

4.2K 387 29
                                    

 Bismillahirrahmanirrahim, 

Halo, anyeong.

Assalamu'alaikum.

Selamat berjumpa lagi.

Semoga cerita ini masih dinanti,

Oke deh,

Cus langsung gass baca kuy!

***

Semburat senja sore hari samar-samar mulai mewarnai bagian langit di ufuk barat. Burung-burung merpati beterbangan dengan indah dari atap satu rumah ke rumah lainnya, begitupun anak-anak kecil yang jalan beriringan dengan galak tawa yang memenuhi perjalanan mereka sehabis pulang dari madrasah diniah. Menikmat setiap obrolan dan candaan yang hanya dimengerti kaum bocil saja. 

"Ciye! Syueb cinta Fifah rek!" jerit mereka saling lempar olokan.

"Loh! Itu dia Mbak Kismi!" seru seorang anak kecil yang berumur kurang lebih 10 tahunan saat melihat Kismi turun dari mobil. Jilbab pink yang dikenakan meleot diterpa angin.

Kismi menutup kembali pintu mobilnya. Ada sekitar 4 anak perempuan berbaris di depan rumahnya. Menyaksikan Kismi yang beberapa hari tak ditemui.

"Eh Zainab! Baru pulang madrasah ya?" Kismi mendekati mereka. Itu hanya pertanyaan selingan. Jelas-jelas Kismi tentu tau kalau mereka baru pulang dari madrasah, bukan  dari pasar.

"Hehe iya Mbak. Mbak kemana aja kok nggak kelihatan ?" tanya anak perempuan yang lain.

"Hmm Mbak Kismi nggak kemana-mana sih, beberapa hari lalu menginap dirumah saudara."

"Loh rumah saudara yang mana Mbak? Budhe Anita sama Pak Harun loh katanya baru berangkat kemaren ke Semarang!" sanggah anak perempuan bernama Siti.

"Wah! Mas-mas itu siapa Mbak?" semua mata mengarah pada Kapten Gibran yang baru turun dari mobil juga. Mengangkut beberapa tas yang dibawa dari rumah. Melupakan ucapan yang dilontarkan anak perempuan berbadan kurus tadi.

"Halo Mas ganteng!" sapa anak perempuan berkerudung bergo rabbani warna orange yang warnanya senada dengan setelan busana muslim yang dikenakan. Namanya Andin, terkenal paling endel dari temen-temennya.

Kapten Gibran menoleh, dibalasnya dengan senyum.

Kismi diam mematung. Bingung menghadapi bocil-bocil kompleks yang terkenal overaktif itu. Mereka memang dekat dengan Kismi. Selain karena biasanya Kismi ikut bantu-bantu mengajar di Madrasah. Kismi juga sering mengajari alias les privat pelajaran Matematika dan Ipa gratis terhadap mereka setiap akhir pekan atau ketika akan menjelang ujian.

"Andin jangan genit deh!" Zainab menyikut kesal lengan Andin.

"Ih Zainab apaan sih? Mas nya 'kan memang ganteng, ngomong-ngomong itu siapa Mbak Kis? Saudara atau siapa?" Andin terlihat paling exited dari yang lain. Andin memang terkenal paling genit dan kinclong dibanding bocil lainnya, Zainab terkenal paling dewasa dan suka menasehati, Siti terkenal sebagai sumber informasi yang terjadi diantara warga-warga komplek, dan satu lagi yang bernama Afifah terkenal paling santuy dan cuek diantara mereka.

"Kata Ibuku, itu suaminya Mbak Kismi loh Ndin! Masak nggak tau sih?" Anak perempuan yang lain ikut menyahut. Tentu saja itu Siti, si pembawa informasi.

"Apa? Mbak Kismi sudah menikah? Siti jangan bohong deh!" Ketiga anak perempuan yang lain terlihat kaget. Anak perempuan berbaju bunga-bunga yang bernama Siti itu terlihat santai. Rumahnya memang tepat di depan rumah Kismi. Jadi tidak heran jika lebih mengetahui seluk beluk tentang Kismi. Di jaman Kini, bocil kepoan sudah banyak ditemui.

"Tanya aja langsung sama Mbak Kismi, iya kan Mbak?"

Kismi garuk-garuk kepala. Tatapan ke 4 bocil tersebut mengarah tajam kepadanya, tatapan intimidasi. Menanti sebuah klarifikasi dan jawaban yang harus diungkapkan segera.

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now