Bab 9

5.8K 499 20
                                    


Menjelang hari jadi pernikahan Gibran dan Elsa yang waktunya semakin dekat. Kedua keluarga mereka dibuat benar-benar sibuk mempersiapkan acara yang katanya digelar cukup meriah. Wedding Organizer yang menangani acara pernikahan mereka juga bukan sembarang WO. Elsa yang notabenya adalah seorang wanita karier yang perfeksionis memilih jasa WO terbaik di Kota Malang. Tak peduli berapa rupiah yang akan dikeluarkannya.

Gedung acara, gaun pernikahan, chatering, wedding invitation, cincin kawin, semuanya dari kualitas tingkat tinggi. No kaleng-kaleng club.

Semua harus terlihat sempurna!

Hari ini Elsa dan Gibran berniat mengambil cincin pernikahan mereka yang sudah dipesan sebulan yang lalu. Sebenarnya Gibran merasa enggan, tapi karena paksaan Aminah membuatnya tak ada pilihan untuk menolak.

"Saya sudah sampai di depan rumah kamu!" tulis Gibran di aplikasi Whattsap nya.

"Oke, aku keluar!" balas Elsa.

Tak butuh waktu lama, Elsa muncul dengan penampilan yang jauh dari kata muslimah. Dengan mengenakan dress brokat selutut berwarna merah maroon, yang dipadu dengan tas slempang dan high heels berwarna hitam pucat. Penampilannya memang sangat jauh berbeda dengan Kismi. Ibarat langit dan bumi. Elsa yang kebarat-baratan, Kismi yang ketimur-timuran.

Gibran mengalihkan pandangannya. Enggan.

"Hai!" sapa Elsa saat dia masuk kedalam mobil Gibran lalu duduk di samping kemudi.

"Astaghfirullah!" Istighfar Gibran dalam hati. Sebenarnya dia tak habis pikir dengan orang tuanya yang menjodohkan dirinya dengan seseorang seperti Elsa. Jika bukan karena nadzar leluhurnya, tentu saja Gibran memilih menjadi single seumur hidup saja.

Mobil melaju perlahan, membelah jalanan padat Kota Malang. Menuju toko perhiasan Emas dan Berlian terbaik disana.

Hening, tak ada suara yang dilontarkan. Yang terdengar hanyalah bunyi deru mobil saja.

"Oh iya, ada yang perlu kita bicarakan!" suara serak Elsa memecah keheningan.

"Bicaralah!"

"Setelah menikah, aku nggak mau kita punya anak!" ucapan santai yang dilontarkan Elsa membuat Gibran kaget lalu menepikan mobilnya. Tepat di atas jembatan yang memisahkan dua kampung warna warni yang cukup terkenal, kampung Arema dan Jodipan.

"Maksudnya?"

"Maksudnya ya, aku nggak mau hamil, nggak mau melahirkan, nggak mau menyusui, apalagi membesarkan anak!" tegas Elsa.

"Aku nggak mau dibuat repot dan rempong hanya karena mengurusi anak!" ujarnya lagi.

Rahang Gibran mengeras. Tak habis pikir dengan jalan pemikiran Elsa yang absurb.

"Kamu tau sendirikan, karir, popularitas, dan reputasi yang sudah kubangun susah payah selama ini? Mana mungkin aku menghancurkannya!"

Tanpa berkata, Gibran kembali melajukan mobil. Kali ini dengan kecepatan diatas rata-rata.

"Astaghfirullah!" gumam Gibran dalam hati. Entah dosa apa yang telah dia perbuat di masa lalu hingga menjadikannya seperti mendapat sebuah kutukan.

***

"A B C lima dasar!"

"A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N!"

"Nanas!" teriak Nadia exited.

"N? N? Nangka!" teriak Aisya nggak kalah exited.

"Tuh kan, aku kalah lagi huhu!" rengek Kismi. Dengan senang hati Nadia dan Aisya membedaki wajah unyuk-unyuk Kismi dengan bedak tabur Cussons Baby. Terlihat semakin unyuk-unyuk saja.

"Udah ah, ganti nama orang aja yuk! Masak dari tadi aku Cuma berhasil sebut satu kali, Rambutan lagi" ajak Kismi pasrah. Rambutan adalah satu-satunya buah yang dia benci. Alasannya, karena semasa kecil dulu dia pernah tertelan bijinya.

"Oke siapa takut! Kuy! Aku yang pimpin ya," kata Aisya

"A B C lima dasar!"

"A, B, C, D, E, F, G.."

"Gibran!" teriak Kismi

"H,I, J, K, L."

"Laila!" teriak Aisya

"Lisa!"

"Loh kok L sih, tadi kan G!" protes Kismi tak terima.

"Aduh, apaan sih Kis, Aisya kan memang belum selesai ngitungnya. Kamu aja yang keburu jawab. Akutuh nambah lagi 5 jari nih!" Nadia menyodorkan kelima jari tangan kanannya.

"Kalian curang deh!" Tanpa memerdulikan Kismi, secepat kilat mereka berdua kembali membedaki wajah Kismi.

"Astaghfirullah, awas ya kalian!"

***

Cincin kawin dengan taburan 30 berlian grade F, yang ditata rapi melingkari badan cincin secara spiral dengan menyisahkan bagian tengah cincin yang polos dengan ukiran menyerupai simbol diamond . Memiliki tingkat kejernihan VVs (Very very slight ) menjadikannya dapat merefleksikan cahaya lebih banyak sehingga cincin terlihat lebih berkilau. Dan lagi, finishing glossy and doff membuat cincin itu sangat cantik dan menawan.

Memanjakan setiap mata yang memandang.

"Oke nice!" gumam Elsa tatkala cincin itu bertengger di jari manisnya dengan elegant.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Elsa, memperlihatkan cincin di jarinya kearah Gibran.

"Bagus," jawab Gibran tanpa ekspresi. Melirik sekilas lalu manik matanya kembali fokus menatap ponsel yang dipegangnya.

Merasa dicuekin, Elsa merebut secara paksa ponsel dari genggaman tangan Gibran.

"Bisa nggak hargai aku sedikit?" Elsa meninggikan suaranya satu oktaf. Membuat beberapa pelanggan otomatis melihat kearah mereka berdua.

"Apa sih?" Gibran meraih ponselnya. Tangan Elsa yang berusaha merebutnya lagi dihalau Gibran, yang membuat tangan kanannya terantuk etalase perhiasan.

"Aw, Gibran!" pekik Elsa. Dicermatinya cincin itu, khawatir lecet.

"Pokoknya aku mau ganti titik!" tegasnya sembari melepas cincin dari jari manisnya.

"Elsa! Jangan seperti anak kecil!" sahut Gibran nggak kalah tegas. Diraihnya cincin yang Elsa letakkan di atas etalase itu. Diliriknya sekilas.

"Hanya karena kelecetan sebesar 5% kamu akan mengganti cincin yang sudah dipesan jauh-jauh hari ini?" tanya Gibran skiptis.

"Jelas lah! Aku nggak mau sesuatu apapun terlihat tidak sempurna dan mengganggu pandangan mata!" sengit Elsa,

"Mata siapa yang kamu maksud, hm?" Gibran mencoba menahan emosinya.

"Gibran, perlu kamu ingat baik-baik! Dalam perjodohan ini yang bernadzar adalah kakekmu, yang berjanji juga kakekmu. Jadi mau nggak nggak mau kamu harus turuti apa yang aku mau!" Elsa mengalihkan pembicaraan. Andai saja menghujat tidak dosa, andai saja kanibalisme tidak diharamkan, mungkin Elsa adalah orang pertama yang akan ditelan Gibran mentah-mentah.

Andai saja mereka tidak terikat tali perjodohan!

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now