Bab 11

6K 534 1
                                    


Jika Sang Maha Pemilik Seluruh Alam berkehendak, cukup Kun Fayakun maka jadilah. Segala apapun itu. Baik hidup, mati, jodoh, rizki manusia, semua sudah diatur. Kita boleh merencanakan, tapi untuk hasil akhirnya kita serahkan saja pada Yang Maha Kuasa.

Karena sebaik-baiknya perkara, seindah-indahnya rencana, semua dari-Nya.

Kita cukup berdoa, berusaha, dan berpasrah!

Gibran duduk termenung di atas kapal Fery yang sedang melakukan transit di Singapore sebelum melakukan perjalanan pulang ke Indonesia. Setelah peristiwa yang terjadi di toko perhiasan beberapa hari lalu, dia memang langsung kembali bertugas memimpin jalannya pelayaran kapal Fery menuju Bangkok.

Kesibukan bekerja, hamparan laut biru, cukup bisa membuatnya melupakan kegundahan hatinya. Tapi Beberapa jam Yang lalu, telpon dari Ummi Aminah merubah segalanya.

"Astaghfirullah, Ummi serius?" tanya Gibran saat itu. Dari seberang sana terdengar suara isakan Ummi Aminah.

"Ummi serius, Nak! Tadi malam keluarga Dokter Harun dan Istrinya datang dan mengabarkan kalau Elsa sudah pergi dari rumah!" Isakan Ummi Aminah mengeras. Gibran terdiam. Entah dia harus senang atau sedih. Karena, pada dasarnya dia memang kurang sreg dengan pernikahan yang akan dialaminya itu. Tapi mendengar sesenggukan isak tangis perempuan yang sangat dia hormati di dunia ini, anak mana yang akan tega?

Gibran menyandarkan punggungnya di badan kapal.

"Ummi yang tenang, InsyaAllah besok malam Gibran sudah sampai rumah Mi, kita selesaikan masalah ini bersama-sama!" Ummi Aminah mengangguk mendengar ucapan putranya, meski tak terlihat.

"Kamu yang sabar ya, Nak! Hati-hati!"

"Iya Mi, Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumsalam!" Gibran meletakkan ponselnya asal. Semenanjung Malaka menjadi saksi bisu hatinya yang sedang kalang kabut ini.

***

Jika Ummi Aminah menangis karena tak tega denga jalan takdir Gibran, maka tak ada bedanya juga dengan Anita yang menangis sesenggukan mengingat anak sulungnya yang pergi entah kemana.

Dipegangnya erat-erat kertas surat yang memang ditinggalkan oleh Elsa di kamarnya.

Ma, pa, Maaf Elsa harus pergi

Tolong jangan cari Elsa

Elsa pasti baik-baik saja dengan jalan hidup Elsa

Elsa akan pergi ke tempat dimana Elsa bisa hidup bebas dengan apa yang selama ini Elsa mau dan harapkan.

Maafkan Elsa yang dengan lancang menyakiti hati Mama dan Papa secara terang-terangan.

Elsa sayang kalian!

Titip salam maaf Elsa untuk keluarga Gibran.

Titip salam sayang Elsa untuk Ziyad dan Kismi juga

Elsa pergi, maaf!

Elsa Liana Safara

Dokter Harun mondar-mandir di ruang keluarga. Ditelponinya satu-persatu teman dan kenalan Elsa. Tapi, tak ada satu pun diantara mereka yang mengetahui keberadaannya.

"Pa, coba tanya orang-orang kantornya pa!" ujar Anita dengan suara parau.

"Baik ma, sebentar"

Hampir 3 menit, dokter Harun berbincang serius dengan lawan teleponnya.

"Gimana pa?" tanya Anita saat dokter Harun mematikan sambungan telephon.

"Kata mereka, Elsa telah resaign sejak pekan lalu, Ma!" Dokter Harun duduk lalu menyandarkan punggungnya yang terasa berat. Seakan-akan beban manusia di dunia ini di limpahkan kepadanya.

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Kde žijí příběhy. Začni objevovat