Bab 33

5.5K 443 11
                                    

Bismillah semoga banyak yang suka hehe,


Selamat hari senin, 

Semangat melanjutkan hidup kembali.


***

"Kalau bisa, alarm hape kamu ganti ringtone biasa aja! Semalem saya kaget ada bunyi sirene polisi tepat didekat telinga saya!"

Kismi yang sedang memakai kaos kaki putih hitamnya melirik kearah Kapten Gibran yang tengah sibuk mengancingi kemeja yang ia kenakan. Hari ini hari senin. Hari permulaan belajarnya di sekolah untuk 6 hari kedepan. Hari berat bagi beberapa kalangan pelajar.

"Iya maaf, nanti Kismi ganti deh. InsyaAllah kalau nggak lupa hehe!" Kismi meraih tas sekolahnya yang tergeletak di meja rias yang fungsinya belum menjadi tempat rias. Disana berisikan berbagai tumpukan kertas milik Kapten Gibran.

Ketika hendak keluar pintu, Kismi membalikkan badannya. Bergerak mendekati Kapten Gibran.

"Ada apa?" tanya Kapten Gibran heran. Prediksinya, mungkin Kismi ingin mencium tangan kanannya.

"E Kapten, Kismi boleh minta uang saku nggak? Kismi malu yang mau minta sama Ummi, sebenarnya Kismi ada duit sih, tapi buat bayar ojol!" Kismi berujar dengan seringainya.

Tanpa berucap, Kapten Gibran meraih dompetnya dan mengulurkan selembar uang kertas 50 ribuan. "Kurang?"

Kismi menggeleng kuat, "Ini malah kebanyakan Kapten, 20 ribu aja!"

"Nggak ada uang 20 ribuan!" Kismi menarik uang yang diangsurkan Kapten Gibran.

"Nanti Kismi janji kembalikan yang 30 deh Kapten. Makasih ya, tapi kalau Kismi lupa tagih aja gapapa, gausah sungkan. Kismi turun duluan!"

Ulah Kismi membuat Kapten Gibran menggeleng saja.

Di ruang makan, telah berisikan Ummi Aminah, Fahri, dan Abah Hasan yang tengah menyantap nasi pecel yang dibeli di pojokan perempat jalan sana. Nasi pecel yang paling terkenal se-seantero kelurahan.

"Sini Kis, sarapan dulu!" Kismi duduk di kursi sebelah Ummi Aminah.

"Berangkat sekolah mau bareng Fahri apa diantar Gibran saja?"

"Eh, itu Mik, Kismi mau pulang dulu. Ada buku temen yang ketinggalan!" ucapnya gugup.

"Kalau masih mau kerumahmu jadi muter loh Kis,"

"Hehe iya Mik, tapi lagi kepepet ini."

"Ya udah tunggu Mas Gibrannya, sambil sarapan dulu, ini!" Ummi Aminah menyalurkan sebungkus nasi pecel kehadapan Kismi.

"Kismi naik ojek online aja Mik, waktunya udah mepet. Nasi pecelnya Kismi bawa ya. Pamit Mik," Kismi mencium tangan kanan Ummi Aminah, lalu Abah Hasan.

"Kismi berangkat ya Bah," ucapnya, Abah Hasan tersenyum. Jujur saja, sebenarnya Abah Hasan masih terasa canggung dengan keadaan ini. Dalam keluarga ini, abah Hasan merasa Kismi lebih pantas menjadi putrinya. BUkan menatu.

Tapi ya sudahlah...

"Hati-hati Nak,"

"Enggeh Bah, Assalamu'alaiukum!"

"Wa'alaikumsalam,"

Barusaja Kismi keluar dari pintu rumah, Kapten Gibran muncul dengan segarnya.

"Perasaan tadi malam udah keramas sekarang keramas lagi kamu Bran, kenapa? Kota Batu berubah jadi panas ya?" ucap Ummi Aminah santai, menatap Rambut Kapten Gibran yang klimas-klimis. Membuat Abah Hasan dan Fahri menghentikan aksi makannya, menganga kaget.

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt