Bab 10

6.4K 468 13
                                    


Bagi orang yang selalu Bahagia, waktu akan berjalan begitu singkat.

Sedang bagi orang yang menunggu, waktu berlalu begitu lambat.


Waktu berjalan begitu cepat. Ibarat anak panah yang melesat secepat kedipan mata. Hari Senin bertemu Senin lagi, matahari tenggelam terbit lagi, bintang-bintang menghilang muncul lagi. 24 Jam tak terasa hanya seperti setengah hari. Kesibukan manusia memang membuat waktu berjalan semakin singkat. Entah karena kesibukan dunia atau akhirat. Entah dihabiskan untuk hal sia-sia atau manfaat. Itu pilihannya.

Tak ada yang bisa menghentikan jalannya waktu selain Sang Maha Pencipta.

Tapi tidak untuk Kismi Alisya Humairah, gadis itu merasa waktu berjalan begitu lambat. Dilihatnya kalender yang menggantung di dinding kamar pesantren, masih tanggal 20 Desember.

"Astaghfirullah Kis, lama-lama tu kalender aku buang ya?" ujar Nadia jengah melihat Kismi yang hampir 10 menit sekali melihat dan menghitung tanggal.

"Yah, kita pulangnya masih kurang 10 hari lagi Nad! Lama banget sih?" gerutu Kismi, bahunya bersandar di ranjang susunnya.

"Sabar Kis, sabar! 10 hari cepet kok!" Nadia berkata seraya memotong kuku jari tangannya.

"iya cepet di kamu Nad! Lambat di aku!"

"Hmm. Yaudah jangan ditunggu, waktu jika semakin ditunggu emang semakin lambat berjalan Kis, nikmati saja setiap detik hidupmu!" Kuku potongannya mental kearah pipi Kismi.

"Aw! Nadia ih!"

"Eh maaf-maaf Kis, hehe!"

"Kenapa Kak Elsa harus menikah bertepatan dengan pesantren kilat sih Kis? Kan jadi kamu juga yang riweh?" tanya Nadia. Retinanya terus berfokus kegaris-garis jarinya.

"Ye, mana aku tau Nad! Udah takdirnya juga kalik!"

"Kis, ini ada titipan dari Fahri!" Mendengar nama Fahri disebut, Kismi spontan menoleh kearah sumber suara. Azizah datang menghampirinya.

Diraihnya map titipan dari Fahri itu.

"Tadi aku dapat telpon dari ayahku, terus ada Fahri mondar-mandir di depan pagar pembatas sana Kis, ternyata nyari kamu!" jelas Azizah.

"Oke, makasih ya!"

"Sama-sama!" jawabnya lalu pergi.

"Apa tuh?" tanya Nadia, melirik kearah map yang dipegang Kismi.

"Kayaknya laporan sementara deh Nad!" Kismi membukanya perlahan.

"Tuh kan Bener!" Kismi membacanya perlahan. Tanpa sadar, ada secarik kertas yang terjatuh dari sana.

"Eh, apaan nih?" Nadia mengambil kertas yang jatuh di pangkuan Kismi itu.

" Masya Allah, Kis! Lihat ini!" Kaget Nadia, bola matanya terbelalak. Nadia menyodorkan kertas yang dipegangnya.

"Apa sih?" Kismi meraihnya penasaran, "Astaghfirullah!"

"Uhibbuki Fillah, Kismi. (Fahri)"

Mulut Kismi menganga lebar, satu baris tulisan di kertas putih itu membuatnya hampir tak sadarkan diri.

"Nad! Tolong cubit lenganku!" Nadia mengangguk patuh, dicubitnya lengan Kismi cukup keras.

"Sakit! Bukan mimpi dong!" shok Kismi. Bekas cubitan Nadia dielusnya perlahan.

"Wah, selamat! Ternyata selama ini kalian saling mencintai dalam diam, hmm so sweetnya."

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang