Bab 54 (Tentang sebuah janji)

3.5K 420 61
                                    

Bismillah,

Assalamu'alaikum semua,

Sehat-sehat wae kan?

Utututu gimana nih? Kangen nggak (Berharap dikangenin sih, hehe)


Semoga part ini tidak mengecewakan, AAmiin,,,,




Eh Rek, yang merasa belom follow akun ku, yuk bisa yuk difollow dulu,

Tak enteni loh ya, hehe

Biar tambah semangat aku tuh

***

Pagi itu, selepas pulang dari danau yang lokasinya tak jauh dari pasanggrahan, iseng-iseng Kismi mendekati segerombolan ibu-ibu desa yang sedang ngemong bayi mereka sambil rasan-rasan di Taman.

"Mbaknya pengunjung dari mana ya?" tanya seorang ibu-ibu berdaster merah.

"Dari Malang Buk,"

"Mas-mas yang guwanteng tadi suaminya?" Ibu-ibu berdaster bunga mawar ikut melempar pertanyaan. Kismi terdiam, kemudian mengangguk pelan.

"Hemtala, senengnya yo nduwe bojo guwanteng, pawak'ane apik pisan, garai iri wae!" (Hemtala, seneng banget ya punya suami tampan yang postur tubuhnya juga bagus, membuat iri hehe)

"Seng syukur awakmu Sri- sri! Masio bojomu ra ganteng penting sogeh kan? Penting iso mbandani tuku skincare-an Hahah!" kelekar ibu-ibu baju merah, lalu diiringi gelak tawa yang lainnya.

(Kamu harus bersyukur Sri, meskipun suamimu tidak tampan, yang penting kaya 'kan? Yang penting bisa modalin kamu untuk skincare-an haha!)

"Lah iyo, mantab betul itu!"

"Mbaknya, kesini lagi bulan madu ta ceritane?" Ibu-ibu desa kembali fokus dengan keberadaan Kismi yang diam mematung mendengar obrolan receh para wanita dewasa dihadapannya itu.

Kismi terdiam, kemudian mengangguk pelan. Ingin menjelaskan tujuan yang sebenarnya pun percuma. Ibu-ibu nggak akan paham dengan kondisinya.

"Bulan madu kok nang deso lah yo? Harusnya ke Bali gitu Mbak, banyak tempat sweet-nya . Kalau ke desa yang dijumpai malah persawahan dan kebun sayuran. Ra ono sweet-sweet nya sama sekali."

Kismi tersenyum simpul.

"Tujuannya memang untuk menenangkan diri dari keramaian Buk, sekalian sowan ten Kyai Mannan dan Bu Nyai Shobibah."

"Loalah, muridnya toh?"

Kismi mengangguk pelan.

"Kyai Mannan dan Bunyai terkenal sebagai pasangan suami-istri yang selalu harmonis Mbak, ratau tukaran (Tidak pernah bertengkar). Selalu ngedemno pasangane. Nyuwono Nasehate beliau, In Sya Allah rumah tangga menjadi adem tentrem."

Kismi mengangguk lagi. Kemaren, saat ia dan Kapten Gibran sowan kesana, Kyai Mannan dan Sang Istri memang memberikan banyak nasehat cinta dan keharmonisan dalam berumah tangga. Yang mana, langsung dibuktikan oleh Kapten Gibran semalam, saat dengan santainya ia mencium pipi Kismi di depan bale-bale pasanggrahan.

Mengingat kejadian semalam, membuat Kismi keki sendiri. Rasanya begitu membekas di ingatan.

"Karakteristik setiap ibu hamil itu beda-beda mbak, ada yang bawaannya mau dekat sama suaminya terus, ada juga yang harus jauh-jauhan, soalnya kalo mencium aroma tubuh suami bikin enek katanya." Kelekar seorang ibu-ibu muda berusia kisaran 30an tahun tanpa ditanya.

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang