Part 3

20.3K 2.5K 17
                                    

Asia masih merenung di atas tempat tidur-nya, "Apa gue ketemu bang Renal dulu aja ya? Tapi pasti dia ngak bakal percaya"

"Tapi gue bener-bener ngerasa sendirian kalo kaya gini terus," guman lirih Asia.

Ia hanya jiwa yang tersesat, ia tidak benar-benar memahami permasalahan Asia asli. Ia juga masih merasa asing dengan semua orang yang ada di dalam rumah ini serta lingkungan sekitar-nya.

Tetapi saat ini Asia harus segera memutuskan, "Oke, karena sekarang gue yang pake tubuh ini jadi ijinin gue buat pake tubuh lo sepenuhnya ya Asia, gue juga ijin buat ngerubah diri lo, boleh kan? Harus boleh, ngak mau tau."

"Mm.. gue telpon bang Renal dulu kali ya? Nanti jelasinnya pelan-pelan," ia segera membuka hp milik Asia yang sedari tadi belum ia pegang.

"Untung gue hafal nomer bang Renal," Asia segera mendial nomor telepon yang di ketik-nya.

Sesaat kemudian,

"Halo?"

"Bang Renal.."

"Iya, ini siapa ya?"

"Nama aku Asia, boleh kita ketemu besok? Ada yang mau aku omongin sama abang, penting"

"..."

Karena tidak mendengar jawaban di sebrang-nya Asia segera melihat layar hp yang ia pegang, ternyata masih tersambung.

"Halo?"

"Bentar-bentar, emang kita kenal? Pernah ketemu?"

"Intinya besok kita harus ketemu, ada yang mau aku omonin sama bang Renal dan ini penting banget, tentang Putri Satwika"

"..."

Saat Asia mengatakan itu terjadi keheningan panjang.

"Kamu.. tau Putri?" Suara di sebrang terdengar lirih.

"Iya, sangat tau"

"Oke, kita ketemu besok, di mana?"

"Cafe Rainbow?"

Itu adalah cafe yang di miliki Putri.

"Boleh, saya bisa pukul 3 sore, kamu?"

Sebelumnya ia sudah melihat jadwal Asia di kampus, dan besok ada jam kuliah pagi jadi kemungkinan sore ia ada waktu.

"Oke"

Setelah itu sambungan terputus,
Satu masalah sudah ia tangani, tinggal menjelaskan semuanya kepada Renal dan ia bisa memulai hidup sebagai Asia.

¤¤¤¤

Saat ini Asia baru saja keluar dari kampus-nya,

"Asia ntar ke rumah gue yuk, gue ada drakor baru nih," ajak Hera, satu-satu-nya teman dekat yang Asia miliki,

"Ngak bisa Ra, jam tiga gue ada janji sama orang" jawab Asia sambil melihat jam di pergelangan tangan kiri-nya. Baru pukul setengah dua sebenarnya.

"Widih tumbenan, sama siapa? Ngak mungkin bang Bian kan?" ujar Hera sembari tertawa ngakak.

Asia memutar bola mata-nya,
"Tadi gue udah bilang yaa, gue mau lupain bang Bian dan yang mau gue temuin itu bukan bang Bian"

Memang tadi Asia sudah menceritakan semua yang di alami Asia asli setelah teman Asia itu terus mendesak kenapa ia tidak masuk tiga hari, karena keluarga-nya hanya memberi surat ijin kepada pihak kampus.

Dan tentu saja kecuali Asia yang pingsan akibat jatuh dari tangga Asia tidak menceritakan jika saat ini ia bukanlah Asia yang asli.

Dan apa reaksi yang diberikan teman Asia yang sekarang otomatis menjadi teman-nya juga itu, setelah medengar cerita Asia?
Ngakak tentu saja, bukan-nya khawatir karena secara tidak langsung penyebab Asia jatuh adalah Hera.

Memang benar-benar kurang ajar si Hera itu.

"Sumpah deh Si, gue hari ini tuh heran banget sama lo. Pertama, mana muka tante-tante lo? Kedua, ni baju bang Aaron yang lo pake? Jadi tambah keliatan boncel lo kalo pake baju kebesaran gini. Ketiga, dan yang paling bikin gue syok! Lo bilang mau lupain bang Bian?!" Hera geleng-geleng kepala.

"Lo lupa gimana lo ngemis-ngemis cinta sama dia? Gimana lo rela keserempet motor pas liat mobil dia lewat depan kampus biar bisa di tolongin, terus lo lupa saat lo mati-matian rubah penampilan lo biar keliatan dewasa supaya bisa sebanding sama tuh sahabat SMA nya, karena kata lo si Bian suka wanita yang keliatan dewasa"

Asia terdiam mendengar penuturan Hera, teman Asia dari jaman SMA dulu.

Ya benar, memang semua yang dikatakan Hera adalah kebenaran, se-bodoh itulah Asia dulu, ia rela melakukan apa saja demi mendapatkan perhatian Bian walau itu semua tidak berarti apa-apa di mata Bian.

Hal ini juga yang menjadi salah satu penyebab-nya dulu masih melajang hingga akhir hidup-nya, ia tidak ingin bodoh karena cinta.

Maka dari itu, saat ini ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua yang diberikan Tuhan kepada-nya, ia ingin memutus semua hubungan antara tubuh yang di tempati-nya sekarang dengan Bian, karena ia tidak ingin mengambil resiko di masa depan. Ia hanya ingin bersenang-senang, menikmati masa-masa kuliah lagi walaupun setengah bulan lagi skripsi, hah mau bagaimana lagi? Untung ia dan Asia mengambil jurusan yang sama.

"Gue bodoh banget kan dulu Ra? Tapi itu dulu, sekarang yang di hadapan lo adalah Asia versi baru, yang pasti bakal lebih baik lagi, dalam perilaku, perbuatan maupun perkataan, juga tentang hati gue yang pastinya makin pinter buat milih siapa yang pantes jadi penghuni-nya" ucap Asia yakin.

Hera tersenyum, "yah, kalo itu pilihan lo gue dukung Si, dukung banget malah, gue ngak mau liat temen gue di butakan oleh cinta sampe ga peduliin apa-apa, bahkan dirinya sendiri. SEMANGAT!"

Asia memandang Hera lalu memeluk tubuh di hadapan-nya itu, "Lo dari dulu emang sahabat yang paling peduli sama Asia" dan sekarang gue.

Hera menaikkan alis-nya tetapi tidak memperdulikan itu.

¤¤¤¤

Asia tengah duduk di meja cafe yang dekat dengan jendela, ia sedari tadi sibuk merapikan rambut baru-nya, tadi sebelum menuju cafe ia menyempatkan diri untuk mampir ke salon untuk merubah penampilan-nya, rambut yang dulu panjang bergelombang, sekarang hanya sebatas bahu dengan menyisakan sedikit gelombang di ujung, ala ala korea gitu.

"Cantik baget sih gue, jangan marah ya Asia hahaha" ia tertawa pelan sambil melihat wajah-nya di hp yang menampilkan kamera depan.

Setelah memuji diri sendiri ia melihat sekeliling cafe yang ia bangun dengan usaha-nya sendiri itu. Asia tersenyum melihat wajah-wajah pegawai-nya.

Puk

"EH ANJ- " Sebelum menyelesaikan kata-kata laknat itu, mulut Asia sudah di bekap dari belakang.

"Kasar banget mulutnya," Asia hafal dengan suara ini, ia memukul tangan yang membekap-nya.

Asia memutar kepala-nya dan melotot ke arah Aaron yang sedang menilai penampilan baru Asia.

"Ngagetin tau ngak?!"

Aaron menatap Asia, "kenapa potong rambut?"

"Kepo!" Jawab Asia ketus, ia masih kesal karena Aaron yang mengagetkan-nya.

Sedangkan Aaron menaikkan alis-nya, ia tadi sedang kumpul dengan dua teman-nya, lalu ia seperti melihat adik-nya tetapi dengan penampilan yang sangat berbeda. Untuk memastikan ia menghampiri perempuan itu, dan ternyata benar Asia.

"Ngapain disini? Ngikutin abang ya, tau kalo lagi ketemu sama bang Bian? Katanya kemarin mau ngelupain, sekarang apa?"

Tanpa menghiraukan pertanyaan beruntun Aaron, Asia dengan cepat melihat sekeliling-nya dan, itu dia!

BIAN!

Yang sekarang juga tengah menatap-nya balik.

》》》》

Makasih buat yang udah baca, jika berkenan boleh pencet tombol bintang juga biar aku semangat nulis kelanjutan-nya hehe.. 😀😀

Salam sayang semuaa😗 ketemu di part selanjutnya yaa babay~~

Different Soul Where stories live. Discover now